BAB 31: Insiden lama terjadi kembali

192 22 7
                                    

Happy reading💗💗💗

=======================================

“Bang nanti aku dijemput sama Bapak aja. Soalnya habis ini mau makan sama Laras dulu,” ucap Clara pada Fano yang baru saja menuruni anak tangga. Kebetulan mereka keluar kelas di jam yang sama.

“Sama Laras apa sama Rean?” tanya Fano dengan tatapan menyelidik.

“Sama Laras ih! Masa aku bohong?” tanya Clara dengan wajah berkerut. Ia tidak suka dituduh begitu.

“Mana Larasnya?” 

“Lagi balikin kunci ke ruangan monitoring,” ucap Clara. “Lagian Rean nggak ada di sini. Sewot aja.”

“Oh, magang dia?” tanya Fano dengan sudut bibir terangkat. Seketika ingin jahil. “Awas kamu diselingkuhin lagi.”

“Abang!” Clara mendorong Fano sampai menjauh karena kesal. Abangnya itu malah tertawa kemudian pergi meninggalkannya.

Fano berjalan menuju parkiran. Ia membuka ponselnya untuk menanyakan dimana lokasi untuk berkumpul nanti. Rencananya hari ini kelompoknya akan melakukan wawancara bersama nelayan. Lokasinya cukup jauh karena harus ke pantai. 

Selesai mengabari temannya, Fano memasukkan ponselnya ke dalam tas. Namun langkahnya untuk menuju ke motor seketika berhenti ketika melihat sebuah mobil putih tak asing ada di parkiran kampus. Ia melihat pacarnya itu tersenyum lalu melambaikan tangan. 

Kening Fano berkerut samar. Ia berjalan ke mobil itu dan masuk. Tumben sekali Dela ke sini. 

“Hai. Kamu baru selesai kelas?”

“Dari kapan di sini?” Fano balik bertanya. “Kenapa nggak angkat telpon aku? Pesan aku nggak dibaca?”

Dela langsung mengangkat kotak ponsel barunya. “Yang kemarin jatuh di kamar mandi. Hancur semua. Hape satu lagi aku lupa taruh dimana. Keselip kali.”

“Kebiasaan. Makanya jangan di silent,” ucap Fano. Dela hanya tersenyum tipis. Meski kentara Fano masih marah padanya, tetapi lelaki itu tak menolak kehadirannya di sini.

“Aku hari ini ada wawancara. Belum bisa ke apart kamu.”

“It’s okay,” ucap Dela. “Aku juga cuman sebentar.”

Kening Fano berkerut lagi. Mengapa Dela terasa berbeda hari ini? Atau hanya perasaannya saja?

“Aku cuman mau pamit.”

“Kamu mau kemana?” tanya Fano cepat. Benar dugaannya. Ada yang berbeda dari kekasihnya itu.

“Papa suruh aku pulang karena lagi libur. Mbak juga udah berhenti,” ucap Dela. “Udah dipesenin tiket.”

“Mendadak gini?” tanya Fano. Ia masih terkejut. “Kenapa nggak bilang kemarin?”

“Papa tiba-tiba dateng kasih tiket ke aku,” ucap Dela. “Maaf ya mendadak. Tapi aku kayanya juga bakal pindah.”

Pupil Fano langsung membesar. Mengapa semua yang Dela ucapkan hari ini terasa mengejutkan baginya. “Ini apa lagi? Kenapa kamu suka banget ngabarin mendadak?” 

“Belum pindah sekarang, Fan. Aku mau cari apart deket kampus aja,” jelas Dela. “Nanti Bapak yang ngurusin. Kamu juga pegang access card nya ya Fan.”

Fano diam sejenak. Ia masih mencerna semua yang Dela ucapkan, seolah ia sedang ingin berlari namun belum memakai sepatu. Terlalu mendadak, dan terasa tergesa.

We (didn't) grow up TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang