32. Keonhee

205 59 67
                                    

Aku mengganti pakaian dengan gaun paling sederhana yang aku temukan di lemari pelayan ini. Kemudian aku memakai topi untuk sedikit menutupi wajahku. Aku tidak memakai satu pun perhiasan dan aku hanya memakai pakaian yang sederhana. Perhiasan-perhiasan yang tidak banyak ini aku selipkan di gaunku. Aku tidak membawa banyak tapi cukup untuk modal hari ini.

Aku pergi ke kandang kuda dan melepaskan kuda milikku. Dari dulu aku memang sudah memiliki kuda hadiah dari Leedo yang dulunya hanya beberapa kali aku gunakan untuk berkuda. Tapi sekarang sudah semakin sering, apalagi setelah Yonghoon dan Lily berkuasa. Sudah tidak ada kereta kuda untukku lagi, jadi aku harus membiasakan pergi sendiri dengan kuda. Hari ini Lily pergi ke salon karena ia akan mengadakan pesta nanti malam, dan Yonghoon pun sedang bersenang-senang dengan wanita simpanan yang ia miliki. Aku bisa dengan gampang keluar.

Aku keluar dari jalan rahasia. Jalan ini tidak diketahui oleh para pasukan Yonghoon dan sering aku gunakan untuk pergi. Beberapa kali aku pergi keluar istana untuk melihat apa yang terjadi di kota. Tapi sungguh semuanya benar-benar kacau dan rusuh sampai aku tidak tahu harus melakukan apa. Hatiku juga sakit melihat rakyat yang seharusnya dilindungi malah terluka. Aku tidak akan membiarkan ini terjadi lagi.

Aku menuju ke daerah yang tidak terlalu rusuh. Daerah ini sepi. Tidak banyak tempat yang buka. Banyak rakyat yang dipenjara karena tidak bisa membayar upeti. Padahal biasanya daerah ini ramai karena tempat ini isinya restoran terkenal. Tapi sekarang sepi. Tidak ada penjual, tidak ada pembeli, tidak ada hiruk pikuk orang lewat.

Aku turun dari kuda dan masuk ke sebuah kedai makan yang masih buka. Mumpung masih buka setidaknya aku bisa memberikan modal untuk mereka kan? Nanti aku akan berikan kepada yang lain juga. Tapi mari kita lihat apa yang sebenarnya terjadi di sini.

Aku mengamati kedai makan ini. Kacau. Mejanya hancur, kacanya banyak yang pecah, dan ada bekas berwarna kecokelatan. Aku rasa itu darah? Aku jadi merinding tapi aku harus mengamati lebih baik apa yang terjadi di tempat ini.

"Kami sudah tutup, tidak akan ada makanan yang bisa disajikan."

Aku menatap ke sumber suara dan terlihat wanita tua yang mengatakan itu padaku dengan nada judes. Biasanya penjual-penjual di sini ramah, apalagi di tempat makan yang kecil. Di saat aku hanya bangsawan biasa saja mereka memperlakukanku layaknya Ratu karena jarang ada bangsawan yang mampir ke tempat makan yang kecil.

"Oh, kau? Bukankah kau Ratu itu? Yang berkhianat? Ke mari kau, akan aku tunjukkan padamu bagaimana mereka memperlakukan kami semua."

Wanita itu berjalan mendekat dengan ekspresi marah, benar-benar marah. Aku berjalan mundur, aku tidak berani menghadapi wanita ini. Kalau sudah begini apa yang harus aku lakukan? Ia terlihat ingin menyerangku dan terlihat sangat marah. Aku tidak tahu bagaimana menghadapi wanita tua yang sedang marah yang berniat menghukumku.

Tiba-tiba suara pintu terbuka terdengar dari belakangku dan aku tidak sengaja menabrak orang yang baru masuk ini. Terjebak sudah posisiku. Depan dan belakangku ada orang yang ingin melakukan kejahatan padaku.

"Ibu! Apa yang kau lakukan? Ada tamu kenapa tidak disambut dengan baik? Ia sampai ketakutan melihat Ibu melotot. Kalau begitu kapan lakunya kedai ini? Uangku sudah tidak banyak lagi untuk membayarkan upetinya."

Aku membalikkan tubuhku untuk melihat siapa yang datang. Langsung saja aku dibuat terkejut dan senang karena kehadirannya. Mengherankan bahwa ia masih bisa melakukan tugasnya tanpa ia sadari. Melindungiku.

"Sir Keonhee."

"Sudah lama tidak ada yang memanggilku begitu. Oh! Yang Mulia Ratu! Aduh, pakaianku tidak pantas begini. Salam, Yang Mulia Ratu," Keonhee langsung berlutut untuk memberikan salam.

ANSWER (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang