BAB 35: Belum selesai

161 23 3
                                    

Happy Reading💗💗💗

=======================================

Selain klarifikasi pada brand-brand lokal yang sudah menghakiminya, Dela juga harus klarifikasi pada Fano. Lelaki itu berdiri dengan wajah jutek. Sorot matanya begitu dingin. Tak ada sedikitpun kehangatan di sana. Seolah-olah dirinya ini bukanlah kekasih hati. Melainkan musuh. 

Baiklah. Lebih baik ia letakkan terlebih dahulu bunga yang ia bawa pada vasnya. Namun karena tidak ada vas di kamar Fano, ia letakkan saja di atas meja. Barulah menghampiri lelaki itu yang masih berdiri di balkon kamar. 

“Hai.” 

Dan Dela masih bersikap seperti biasa, seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya. Hal itu semakin membuat Fano marah. Namun marahnya hanya diam.

“Lama kita nggak ketemu. Kamu nggak cukuran, ya?” Dela ingin menyentuh wajah itu. Tapi Fano menoleh ke arah lain. Hal itu bisa ia maklumi. 

“Langsung ke intinya. Aku muak denger suara kamu.”

Sakiiiit …

“Kenapa?” Dan ia masih bisa menyahut seolah perkataan itu tak ada artinya.

“Terakhir aku percaya kamu, aku dibohongi.”

Fano benar-benar sakit hati karena Dela. 

“Fan,” panggil Dela pelan. “Kalo aku cerita semua nggak cukup jadi pembelaan untuk perasaan dan ego aku sendiri. Aku nggak akan bisa jelasin kenapa aku menjauh, alasan apa dan apapun itu, kamu udah terlanjur sakit hati.”

“And then?” Fano menoleh. “Kamu datang ke sini seolah-olah nggak terjadi sesuatu? Kamu serius nggak sama aku, Dela?”

Kerongkongannya terasa sulit sekali. Seperti diikat dan terasa panas karena harus melihat Fano seperti ini.

Kamu serius nggak sama aku? Memangnya apa arti hubungan ini buat aku?

Namun ia tak mau terpancing emosi.

“Ingat sama perempuan yang aku panggil Mama?”

Meski tak ada sahutan, ia yakin Fano mendengarkannya.

“Dia saudara mendiang Mama aku,” lanjutnya. “Mirip banget, ya. Aku jadi selalu ingat Mama. Tapi memang hubungan beliau sama keluarga aku nggak baik. Makanya aku baru tau sekarang,” jelasnya. Ia melihat raut wajah Fano perlahan menghalus. 

“Maaf, ya, Fan. Aku ngilang tanpa kabar.” Dela memberanikan diri untuk menyentuh lengan Fano. “Aku belum bisa berbagi semuanya sama kamu waktu itu, Fan. Aku lagi coba perbaiki hubungan sama Papa, sama Tante aku. Kalau diceritain semua terlalu pan–”

“Aku bakal selalu dengerin, Dela. Tapi kamu nggak pernah cerita,” potong Fano cepat. Raut wajahnya kembali berubah. Namun ia langsung sadar saat melihat Dela terdiam.

Ia menghela nafas. Sudahlah, pikirnya. Tidak ada gunanya berdebat lagi. Dela sudah kembali. Perempuan itu baik-baik saja. Sudah terlambat jika ia masih khawatir.

“Maaf.” 

Dela langsung memeluk Fano setelah mendengar itu. Ia memejamkan mata, menyandarkan kepalanya di dada itu. Pelukan yang sangat ia rindukan. 

We (didn't) grow up TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang