BAB 14: Chance

196 23 15
                                    

Happy Reading💗💗💗

=========================================

“Selamat ya sayang atas juaranya. Anak Mama akhirnya naik kelas 12, terus sebentar lagi kuliah, deh, kayak Abang!” Mama berucap bangga padanya sembari merangkul bahunya. “Nggak nyangka dulu yang sering Mama gendong ini udah gede aja, ya.”

Clara hanya tersenyum. Ia tak merespon apapun bahkan ketika sudah masuk ke mobil. 

“Clara. Kayanya kita liburannya akhir tahun aja, ya. Abang juga mau persiapan kuliah. Kamu ada wacana bareng temen mungkin?” tanya Mama saat mereka sudah masuk ke mobil. 

“Belum ada, Ma.”

“Oke. Kalo ada kasih tau Mama, ya.” Mama tersenyum padanya. “Mungkin kamu bakal bosen. Ada rencana mau ngapain gitu?”

“Ikut Papa main golf.”

“Ya selain itu. Kamu kemana Papa pergi pasti ikut.”

Clara berpikir sejenak. Memangnya apa lagi yang membuatnya jadi produktif selain pergi ke sekolah dan belajar? Olahraga? Lalu apalagi?

“Nggak mau ikut kursus gitu?”

“Belum, deh, Ma.”

“Ya udah.” Mama sepertinya tak punya saran lagi. Clara pun tak punya sesuatu untuk diceritakan. Akhir-akhir ini, ia lebih banyak diam.

“Sesi konseling kamu udah habis, ya, Ra?” 

Clara menoleh pada mamanya. “Belum, Ma. Minggu ini terakhir.”

“Oh.” Mama mengangguk mengerti. “Nanti diantar Abang, ya.”

“Sendiri aja, Ma.”

“Kayaknya kamu keseringan pergi sendiri, ya, sekarang.” Mama tersenyum lagi padanya. 

“Lagi suka aja.” Sebenarnya Clara hanya ingin menikmati waktunya sendiri. Tanpa perlu ada teman, atau seseorang yang harus ia ikuti seperti dulu. Ia ingin membiasakan saja sendiri seperti ini.

*****

“Abang udah masuk, kenapa kamu nggak keliatan?” tanya Fano saat memasuki sebuah kedai ice cream. “Lantai dua? Sebentar.”

Ia terpaksa naik ke atas. Niatnya tadi ingin langsung pulang setelah mengantar Dela tapi Mama bilang Clara sedang ada di luar. Jadilah ia berinisiatif untuk menemuinya. 

Clara ia temukan sedang duduk sendirian di bagian balkon yang langsung menghadap ke laut itu. Adiknya itu hanya menikmati ice cream dalam diam. Sementara remaja di sekitarnya datang berkumpul dengan teman-teman. Kebanyakan duduk di dalam ruangan.

“Kenapa di sini?" tanyanya ketika sudah menghampiri Clara.

“Di dalem berisik,” ucap Clara. Sebenarnya ia tak terlalu suka melihat orang-orang berkumpul. Tapi ia sudah terlanjur masuk ke sini. 

“Aku baru sampai. Abang kalo mau pulang duluan aja.”

“Bareng aja. Abang tunggu.”

“Enggak mau. Aku lama,” ucap Clara. Ia merasa keberatan jika ditunggu karena ia ingin menghabiskan waktunya di sini. 

“Iya nggak pa-pa.” 

Pada akhirnya Clara tak menolak lagi. “Terserah.”

Fano mencicip ice cream dengan rasa bubblegum itu. Clara hanya melirik, kemudian lanjut menggoreskan pensil di sketchbook baru miliknya. Ya, ia punya hobi baru.

“Darimana aja?”

“Dari toko bunga, gramedia, baru ke sini.” Clara menjawab tanpa menoleh. 

“Sendirian? Nggak bareng Clarisa?”

We (didn't) grow up TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang