39. Rencana Cadangan

207 66 36
                                    

Setiap aku tidak menginginkan suatu waktu untuk datang, aku malah dipermainkan oleh waktu. Di saat aku tidak ingin tahun baru tiba, tahu-tahu saja begitu aku terbangun sudah hari pertama di tahun ini. Aku mengerjapkan mata, sebenarnya aku masih mengantuk karena semalaman tidak bisa tidur. Perasaanku begitu gugup dan tidak enak karena hari yang ditunggu-tunggu telah di depan mata. Leedo dan yang lain sudah menunggu dua tahun untuk saat ini.

Suara Leedo yang sedang bersiap-siap membuatku beranjak duduk. Lelaki itu sudah tampak rapi, sedang mengasah pedangnya, padahal dari kemarin sudah ia lakukan. Ekspresinya tidak terlihat baik. Aku yakin ia pun juga gugup dengan rencana hari ini.

"Kau sudah bangun," ucapku dan perhatian Leedo akhirnya teralihkan.

Ia menyimpan pedangnya di dekat jubahnya lalu ia berjalan ke sisiku. Leedo duduk di sebelahku dan ia berusaha tersenyum. Aku tahu ia sama sekali tidak tenang, tapi ia berusaha terlihat baik-baik saja supaya aku tidak khawatir. Aku yakin ia pasti tahu aku sangat gelisah semalaman.

"Kau juga sudah bangun. Bagaimana perasaanmu?"

"Aku lebih gugup daripada saat pemberontakan yang Yonghoon lakukan. Ternyata melakukan pemberontakan itu lebih mendebarkan. Aku selalu merasa ini adalah kesempatan satu-satunya milik kita dan aku takut aku akan mengacaukan segalanya lagi."

"Kau tidak akan mengacaukan apa-apa, sungguh. Kau sudah banyak berubah dan kau telah menjadi bijaksana. Aku percaya kau tahu apa yang terbaik. Tapi tenang saja, Sayang, aku tidak akan menjerumuskanmu ke dalam bahaya. Aku tidak akan membiarkanmu diancam oleh Yonghoon lagi. Kita semua sudah berlatih siang-malam dan mempertaruhkan diri kita untuk yang satu ini. Kita sudah memiliki banyak bantuan sekarang. Bahkan para rakyat yang dipimpin oleh Keonhee juga akan membantu."

"Tapi kita akan mengorbankan banyak warga sipil yang tidak bersalah. Aku tidak mau siapa pun terluka," aku masih sangat khawatir dengan rencana yang satu itu.

"Mereka mau membantu kita, dan mereka pun juga sudah muak dengan Yonghoon. Kau tidak menghadapi ini sendirian. Kau memiliki kami, dan tidak apa-apa untuk sejenak bergantung padaku. Para rakyat mau membantu kita juga karenamu. Jangan terlalu khawatir, ya?"

Leedo menarikku dan aku sudah berada dalam rengkuhannya. Tetap saja aku khawatir dengan semuanya. Aku takut pemberontakan ini tidak akan mengubah apa-apa. Aku takut Yonghoon malah semakin mengacaukan situasi. Percayalah, Yonghoon itu kuat. Ia juga licik. Ia pasti tahu sesuatu akan datang.

Tapi aku berusaha menghargai Leedo yang sampai akhir juga mempedulikanku. Aku juga harus tetap kuat supaya bisa mengalahkan Yonghoon dan Lily. Aku sudah bukan aku yang dulu, yang penakut dan menghindari masalah. Aku akan membuat masalah dan mengacaukan hidup Yonghoon dan Lily.

"Tidak apa-apa untuk merasa takut. Malah bagus karena kita sama-sama memiliki sesuatu yang kita perjuangkan. Kita harus memperjuangkan para rakyat supaya mereka memiliki pemimpin yang lebih baik dari Yonghoon dan Lily. Aku yakin kita jauh lebih baik dari mereka."

"Aku tahu. Kita harus semangat memperjuangkan milik kita."

Leedo mengecup keningku lalu ia tersenyum. "Istriku memang sangat pintar. Bagaimana? Sudah mau bersiap-siap? Air mandimu kebetulan sudah aku siapkan. Mumpung masih hangat."

"Tentu! Tolong tunggu aku sebentar ya."

Aku berjalan ke kamar mandi dan mulai melepaskan pakaianku. Setelahnya aku berendam dan air hangat ini mulai menenangkan perasaanku. Sekarang masih pagi sekali. Bahkan aku yakin Yonghoon dan Lily mungkin masih terlelap. Aku sudah dengar bahwa mereka akan tetap mengadakan acara tahun baru. Jadi memang saat ini adalah yang paling tepat.

Aku sudah selesai mandi dan mulai berpakaian sendiri. Gaunku cukup sederhana untuk memudahkan bergerak, tapi masih terlihat indah juga. Aku meraih belatiku dari meja rias dan menyimpannya. Belati dari Kanghyun ini ternyata bukan belati biasa. Dan Kanghyun baru mengatakan itu beberapa saat yang lalu. Ia mengajarkanku cara memakainya. Ternyata belati ini bisa berubah menjadi pedang dan perisai. Belati ini tinggal dibelah dua, dan saat memencet sebuah tombol akan berubah menjadi pedang dan perisai. Belati yang tidak dibelah dan diubah bisa menjadi pedang yang lebih bagus. Aku tidak tahu teknologi macam apa ini, tapi pedangnya lebih ringan dan aku lebih suka memakainya karena memiliki sihir juga. Andai saja aku tahu dari awal, aku pasti akan menggunakan ini. Saat dua tahun lalu, ia hanya memberikan belati itu tanpa mengatakan apa-apa. Saat itu hubunganku dengannya kan sedang tidak baik jadi ia tidak memberitahu bahwa belati ini ternyata fungsinya ada sangat banyak. Aku rasanya ingin memarahinya tapi tidak tega.

ANSWER (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang