23. Persiapan Tahun Baru

272 62 43
                                    

Setelah seminggu liburan, aku semakin dekat dengan Leedo. Aku kira aku sungguhan sudah merasa seperti pasangannya sekarang. Ia memang tidak sejahat kelihatannya. Ia baik dan lembut. Ia penuh perhatian dan tampak seperti anak-anak. Ia juga terlihat bermain bersama anak-anak dengan baik dan ia tidak angkuh. Saat aku berjalan-jalan dengannya, tidak sengaja bertemu dengan anak-anak petani dan ia bermain dengan mereka. Anak-anak itu tidak sadar bahwa seseorang yang mereka panggil 'Paman' itu adalah pemimpin dari kerajaan tempat mereka tinggal. Tapi Leedo sama sekali tidak kelihatan tersinggung, ia malah berperilaku seperti paman bagi mereka. Aku jadi tersenyum sendiri mengingat bagaimana lepasnya tawa Leedo saat ia bermain dengan anak-anak. Aku merasa seperti melihat dirinya yang sesungguhnya, bukan dirinya yang harus menjaga citra dan sebagainya. Aku akui, aku suka sisinya yang satu itu. Mungkin selama ini aku hanya kurang mengenalnya dengan baik.

Sebelum liburan, aku merasa bahwa liburan seminggu dengan Leedo pasti akan terasa berat dan membuatku tidak nyaman. Tapi tanpa aku sadari liburannya ternyata berakhir dengan cepat. Kalau boleh jujur, aku menikmati liburan awal musim dingin ini. Aku benar-benar bersantai dan hanya berjalan-jalan, juga makan. Aku menghabiskan seharian dengan Leedo untuk mengobrol atau membahas sesuatu. Ternyata walaupun memiliki perbedaan, aku tetap merasa memiliki kesamaan dengannya. Ia memang unik.

Lalu setiap malam, saat orang-orang sudah tidur, Leedo pergi ke kamarku untuk tidur bersamaku. Ia selalu mengajakku mengobrol sampai tertidur. Dan karena obrolan setengah sadar itu, aku mengenalnya dengan lebih baik. Aku terkejut dengan bagaimana seminggu tinggal berdekatan dengannya membuatku sadar bahwa ia sama sekali bertolak belakang dengan dirinya saat di istana. Di sini ia terlihat tidak tertekan dan lebih santai, ia juga tidak pernah terlihat marah atau menunjukkan emosi negatif. Ia banyak bicara dan tertawa selama liburan ini, dan membuatku turut merasa senang juga menikmati waktu yang dilalui bersama.

Aku tidak bisa bilang bahwa aku mencintainya, tapi harus aku akui, aku menikmati perhatian dan cinta darinya. Selama seminggu ini ia benar-benar perhatian padaku. Ia selalu memastikan apakah kebutuhanku dipenuhi, apakah keinginanku diberikan padaku, dan juga selalu memastikan aku sehat dan aman. Ia selalu memelukku sebelum tidur supaya aku bisa segera terlelap. Ia juga tidak jarang memberikan kontak fisik yang membuatku merasa dicintai. Betapa beruntungnya Lily sempat dicintai oleh Leedo. Tapi sayangnya ke depannya aku yang akan diprioritaskan Leedo. Atau setidaknya aku harap begitu. Aku tidak ingin berbagi Leedo dengan orang lain. Inilah alasan aku tidak ingin mencintainya, akan sulit bagiku untuk membaginya dengan orang lain. Padahal tidak seharusnya aku memiliki hak untuk melarang Leedo berdekatan atau menikahi perempuan lain. Memang perasaanku ini rumit. Aku mungkin memiliki kualifikasi sebagai Ratu, dalam hal pekerjaan, tapi aku tidak bisa berbesar hati seperti Ratu lainnya dalam hal membagi suami.

Apalagi karena perhatiannya, aku mulai merasa nyaman dengan kehadiran Leedo di sisiku. Aku tidak lagi menganggap Leedo sebagai musuh dan mulai terbuka dengannya. Aku juga tidak lagi berusaha menjauhinya dan mulai menerima dirinya yang ingin mendekat padaku. Kalau dipikir-pikir, aku dan Leedo sama-sama dicelakai dan pemandangan kami terluka pasti disukai oleh pelaku. Karena itu aku merasa memiliki kesamaan dengannya dan sepertinya aku bisa percaya padanya. Selain soal ia mencintaiku, aku rasa ia bisa dipercaya. Ia tidak semisterius Ravn dan Yonghoon kalau dipikir-pikir dan seharusnya aku bisa percaya dengannya. Ia juga sudah bilang perasaan yang sesungguhnya dan aku lihat ia terlihat jujur. Mungkin setidaknya di kehidupanku yang rumit ini, aku bisa mempercayai sang Raja.

"Kau menikmati liburannya, Ratu?" tanya Leedo saat aku dengannya akan naik kereta kuda.

"Tentu! Aku sangat suka," aku tersenyum lebar saat menjawabnya.

Tangan Leedo terangkat dan ia mengelus kepalaku. Ia ikut tersenyum. Terkadang aku masih terkejut saat melihatnya tersenyum. Karena ia tampak begitu lembut dan menawan. Apalagi ia juga jarang tersenyum padaku. Interaksiku paling sering dengannya adalah sepertinya ia yang marah-marah, keras kepala, dan egois. Makanya melihat senyumnya yang menawan membuat hatiku hangat, apalagi elusannya di kepalaku juga membuatku senang. Aduh, sepertinya aku sudah benar-benar gila! Aku sudah jatuh terlalu dalam pada Leedo dan sepertinya aku tidak bisa naik lagi. Bahkan walaupun ada yang ingin menarikku untuk naik.

ANSWER (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang