BAB 16: Hal biasa

192 21 4
                                    

Selamat membaca💗💗💗

=========================================

"Defano!"

Suara perempuan yang memanggil namanya itu cukup keras, bahkan menarik perhatian beberapa orang. Fano tak ingin menoleh sebenarnya. Tapi karena ini masih awal, ia rasa tak mungkin bila tak membangun hubungan yang baik dengan kenalannya.

Bahunya ditepuk pelan, terkesan sok akrab.

"Fan, lo langsung pulang? Yang lain katanya mau ngumpul, nih." Perempuan yang ditunjuk sebagai salah satu pengurus kelas, yang ia tak tahu apa jabatannya itu berbicara dengan sangat semangat padanya.

Ajakan ini sudah ia tolak saat di kelas tadi. Dan teman-temannya memakluminya. Ia sempat tak enak hati karena menolak ajakan mereka, tapi saat tahu perempuan ini ikut, ia bersyukur.

"Sorry, Far. Gue belum bisa. Next gue bakal ikut."

"Yah." Ia mendesah kecewa. "Nggak seru lo nggak ikut, Def."

Panggilan macam apa itu?

"Gue mau jemput Adek gue." Ia melihat jam. "Udah pulang soalnya."

"Oh, adek lo di sini juga?"

"Masih SMA," ucap Fano. "Gue duluan, Far."

"Iya, Def. Hati-hati."

Ugh, sialan. Fano tak suka namanya dipanggil seperti itu. Ini baru semester awal dan sudah ada saja yang membuatnya ifeel seperti ini.

Fano berjalan menuju parkiran. Masih ada waktu setengah jam lagi karena saat ini adiknya itu masih ada jam tambahan. Jadi ia tak perlu terburu-buru.

"Fano?"

Siapa lagi, Tuhan.

"Fano! Wah iya Fano!"

Dengan terpaksa ia menoleh lagi dan menemukan seorang perempuan yang tak asing baginya. Baik, karena ini adalah teman SMA nya jadi ia bisa bersapa sebentar.

"Oh my God, Fan. Kita ketemu lagi!" Arin berseru senang seraya mendekat. "Masa, sih, kita nggak ketemu waktu masa perkenalan fakultas? Eh lo jurnalistik, kan?"

Fano mengangguk. "Iya. Lo?"

"Ilkom, Fan. Utbk nggak tembus, jadinya mandiri, deh." Arin membenarkan letak tasnya di pundak. "Eh ngobrol bentar, yuk. Lo buru-buru nggak?"

"Hm. Boleh." Ya sudahlah, sebentar saja pikirnya.

Fano dan Arin duduk di taman fakultas yang letaknya tak jauh dari parkiran. Sempat ia lihat perempuan yang menyapa nya tadi melihatnya dari kejauhan. Tapi Fano tak ambil pusing. Biar saja perempuan itu tahu jika ia kurang menyukai perilakunya.

"Gue udah lama banget nggak ketemu Dela. Sayang banget deh dia nggak di sini," ucap Arin lalu tersenyum simpul. "Eh lo gimana? Masih sama dia, kan?"

"Masih."

"Wah kayanya terakhir gue wa dia sebelum masuk kampus, deh. mungkin udah pada sibuk kali, ya."

"Dia juga baru ospek. Susah emang beda univ," sahut Fano.

"Lo kenapa nggak sekampus sama dia aja, Fan? Biasa juga lo berdua lengket tuh."

Fano tersenyum akan hal itu. "Dia nggak tembus utbk. Jadi milih univ lain."

"Eh hukum, kan, dia?"

"Iya."

"Yang lain gimana?" tanya Arin yang sepertinya semakin antusias.

We (didn't) grow up TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang