Jefion Beside √

4K 585 185
                                    

[Bagian ini berhubungan dengan chapter 31]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Bagian ini berhubungan dengan chapter 31]


























.
.
.




























“Gue suka Yello,” pungkas Jefion, Doy terdiam menatap Jefion yang berdiri di hadapannya yang dipisahkan meja bar panjang.

“Terus ngapain lo ngomong ke gue kalo lo suka Yello.”

“Karena lo juga suka kan?” tanya Jefion penuh penekanan.

“Lo suka Yello juga kan?”

Doy tidak menjawab, ini bukan perihal tak bisa memberi jawabannya, hanya saja pertanyaan semacam ini yang paling ia hindari.

“Iya gue suka.”

Jefion menghela napas panjang lalu menunduk sesaat. “Gue cuma mau bilang, lo harusnya nggak suka sama Yello.”

“Kenapa?”

“Lo sama Yello beda agama!”

“Terus hal kaya gitu bermasalah?”

“Lo pikir perbedaan semacam itu bisa ditangani dengan baik?”

“Jef, kenapa lo mikirnya hal begituan? Harus banget masalahin soal agama? Toh gue nggak bakalan deketin Yello, gue sadar diri jadi gue nggak bakalan maju.”

“Ya bagus deh kalo lo emang nggak bakalan maju.” Jefion beranjak untuk mengambil air putih pada dispenser dekat mesin kopi dan menegak segelas.

“Lo nggak usah khawatir Jef, alasan lo itu nyuruh gue kesini karena bahas ini kan? Tapi gue cuma mau bilang, sebelum lo lebih serius sama Yello, lo tanyain perasaanya dengan benar, takut aja ada yang nggak tulus,” kata Doy yang lantas berkemas untuk meninggalkan kafe.

Baru saja Doy selangkah berjalan, Jefion berkata, “Anjing lo!”

Doy diam, tak membalas, lalu melanjutkan jalannya untuk keluar dari kafe.


📅📅

Tak lama kemudian teman Jefion si JK datang seorang diri, melihat Jefion tampak merenung di meja pojok.

“Jef?” sapa JK yang baru saja duduk di kursi berhadapan dengan Jefion. “Jef, Jef!”

Barulah Jefion sadar. “Apa?”

“Kesambet lo?”

“Lo kok sendirian?”


“Yang lain sibuk, gue gabut kalo mau balik kos-an.” JK pun langsung mengambil laptop diranselnya untuk dinyalakan. “Mbak! Buatin Capuccino ya.”

“Jok.”

“Hmmm.” JK bergumam fokus matanya pada laptop.

“Menurut lo, gue jahat nggak sih.”

BEM U ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang