Entah bagaimana, malam ini juga aku diajak makan malam dengan Leedo. Padahal ini bukan jadwalku makan malam dengannya. Tapi karena aku tidak sibuk dan menghargai mungkin ini adalah jadwal pengganti karena saat jadwal sebenarnya adalah saat ia sedang liburan, aku menurutinya. Aku didandani dengan baik, walaupun rasanya berlebihan sekali.
"Selamat malam, Yang Mulia," aku menyapanya yang sudah duduk di meja makan.
Ia mengangguk dan balas menyapaku. Ia mempersilakan aku duduk dan Seoho langsung menarikkan kursinya untukku. Aku berterimakasih pada Seoho lalu duduk manis di depan Leedo.
"Yang Mulia memangnya tidak lelah sehabis perjalanan jauh malah menyempatkan makan malam denganku?"
Leedo menggeleng. "Tidak masalah. Hanya sebuah makan malam. Dan kita juga sudah lama tidak bertemu."
Rasanya ini bukan perilaku Leedo yang biasa. Tapi dia kadang memang membingungkan. Bisa sangat manis, bisa sangat kejam. Makanya lama-lama aku sudah mulai terbiasa walaupun terkadang masih terkejut dengan perubahannya.
"Bagaimana keadaanmu?" ia bertanya saat pelayan sedang menyajikan piring makanan pembuka.
"Aku baik-baik saja, Yang Mulia. Panah beracun itu tidak mengenaiku sama sekali."
"Panah beracun?" Leedo menatapku terkejut, seolah ini pertama kalinya ia mendengar kedua kata itu.
"Ah, seharusnya aku tidak memberitahu sedetail itu."
"Katakan, Ratu. Katakan apa yang kau alami saat itu. Sekarang."
Aku menarik napas panjang dan menatap piring makananku tanpa minat. Kalau harus menceritakan kejadian itu, aku selalu merasa ketakutan dan paranoid. Aku sungguh langsung kehilangan selera makan karena mengingat kejadian yang traumatis itu. Tapi Leedo tampaknya tidak akan berhenti sampai ia mendengar cerita itu dari mulutku langsung. Aku meletakkan alat makan dan menatap Leedo langsung.
Setelah menimbang beberapa saat, akhirnya aku menceritakan tentang kejadian yang terjadi. Tentang aku yang ke perpustakaan dan bertemu Ravn. Lalu Ravn yang melindungiku dari anak panah yang ditembakkan ke dalam perpustakaan dan ternyata panahnya beracun. Dan terakhir tentang pelaku yang ditangkap, tapi kabur saat CyA datang. Walaupun akhirnya pelakunya berhasil ditangkap lagi hari ini.
"Kau tahu siapa pelakunya?"
"Yang jelas, bukan kelompok kudeta. Kata Pangeran Pertama, kelompok kudeta tidak pernah membahayakan nyawa. Sementara panah itu beracun. Racunnya bahkan sukses mematikan sebuah tanaman. Jadi rasanya bukan kelompok itu. Ditambah katanya incaran mereka hanya Yang Mulia seorang. Dan untuk perihal pelaku penyerangku, aku tidak bisa secara langsung mengatakan siapa pelakunya karena ini hanya dugaan."
"Lalu kau menduga siapa? Katakan saja walaupun itu hanya dugaan, mungkin bisa menjadi petunjuk?" tanya Leedo lagi.
Aku mengalihkan tatapanku dan menggeleng kecil. "Yang Mulia tidak akan mau mendengarnya. Yang Mulia pasti tidak akan senang kalau tahu pelaku yang aku curigai siapa. Lebih baik Yang Mulia tidak tahu."
"Katakan, Ratu."
"Untuk soal itu, aku benar-benar tidak bisa. Setidaknya aku sudah mengatakan apa yang terjadi kan? Sisanya, itu di luar kuasaku."
"Baiklah, kalau begini cara mainnya, aku akan mencari tahu sendiri siapa yang menyuruh mereka. Lanjutkan makanmu."
"Maaf, Yang Mulia, aku tidak enak badan. Aku rasa sebaiknya aku kembali."
"Tidak boleh kembali sebelum kau menyentuh makanan utamamu."
Aku menatap Leedo tidak percaya. Ia sangat egois! Ia hanya ingin orang-orang menurutinya dan mengikuti apa yang ia inginkan. Aku benar-benar tidak suka dengan kepribadiannya yang satu itu. Mungkin maksudnya baik, tapi aku sebal karena merasa diperintah olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANSWER (ONEUS & ONEWE)
FanficAwalnya mimpi buruk itu datang, menunjukkan akhir yang tragis dari keluargaku. Aku tidak ingin itu terjadi, jadi aku memutuskan untuk menggantikan saudaraku dengan ikut kompetisi menjadi pendamping Putra Mahkota. Yang aku inginkan hanyalah pergi ke...