14. Mawar Biru

247 65 82
                                    

Setelah acara pernikahan yang terasa panjang, akhirnya aku kembali ke istanaku. Aku merasa lelah sekali. Kakiku sakit karena seharian berdiri, begitupun pinggangku karena berdiri tegak tanpa bisa banyak bergerak. Aku merasa seperti boneka yang harus berdiri tegak dan tersenyum manis. Ke depannya pun saat menjadi tuan rumah aku akan berperilaku seperti itu. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku alami, aku baru saja menikah? Aku baru saja menjadi istri seseorang? Tapi aku ingin segera tidur tanpa berminat memikirkan tentang hari ini lebih lanjut. Setidaknya mungkin saat aku bangun, aku akan merasa lebih baik.

"Yang Mulia Ratu! Seharusnya Yang Mulia sedikit merias wajah Yang Mulia dan memakai gaun yang lebih bagus. Yang Mulia Raja akan datang sebentar lagi."

"Sudahlah, Countess," aku menghela napas mendengar ucapan kepala dayangku yang menyuruhku bersiap-siap karena Leedo akan datang. "Yang Mulia Raja tidak akan datang."

Setelah melepaskan gaun pengantin, aku membersihkan diri dan hanya memakai gaun tidur. Aku sudah menghapus riasan di wajahku dan aku membiarkan rambutku digerai saja. Karena seharian disanggul, rambutku jadi mengembang dan bergelombang. Sungguh, aku tidak dalam kondisi baik untuk bertemu siapa-siapa.

Aku juga yakin sekali Leedo tidak akan datang, selain untuk membicarakan tentang kekasih simpanannya. Tapi aku sudah mengatakan dengan jelas saat acara pernikahan tadi, jadi sudah tidak ada yang harus dibicarakan. Leedo pun pasti lelah dan Lily tidak akan mungkin membiarkan Leedo pergi ke mari. Aku sangat yakin.

Sebelum tidur, aku meminta dayangku menyiapkan segelas susu hangat. Aku ingin tidur nyenyak malam ini. Jadi aku menunggu mereka di ruang tamu kamarku sambil membaca beberapa dokumen pekerjaan. Aku tahu aku baru menikah, tapi aku harus mengalihkan pikiranku. Makanya aku memilih larut dalam dokumen-dokumen ini yang sempat aku tinggalkan selama tiga hari demi persiapan pernikahan, kata mereka.

"Yang Mulia Ratu, Yang Mulia Raja sudah tiba."

"Apa?"

Aku menatap pintu yang terbuka dengan tidak percaya. Leedo berdiri di sana, sudah melepas setelan pengantinnya dan hanya memakai kemeja dan celana panjang saja. Rambutnya sudah tidak ditata lagi dan terlihat basah. Sepertinya ia habis mandi? Aku terkejut sekali sehingga aku butuh semenit untuk memulihkan diriku.

Aku meletakkan dokumen-dokumen di meja lalu aku berdiri. Aku membungkuk memberi hormat. "Salam, Yang Mulia Raja."

"Kau belum tidur."

Aku mengangguk kecil. "Mari duduk, Yang Mulia."

Aku menuju salah satu dayang dan meminta untuk disiapkan teh. Susuku disimpan saja dulu, nanti aku akan meminumnya setelah Leedo pergi.

Aku bingung dengan apa tujuan Leedo ke mari. Aku tidak tahu apakah aku akan melakukan sesuatu dengannya? Atau ia ingin membicarakan soal ucapanku saat pernikahan tadi?

"Aku akan bertanya langsung, Ratu."

Jantungku terasa berhenti saat mendengar suaranya. Tapi aku berusaha mengatur ekspresi sebelum merespon, "Silakan, Yang Mulia."

"Apa maksudmu soal yang kau katakan tadi?"

"Kalau begitu aku akan bicara dengan langsung juga," aku menarik napas. Aku membiarkan dayang-dayangku tetap di sini karena mereka juga sudah tahu tentang Lily. "Aku tahu Yang Mulia mencintai Nona Lily. Dan karena itu aku tidak akan mengganggu Yang Mulia ataupun mengganggu Nona Lily. Aku juga tidak akan melakukan hal yang sia-sia seperti mengharapkan cinta darimu, bahkan aku tidak akan mengharapkan waktumu sedikitpun. Mari tidak saling mencampuri urusan masing-masing. Dan aku hanya ingin Putra Mahkota adalah anakku."

"Aku hargai kejujuranmu, aku juga akan bicara jujur secara langsung. Kau tidak akan memiliki anak, Ratu. Kau tidak bisa memiliki anak."

Aku membulatkan mata mendengar kalimatnya. Aku menggeleng, menolak mentah-mentah ucapannya. "Dengan segala hormat, tidak seharusnya Yang Mulia mengatakan hal seperti itu. Apa yang Yang Mulia ketahui tentangku?"

ANSWER (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang