Aku menghabiskan waktu dengan belajar. Aku bisa apalagi? Aku tidak menarik minat para bangsawan untuk mengundangku, tidak seperti Emma. Lingkaran pertemananku hanya berkisar antara Harin, Kanghyun, Dongmyeong, dan Xion. Daripada tidak sama sekali, ya?
Malam ini akan menjadi jadwalku makan bersama Putra Mahkota. Apakah aku akan bisa makan nantinya? Aku tidak tahu. Interaksi terakhir adalah saat tidak sengaja bertemu di perpustakaan. Setelahnya jika aku ke taman, aku akan berada di tempat yang tersembunyi.
Tempat ini tidak kalah indah, kok. Ada sebuah kolam kecil dan sekitarnya ditutupi sebuah pagar tanaman. Masuknya saja harus melalui jalan tersembunyi yang tidak sengaja aku temukan. Jadi ini adalah tempat favoritku dan di sini jauh dari keluarga kerajaan atau pun para pengawal.
Matahari sudah terbenam. Aku harus kembali ke kamarku dan bersiap-siap untuk makan malam. Kalau tidak, kepala pelayan akan mengomeliku.
Aku sampai di kamarku dan ternyata air mandiku sudah disiapkan. Para pelayanku ini memang sigap. Aku berterimakasih dan aku dibantu mereka saat mandi. Memang, sebagai seorang bangsawan, mereka tidak akan mandi dengan tangan mereka sendiri. Karena itu, para bangsawan hanya akan memandikan seorang Ratu dengan tangan mereka.
Aku merasa sangat enggan untuk pergi ke ruang makan. Tapi ternyata sudah ada yang datang menjemput. Aku tidak tahu apakah seorang ksatria memang selalu datang menjemput? Soalnya aku lihat Emma pergi bersama dayang-dayangnya. Mungkin karena aku belum punya dayang?
"Salam, Lady. Aku Keonhee, dan Putra Mahkota telah menunggu di ruang makan. Mari aku antarkan."
Aku meraih tangannya dan berjalan bersamanya ke ruang makan. Ia lebih tinggi dari para pangeran maupun Putra Mahkota, tapi ia tidak terkesan mengintimidasi. Ia juga memiliki raut yang ramah dan aku sering melihat ia dengan gampang berbaur dengan orang lain. Jadi, hanya berjalan dalam diam saja dengannya sudah membuatku nyaman tanpa perlu membahas sesuatu.
Aku masuk ke ruang makan dan Putra Mahkota sudah menunggu. Leedo terlihat santai hanya dengan setelan biasa tanpa embel-embel logo kerajaan dan sebagainya. Aku menunduk untuk memberi salam.
"Salam, Putra Mahkota. Maaf sudah membuatmu menunggu."
"Silakan duduk."
Aku duduk di depannya. Meja ini besar dan aku dengannya duduk di sisi yang berlawanan. Untungnya, aku tidak perlu terlalu dekat dengannya.
Makanan mulai disajikan dan aku memiliki kesulitan untuk menelannya. Ia terlihat melirik padaku, sebelum berlanjut pada makanannya.
"Makanannya tidak enak?"
"Makanannya sangat enak, Yang Mulia," aku berusaha memaksakan sebuah senyum.
"Ekspresimu tidak memperlihatkan seperti itu."
Aku tidak bisa menelan itu karenamu, tahu? Aku hanya memasang senyum dan melanjutkan makan malam ini. Aku tidak tahu harus mengatakan apa padanya. Aku memang memiliki beberapa teman lelaki, tapi aku tidak pernah berkencan.
Jadi aku tidak tahu pembicaraan apa sebaiknya di kondisi ini. Aku harus menanyakan bagaimana harinya berlalu? Tapi rasanya tidak tepat. Apa urusanku dengan hal itu?
Tiba-tiba pintu ruang makan terbuka lebar. Terdengar begitu gaduh dan disusul bunyi langkah kaki berderap. Begitu aku sadar apa yang terjadi ternyata sudah ada seseorang yang memeluk Leedo dan berusaha naik ke pangkuannya.
Aku mengerutkan kening. Aku tidak suka dengan situasi ini. Aku tidak suka saat aktivitasku diinterupsi. Tidak bisakah aku dibiarkan menyelesaikan tugasku? Sungguh, Lily! Setelah ini Putra Mahkota akan menjadi milikmu. Tidak bisakah kau berbagi untuk setahun?
KAMU SEDANG MEMBACA
ANSWER (ONEUS & ONEWE)
FanfictionAwalnya mimpi buruk itu datang, menunjukkan akhir yang tragis dari keluargaku. Aku tidak ingin itu terjadi, jadi aku memutuskan untuk menggantikan saudaraku dengan ikut kompetisi menjadi pendamping Putra Mahkota. Yang aku inginkan hanyalah pergi ke...