BAB 2: Suka-suka aku

549 45 5
                                    

=======================================

“Maaf, ya, sayang. Mama belum bisa pulang. Secepatnya besok, ya. Tapi kamu tenangin diri dulu ok? Cerita ke Abang atau ke siapapun yang buat kamu aman biar kamu lega. Tapi jangan sampai salah bertindak.”

Mama mengoceh panjang lebar di telpon setelah mendapat kabar dari wali kelasnya.

“Aku baik-baik aja, kok, Ma.” Clara denial.

“Baik-baik aja, terus kenapa melukai temen kamu kayak gitu?” tanya Mamanya.

Ish bukan temen gue!

Tapi Clara tak bisa menjawab seperti itu.

“Maa tadi aku ditinggalin.” Ia ingin mengadu sesuatu. “Abang nggak bangunin aku.”

“Ya ampun, Fano.”

Clara menebak pasti Mama sedang memijat pelipis karena pusing dengan tingkah anak-anaknya. 

“Kamu bangun telat, ya?”

Bibir Clara berkerut. “Abang nggak bangunin, Maaa.”

“Kamu, kan, udah gede. Masa dibangunin terus? Kalo Mama lagi nggak di rumah kayak gini gimana mau bangunin kamu? Dibiasain, dong, Nak. Jangan males.” Mama lagi-lagi menceramahinya. Sebenarnya Clara benci hal ini. Tapi satu-satunya yang dapat membuatnya tenang adalah Mama.

“Papa mana?”

“Lagi mandi. Besok biar Bibi masuk ke kamar kamu. Eh tadi pake mobil yang mana buat anter kamu?”

Clara baru ingat untuk menceritakan hal itu. “Mobilnya mogok, Mama!” Pada akhirnya Clara mengeluarkan seluruh keluh kesahnya pada Mama. “Beli mobil baru kek! Mobil Papa sama Abang aja yang elit!”

“Itu belum tune up aja, Clara. Buang-buang duit, ah, ganti-ganti mobil.”

“Ya udah beliin aku mobil.”

“Hih bisa aja ngelesnya.”

“Mama sama Papa nggak adil banget, sih! Abang aja boleh beli mobil?” protesnya. Lalu ia terkejut karena pintu kamarnya terbuka dengan paksa. Hampir saja ia mengumpat kasar karena kedatangan Fano. Akhirnya sebuah bantal ia lempar tapi berhasil ditepis.

“Abangmu itu ngeyel! Mintanya ke kakek makanya dibeliin.”

“Ih manja banget!” Suara Clara makin mengeras agar yang disindir bisa sadar diri. 

“Ya Allah suara kamu, Clara!” 

“Maaf maaf,” ucapnya cepat. Lalu ia beranjak dari kasur ketika abangnya itu mendekat. 

“Ya udah aku minta ke nenek aja biar dibeliin mobil juga.”

“Ya udah tinggal aja kamu sama Kakek,” jawab Mama dengan enteng. Clara berdecak kesal karena Mama tak memberikan tawaran apapun agar ia tidak minta dibelikan mobil.

“Jahat ah Ma–MAMA!”

Fano benar-benar mengejarnya. 

We (didn't) grow up TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang