15. Pekerjaan Pertama

224 68 21
                                    

Mendekati hari kunjungan, lebih tepatnya sekitar dua minggu lagi, aku mulai sangat sibuk. Sungguh, tidak ada hari santai selama aku berada di istana. Aku akan disibukkan dengan pekerjaan, dan aku juga masih harus meluangkan waktu untuk latihan dengan Seoho. Sebenarnya aku ingin sekali beristirahat, tanpa perlu memikirkan urusan kerajaan, tanpa perlu memikirkan statusku. Tapi sudah menjadi Ratu begini tidak mungkin aku pergi keluar istana selain ada urusan tertentu.

"Matahari sedang bersinar cerah akhir-akhir ini. Yang Mulia tidak berniat untuk pergi liburan?" tanya Keonhee saat aku tengah fokus memilah dokumen di ruang kerjaku.

Aku menoleh keluar jendela dan menatap langit yang terlihat begitu biru. "Kalau bisa liburan ya aku ingin. Tapi kan lihat sendiri pekerjaan menumpuk begini," keluhku.

Keonhee hanya tertawa. "Aku malah memikirkan ide untuk melanggar peraturan, seperti mengajak Yang Mulia ke kota dan nonton opera seperti biasa. Tapi kita bisa dihukum! Kenapa Yang Mulia tidak mengatakan pada Yang Mulia Raja saja kalau butuh liburan? Kita bisa pergi tanpa melanggar peraturan."

"Sepertinya situasi sekarang sedang tidak tepat. Apalagi tak lama lagi kunjungan Kerajaan Barat akan dilakukan. Kalau aku teralihkan sedikit saja sepertinya pekerjaanku bisa kacau."

"Ayolah, Yang Mulia, masa liburan sehari saja bisa mengacaukan semuanya?"

"Aku baik-baik saja kok, Sir. Sudah, aku mau kembali bekerja!"

Kalau mengobrol dengan Keonhee, bisa-bisa pekerjaanku tidak selesai-selesai. Dan itu adalah hal terakhir yang aku inginkan. Bukan hanya kunjungan itu yang harus aku urus, ada banyak pekerjaan lain yang masih harus dikerjakan dengan baik.

"Yang Mulia Ratu!"

Tiba-tiba pintu ruang kerjaku terbuka lebar. Tidak ada suara ketukan dan aku sungguh terkejut. Aku mengangkat kepala dari tumpukan dokumen ini menuju ambang pintu.

"Ada apa? Kenapa kau tampak terburu-buru begitu, Sir Seoho?" tanyaku heran.

"Maafkan atas ketidaksopananku. Maaf aku tidak mengetuk, tapi aku punya kabar penting."

Raut wajah Seoho tidak terlihat baik. Biasanya ia penuh senyuman dan candaan. Ia hanya akan berekspresi seburuk ini jika kejadian yang terjadi benar-benar buruk. Aku menyimpan pena buluku dan menunggu kelanjutan kalimatnya. Kenapa hatiku jadi gelisah begini?

"Yang Mulia Raja terluka!"

"Terluka? Bagaimana kejadiannya? Siapa yang menyebabkan itu?" tanyaku tanpa bisa menyembunyikan perasaan terkejutku.

"Saat Yang Mulia berjalan kembali ke istana setelah ada urusan di luar, ternyata kusirnya bukanlah yang biasa. Kusir yang seharusnya disekap saat Yang Mulia mengerjakan pekerjaannya. Sehingga kusir palsu itu sengaja datang ke tempat sepi dan menyerang Yang Mulia. Pelakunya pandai mengelabui sehingga para ksatria sempat kehilangan jejaknya. Dan karena Yang Mulia hanya sendirian di kereta kuda, beliau jadi terluka."

"Terluka? Separah apa?"

"Ada satu luka tusukan di tubuhnya. Untungnya kami semua sempat menyelamatkannya. Saat kami temukan, Yang Mulia Raja sedang tidak sadarkan diri karena lukanya cukup dalam dan ia kehilangan banyak darah. Tapi kata dokter, kami menyelamatkan Yang Mulia tepat waktu. Untungnya tusukannya tidak di daerah vital dan Yang Mulia Raja saat itu pingsan karena tidak tahan dengan rasa sakitnya," jelas Seoho hati-hati. Ia seolah sedang berusaha menjelaskan situasinya dalam cara yang tidak terdengar mengerikan.

Tapi aku tetap refleks berdiri dan aku sungguh merasa khawatir. Bukannya aku memiliki perasaan pada Leedo, hanya saja mungkin ini adalah perasaan seorang istri yang mendengarkan kabar bahwa suaminya terluka? Sehingga aku langsung merasa tubuhku ikut sakit dan rasanya aku seperti akan menangis karena tidak bisa membayangkan sesakit apa yang Leedo alami. Tapi aku tidak tahu apakah aku bisa melihat Leedo sekarang, walaupun aku khawatir. Pasti bukan aku kehadiran yang ia inginkan kan? Tapi aku adalah istri sahnya, aku bisa memakai alasan itu untuk mengunjunginya kan?

ANSWER (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang