15| Rancangan Desa Labuh √

5.9K 841 103
                                    

"Sebuah rasa itu tak akan menentang pilihan mana yang harus diperjuangkan, apalagi perasaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebuah rasa itu tak akan menentang pilihan mana yang harus diperjuangkan, apalagi perasaan." - Theodore Alviano (Ketua Biro HUMAS)






























.
.
.


























"Ini Yudha mana? Kebiasaan banget molor tu orang," kata Johnny kesal.

"Bang Yudha nggak aktif nomornya Kak John, mungkin kelupaan ada rapat," sambung Mark.

"Ck kebiasaan, ntar giliran rapat selese baru dateng, ya udah dimulai aja rapatnya ya. So, minggu depan kita ada agenda dari prokernya PSM, nginep semalam dua hari di Desa Labuh, ya jaraknya sekitar 1 jam setengah lah dari kampus," kata Johnny yang membuka rapat menggantikan Doy yang harus menemani Yanuar menemui LPMA untuk pencairan dana. "Silahkan Junan yang memimpin rapatnya."

Junan pun langsung berdiri sambil membawa selembar kertas.

"Jadi planningnya gue mau ngadain sosialisasi dengan memanfaatkan ilmu yang kita dapat dari kampus, jadi gue mau bacain lagi daftarnya yang udah gue share di grup, pertama ada Kun sama Hendery yang akan mensosialisasikan tentang kesehatan, terus Joyana, Mark sama Shelly mengarahkan tentang edukasi fokus sama dunia pendidikan dan parenting, anak manajemen bahas UKM, dan mengerakkan usaha kecil warga sana dengan memanfaatkan apa yang ada di Desa Labuh ...." Jeda Junan lalu memilih duduk kembali. "Kita fokus sama kegiatan yang memberikan banyak manfaat buat warga di sana, apalagi Desa Labuh ini pelosok banget dan sedikit tertinggal di sektor perekonomian dan pendidikan, ini bisa jadi PR kita untuk memberikan perubahan walaupun di waktu yang singkat, dua hari itu kita gunakan sebaik mungkin."

"Selanjutnya laporan persiapan," kata Johnny.

"DKV kelar, MMT dan plangkat udah dipesen, H-3 sebelum ke desa udah jadi," jelas Jefion.

"Semua surat udah oke, perizinan juga nggak ada kendala, kemarin gue, Jeno sama Yanuar yang turun langsung ke desa, dan mereka semua welcome," jelas Theo.

"BTW kita kesananya, naik motor atau mobil?" tanya Tania.

"Naik mobil sih saran gue," balas Theo.

"Soalnya kalau naik odong-odong lama nyampenya," celetuk Tenno. Hampir semua anggota melototinya. Kecuali Toni, memandang sang kepala SB itu dengan menyipit.

"Ten, coba besok kalau berangkat ngampus jangan anus doang yang dicebokin, tapi palanya biar seger dan normal," tandas Toni, terdengar beberapa anggota terkekeh.

"Haduh bang Toni kaku sekali, sini gue puk-puk biar santai kaya di pantai." Tenno berkata seraya tersenyum lebar, dan Toni pun langsung melemparinya dengan bolpoin yang sigap ditangkap Tenno. "Lumayan dapat pulpen gratis, pilot lagi, bisalah naik pesawat gratis."

BEM U ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang