Happy reading sobat💗💗💗
===========================================
“Tugas dikumpulkan di drive. Jangan lupa untuk tepat waktu. Lewat dari itu nggak saya terima. No edit, ya. Make sure tugas kalian sudah benar-benar selesai karena saya nggak mau liat ada tanda edit disitu.”
“Yaa Buuuu.”
Clara menutup bindernya dan langsung memasukkannya ke dalam tas. Ia langsung berdiri ketika dosen yang mengajar sudah keluar dari ruangan. Ia menyampirkan tas di bahu sambil melihat Laras.
“Ras,” panggilnya. Perempuan itu masih asyik bercermin, selalu. Cermin bulat itu akan selalu ada di dalam tasnya.
“Apa?”
“Udah ini kemana?” tanya Clara.
“Cari makan. Lo?”
“Ikut deh,” ucap Clara.
“Sopir lo nggak jemput?”
Detik itu juga Clara menghembuskan nafasnya. Ia kembali duduk di saat orang-orang sudah mulai keluar.
“Mau aja dia nunggu,” gumam Clara. Ada baiknya setelah ini ia protes saja pada orang tuanya karena Pak Toriq selalu menunggu di parkiran kampus. Tapi kadang ia bersyukur karena menjadikan itu alasan untuk membatasi waktunya dengan Rean.
Aneh saja lelaki itu mau pacaran dengan gaya seperti ini.
Jangan-jangan jadi second choice lagi nih gue.
“Bodo amat lah Ras. Kita cabut aja,” ucap Clara.
“Wait, ya.” Laras memilih untuk merapikan lipcream yang baru saja ia poles.
“Oy!” Seorang perempuan yang sejak tadi menunggu di luar kelas akhirnya masuk. “Lama banget. Gue mau kunci, nih!” serunya karena hari ini ia yang bertugas untuk mengambil dan mengunci ruangan.
Clara memberikan tatapan tak suka. Sementara Laras langsung berdiri dan memasukkan cerminnya. Mereka berdua pun berjalan keluar. Tak lupa Clara melayangkan tatapanya pada Aresha, bak ingin memakan perempuan itu hidup-hidup.
“Ngerepotin aja,” ketus Aresha lalu mengunci pintu dengan grasa grusuk.
“Kalo nggak bisa ngunci yang bener bilang.” Clara masih tak meninggalkan tempat rupanya. Ia malah berdiri di dekat Aresha.
“Berisik.”
“Repot banget nih orang.” Tepat setelah ia mengatakan itu, kunci yang dipegang jatuh. Clara berjalan dengan menarik tangan Laras menjauh dari sana. Perempuan penuh drama itu masih saja tak menyukainya.
“Eh, Ra.”
Langkah Laras memelan. Clara melihatnya bingung.
“Itu cowok lo di depan. Kata lo mau bareng gue?”
Pandangan Clara langsung jatuh ke seorang lelaki yang sedang bersandar di pilar, sedang bermain ponsel. Detik itu juga ponsel Clara berdering. Deringnya itu membuat Rean menoleh padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We (didn't) grow up Together
RandomDulu sewaktu kecil, Fano dan Clara sangat lengket bak prangko dan kertas. Kemanapun Fano pergi maka Clara akan ikut. Kemanapun saudaranya itu melangkah maka Clara akan ada di belakangnya. Sampai semua orang tahu jika mereka adalah kakak beradik. Ten...