14| Kripik Wortel √

6.2K 860 125
                                    

"Akumulasi dari semua tujuan yang ingin gue capai itu cuma satu, ya bahagiain lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akumulasi dari semua tujuan yang ingin gue capai itu cuma satu, ya bahagiain lo." - Markian Dimas Saputra (Wakep Dept. Olahraga)























.
.
.



















“Katanya kalau mau lihat pelangi itu harus nunggu hujan deras yang bersamaan dengan cuaca panas, ya kaya hujan monyet gitu.”

“Itu teori menurut siapa sih, Na?” tanya Jeno yang sibuk ngejreng asal gitarnya, duduk lesehan di pojok sekre.

“Teorinya Kanada Dama Ikshan,” kata Nada sambil memakan cireng yang ia beli di kantin.

“Mengada-ada lo.”

“Emang lo tau kapan pelangi muncul?” tanya Nada.

Jeno menghentikan jarinya yang sedang memetik Senar gitar lalu berpikir sejenak. “Biasanya di pagi hari atau siang hari, setelah hujan terus panas, bukan hujan yang bersamaan dengan panas.”

“Itu teorinya siapa Jen?”

“Teori yang ada di LKS IPA Na.”

Anjay, anak IPA,” balas Nada, Jeno langsung tersenyum dan memamerkan matanya segaris. Hebat sekali mereka berdua berdiskusi tentang ilmu pengetahuan pelangi.

Maraneh pada bahas naon?” sambung Chandra yang langsung duduk di sebelah Nada sambil membawa sebungkus nasi uduk dan es teh diplastikin.

“Gue nggak tau bahasa sunda, Chan,” tutur Jeno.

“Gue juga Chan, bahasa yang gue kuasai selain bahasa Indonesia cuma bahasa Jawa sama bahasa kalbu,” imbuh Nada.

“Iyeeee, pada bahas apaan?” kata Chandra lagi dengan logat sunda kental.

“Pelangi,” ujar Nada, Chandra hanya ber-oh.

“Chan, menurut lo kapan pelangi muncul?” tanya Jeno sedikit mencondongkan badannya ke arah Chandra.

“Mana aing tau, pelangi datang nggak datang kan, takdir Tuhan.”

Jeno dan Nada langsung diam, siapa yang berani menyanggah takdir Tuhan kalau seperti ini, dan jawaban Chandra adalah jawaban universal yang apa-apa mempercayakan takdir.

“YELLO!!!!” teriak Chandra sambil melambai, sesaat Yello masuk sekre.

“Gue nggak budek, Chan, nggak usah teriak gitu,” kata Yello langsung duduk di samping Chandra.

“Dari mana Yell?” tanya Nada.

“Habis ngerjain tugas kelompok di perpus, udah pada makan siang?”

“Belum,” balas Jeno.

“Udah, ini habis makan cireng.” Nada menunjuk plastik bekas cirengnya.

“Ni, aing lagi makan,” kata Chandra.

BEM U ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang