29. kenyataan pahit

11.1K 532 57
                                    

Hujan jangan berhenti
Aku masih ingin menangis

Happy reading!

"HAHAHA sumpah Ra! Yang di minimarket tadi itu lucu banget" tiba-tiba saja Lani tertawa dengan keras dan di ikuti Noni, mereka sudah membicarakan ini sebelumnya karena mereka yakin semua akan merasa takut saat Ara kembali, sedangkan Ara berpura-pura kesal kepada mereka berdua dan menatap polos ke se isi kantin

"Kenapa?" Tanya Ara dengan muka yang mungkin di anggap orang benar-benar polos namun itu hanya sebuah kamuflase

"Udah lah lupaiin aja yang tadi, makan sepuasanya hari ini Ara teraktir kalian" ujar Noni dengan santai merangkul bahu Lani dan memainkan alisnya naik turun juga senyuman menyebalkannya, Ara menatap nya seolah mengatakan kampret lo! Itu gak ada di skenario!

"Iyaa bilang aja hari ini makanan di kantin gratis" setelah mengatakan itu keadaan kantin kembali ramai dan seolah melupakan hal tadi, yah walau masih ada beberapa yang mengulang cerita tentang tadi. Sungguh aneh! Sama-sama berada di tempat dan menyaksikan lalu mengapa saling bercerita?

"Lo dari mana sih dek?" Tanya Archel pada Lani yang terlihat begitu santai

"Rooftop" jawab Lani dengan santai dan meminum minuman yang baru saja datang

"Bang Vero kenapa bisa gak di dalam lingkaran yang di jaga itu?" Tanya Ara dengan tatapan sendunya, Ara mencoba untuk melindungi semuanya namun mengapa dia tidak bisa melindungi kakak nya yang bisa keluar dari lingkaran? Atau mungkin kakaknya tidak berada di dalam lingkaran?

"Gue cari lo, gue khawatir adik perempuan kesayangan gue kenapa-kenapa" terlihat dari raut wajah Vero yang begitu khawatir dan takut kehilangan adik perempuannya

"Tapi dengan begitu lo nge bahaya in nyawa lo sendiri bang! Lo gak lihat tadi dia nodong lo pake pistol! Kalau gue gak tepat waktu gue gak tau lagi bang" satu tetes air mata keluar dan membasahi pipi Ara, Ara begitu takut saat melihat kakaknya yang dia sayang nyawanya terancam

"Tapi gue takut lo kenapa-kenapa"

"Gue gak akan kenapa-kenapa bang! Ada Lala dan Angel yang akan siap ngambil alih tubuh gue dan nge bunuh mereka, tapi kalau lo sampai kenapa-kenapa mungkin gue juga akan bunuh diri gue sendiri"

"Ra!" Panggil Noni dan Lani secara bersamaan dengan nada yang sedikit tinggi, semua menatap Noni juga Lani yang terlihat begitu emosi.

Noni memegang pergelangan tangan Ara yang kebetulan berada di sebelahnya "jangan ngomong apa-apa lagi Ra, lo lagi gak berfikiran jernih"

"Gue pergi dulu" Ara bangkit dan meninggalkan mereka yang di landa kebingungan, sebenarnya apa yang tengah terjadi dengan mereka?

Reldi bangkit dari tempat duduknya dan mengikuti kemana perginya Ara, beberapa menit kemudian Ara berhenti lalu menangis dengan keras tanpa takut ada yang mendengar. Mereka kini berada di atas atap, tempat yang paling jarang ada yang

"Kenapa?" Tanya Reldi, mendengar pertanyaan Reldi, Ara segera menghapus air matanya dengan kasar

"Pergi Rel, gue lagi gak mau ngomong sama siapapun" bukannya pergi Reldk malah mendekat dan memeluk Ara dengan erat, Ara membrontak meminta untuk di lepaskan namun tak lama tangisnya pecah

"Kenapa Ra? Ada apa? Kasih tau gue"

"Hiks gue gak bisa kasih tau lo Reldi! Lo akan tau maksud dari gue selama ini dan gue harap nantinya lo gak akan benci sama gue" Ara terus saja menangis dan memeluk erat Reldi, salahkah dia menangis dan berharap agar orang yang di cintai nya tidak ikut membencinya?

"Ra gue gak akan benci orang yang gue cinta" Reldi terus mengelus kepala Ara dengan lembut dan sesekali menciumnya

"Saat itu terjadi, itu juga jadi alasan penolakan gue ke lo" Ara melepaskan pelukannya dan memberikan sedikit jarang di antara keduanya lalu pergi meninggalkan Reldi yang lagi-lagi di landa kebingungan

I'M FAKE NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang