"Senang kau bebas akhirnya." Ujar Ally saat tak sengaja bertemu dengan Robin di sebuah gang tak jauh dari rumahnya.
"Ya." Angguk Robin, entah mengapa pria itu tampak canggung berhadapan dengan Ally secara langsung. "Sampaikan terimakasihku pada kekasihmu." Ujar Robin seketika berlalu dari hadapan Ally.
Gadis itu tertunduk sekilas, teringat malam itu Paul datang ke rumah sewaannya dan menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat.
"Apa ini?" Tanya Ally dingin. Bahkan selain udara malam itu, tatapan Paul padanya tak kalah dingin. Seluruh tulang-tulang Ally seolah merasakan ngilu saat tatapan dingin Paul menembus dirinya.
"Berkas laporan kekasihmu sudah diproses dan tidak bisa dicabut. Tapi uang ini bisa membebaskannya." Ujar Paul, tanpa berbasa-basi dia berbalik meninggalkan Ally yang mematung menatapnya.
Tak berapa lama deru mesin mobil mewah milik Paul terdengar menjauh dan menghilang di ujung jalan.
"Siapa?" Tanya bibi Esme yang baru saja kembali setelah keluar rumah. Ally memilih bungkam dan masuk kedalam kamarnya. Setelah memikirkan akan dia apakan uang itu, akhirnya keesokan hari dia datang ke kantor polisi dan membebaskan Robin dengan uang jaminan itu.
Awalnya Robin menolak keras dengan alasan harga diri, tapi setelah Ally bicara padanya tentang ibunya yang bahkan jatuh sakit setelah dia ditahan akhirnya Robin setuju untuk bebas dengan uang jaminan. Namun seperti permainan catur, baginya itu skakmat. Dia tidak akan lagi bisa mendapatkan Ally Wooden, gadis yang dia gilai itu, bahkan karena kebodohannya dia harus menerima bantuan dari pesaingnya, Paul Walton.
Ally sendiri tidak menganggap bahwa Paul sedang berusaha untuk mendapatkannya, karena setiap kali mereka bertemu, kesialan selalu berdiri di antara mereka. Entah sampai kapan, yang Ally tahu dia tidak akan pernah menemukan mimpinya menjadi kenyataan. Jadi yang saat ini dia lakukan hanyalah berusaha untuk terus hidup, sesederhana itu saja, karena mimpi tidak diperuntukan bagi orang-orang miskin seperti dirinya.
Setelah bertemu dengan Robin, Ally memilih terus memacu langkahnya. Lututnya sudah berangsur normal dan saat ini dia berjalan menuju toko tempatnya bekerja.
Masih dua blok dari toko dan sebuah BMW hitam mengkilap berhenti di sisinya.
"Ally." Teriak seorang wanita dari dalam mobil.
"Mss. Monarez." Ally menelan ludah, dia bukan hanya Jane Monarez di mata Ally, melainkan Mrs. Paul Walton wanna be. Bagaimanapun juga hubungan pertunangan mereka akan segera berubah menjadi pernikahan dalam waktu dekat, dan itu sudah bisa dipastikan.
"Bolehkah aku meminta waktumu sebentar?" Tanya Jane, tapi Ally sungguh tidak ingin berada dekat dengan wanita berkelas itu hingga bisa diperbandingkan dan membuatnya sadar betapa rendah dirinya.
"Tapi,..." Ally berusaha menolak dengan halus.
"Aku akan menghubungi Mrs. Zoe dan meminta ijin untukmu datang terlambat." Paksa Jane hingga Ally tak lagi punya alasan untuk menolak. Ally mendekat ke arah mobil dan membuka pintu mobil Jane kemudian duduk di samping pengemudi. Yah, Jane Monarez mengemudi sendiri mobil mewah itu.
"Aku sungguh bahagia untuk kue pertunangan yang sangat indah Ally, tanganmu memang ajaib. Semua orang memuji kue itu." Ujar Jane dengan sumringah.
"Aku senang mendengarnya." Ally tersenyum palsu.
"Lusa aku dan tunanganku akan kembali ke New York, dan sebelum aku pergi aku benar-benar ingin berterimakasih padamu." Ujar Jane dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya. "Aku akan mengajakmu berbelanja dan mentraktirmu membeli apa saja yang kau inginkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ally Wooden
RomanceKisah cinta seorang gadis biasa bernama Ally Wooden (tinggal di North Carolina) yang bahkan sejak kecil harus mengalami ketidakberuntungan karena ditinggalkan pergi untuk selamanya oleh sang ibu di usia delapan tahun dan ayahnya pergi untuk menikahi...