Aku tidak yakin malam ini bisa tidur dengan semuanya yang baru saja terjadi. Tidak ada pergerakan khusus di pertanian ini. Apakah hal ini betulan hanya jebakan? Jika iya, aku akan merasa diriku bodoh sekali! Kenapa aku segampang itu masuk ke dalam jebakan ini? Pastilah mereka sengaja membuat kekacauan supaya perhatian Leedo tertuju ke mari.
Dan bagaimana dengan Seoho? Apakah ia sampai istana tepat waktu? Apakah terjadi sesuatu di sana? Aku sungguh tidak bisa tenang. Aku tidak mengerti kenapa juga aku peduli, tapi aku tidak bisa tinggal diam dalam situasi ini. Kalau sampai ada yang berusaha mencelakai Putra Mahkota, maka keadaan kerajaan akan kacau balau. Kerajaan masih berduka dengan kehilangan sosok Raja, masa Putra Mahkota-nya juga ikut menyusul? Sebenarnya siapa dalang di balik ini?
Walaupun aku berusaha melawan diriku untuk tidak ketiduran, ternyata kantuk begitu menguasaiku. Aku ketiduran dan baru bangun karena mendengar suara Seoho.
"Lady?"
Aku langsung membuka mataku dan duduk. Benar, Seoho sedang berdiri di sisi tempat tidurku. Aku langsung duduk dan meraih tangannya. "Bagaimana, Seoho? Bagaimana pencurinya? Bagaimana Putra Mahkota?"
Seoho tersenyum tipis. Ia berjongkok di depanku. "Semua baik-baik saja," katanya. "Aku bersyukur menurutimu karena memang ada penyusup di dalam istana. Tidak ada pencurian, semuanya dilakukan oleh petani ini. Mereka sengaja mendesak Putra Mahkota untuk menyelesaikan masalah ini, membuat seolah ada yang menghancurkannya padahal itu ulah mereka. Kemudian ada yang mengawasi kita karena ia ingin memastikan bahwa semua ksatria penting ada di sini. Aku sampai bertepatan saat mereka akan menerobos masuk, jadi aku masih bisa melindungi Putra Mahkota."
Seoho tersenyum begitu lembut dan ia terlihat tenang. Pasti semuanya baik-baik saja. Aku refleks memeluknya. "Aku senang kau baik-baik saja dan semuanya baik-baik saja. Seharusnya aku tidak melakukan rencana ini."
Seoho mengelus punggungku. Ia berusaha menenangkanku dan ternyata tangisku pecah karena aku sangat khawatir semalaman. "Tidak, justru rencana mereka jadi ketahuan karena kita ke mari. Dan karena kau menyuruhku untuk lekas pergi, aku sampai tepat waktu. Sebenarnya aku memang ingin pergi, tapi aku takut meninggalkanmu di sarang musuh. Karena itu aku menunda sampai kau mengatakannya langsung padaku. Ini berkatmu juga."
Aku menggeleng. "Tidak, aku hampir mengacaukannya."
"Tidak, kau sudah berbuat hal yang benar. Sekarang semua baik-baik saja."
"Siapa yang menyuruh mereka melakukan ini?"
"Masih belum diketahui. Tapi secepatnya akan segera diatasi. Supaya kau juga aman. Ah sepertinya aku terlalu terbawa suasana dan malah berbicara denganmu dalam cara yang tidak sopan. Mari, Lady, kita ke istana. Lady harus beristirahat setelah melewati ini semua."
Aku melepaskan pelukanku darinya. Rasanya malu karena aku bergerak secara refleks. Tapi aku bahagia karena semuanya baik-baik saja dan aku sudah melakukan hal dengan benar. Seoho masih tersenyum selagi ia menghapuskan air mataku dengan sapu tangannya. Sepertinya setelah apa yang dilalui, aku jadi merasa ia bukan orang lain lagi. Ia bisa diandalkan dan melakukan tugasnya dengan baik. Ia juga tidak menyeramkan pada orang yang ia anggap teman.
Seoho mengulurkan tangannya dan aku meraihnya. Ia bertanya lembut, "Masih kuat untuk ke istana?"
Aku mengangguk. Aku tidak apa-apa, malah hidupku aman saja. Yang hampir menantang maut itu kan Seoho dengan beberapa ksatria dan juga Leedo. Mereka yang seharusnya tidak baik-baik saja. Tapi Seoho malah berusaha memperhatikanku.
Matahari sudah mulai meninggi saat aku dengannya tiba di istana. Ia mengantarkan sampai kamar dan ternyata di kamarku sudah disiapkan sarapan dan air mandi. Para pelayan membantuku membersihkan diri dan aku sarapan dengan baik. Sebenarnya aku masih gemetaran dengan kejadian semalam. Kalau aku menyulitkan Seoho semalam, pasti keadaannya bakal kacau. Untungnya Seoho juga melakukan tugasnya dengan sigap dan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANSWER (ONEUS & ONEWE)
FanfictionAwalnya mimpi buruk itu datang, menunjukkan akhir yang tragis dari keluargaku. Aku tidak ingin itu terjadi, jadi aku memutuskan untuk menggantikan saudaraku dengan ikut kompetisi menjadi pendamping Putra Mahkota. Yang aku inginkan hanyalah pergi ke...