Sudah tiga hari aku pergi dari istana dan menginap di sebuah penginapan kecil. Aku mencoba hidup dengan tidak melakukan apa-apa untuk menenangkan diriku. Sebenarnya aku sama sekali tidak merasa lebih baik. Malah, rasanya tambah kacau. Aku jadi merasa bersalah dan aku merasa perlakuanku pada semua orang begitu kekanakan. Kenapa waktu itu aku marah-marah dan menyalahkan semua orang? Kalau sudah begini, aku tidak memiliki muka untuk ditunjukkan di istana. Tapi selama aku berpikir beberapa hari ini sepertinya sudah saatnya aku keluar dari istana dan memulai hidup baru.
Mungkin rasanya seperti melarikan diri dari masalah, tapi setidaknya sudah ada Leedo dan para pangeran. Rasanya sudah cukup aku serahkan tugas ini pada mereka. Sudah saatnya aku berhenti berpura-pura kuat dan mengorbankan seluruhnya untuk kerajaan dan rakyat. Untuk kali ini aku ingin mementingkan diriku sendiri. Aku benar-benar sudah lelah bertahan selama ini dan aku rasa ini batasnya. Memang kalau aku sudah merasa lelah, semuanya terasa salah. Mungkin ini karena aku lelah jadi aku menanggapinya dengan terlalu sensitif. Karena itu, sudah saatnya aku beristirahat.
Aku naik ke atas kuda dan pergi ke istana. Cuaca semakin dingin. Seperti biasa, aku masuk lewat jalan rahasia supaya tidak menarik perhatian. Aku meletakkan kuda di kandangnya dan aku pergi ke istana tempatku tinggal. Aku ingin mengambil beberapa barang pentingku. Kalau hitunganku tepat, setidaknya dari uang yang aku miliki bisa aku gunakan untuk membeli rumah di pinggiran kota. Sepertinya itu tempat yang tepat untuk memulai hidup yang baru. Semua yang aku alami di istana selama bertahun-tahun ini ternyata efeknya adalah aku yang merasa sudah sangat lelah. Aku tidak mau berada di sini lebih lama lagi.
"Ke mana saja kau selama ini?"
"Oh, Yonghoon. Kebetulan sekali. Aku ingin mengundurkan diri."
"Mengundurkan diri apa? Dari posisi Ratu? Kau bercanda? Kepalamu terbentur sesuatu?"
"Yonghoon," aku menatap Yonghoon lekat. "Aku sudah tidak ingin berada di sini lagi. Aku menyerah. Sekarang, aku serahkan padamu semua kekuasaan kerajaan ini. Aku sudah menyelesaikan pekerjaan akhir tahun yang banyak kok, jadi kau tidak akan kebingungan, seharusnya. Ke depannya semoga beruntung."
Aku menunduk, memberi salam untuk pertama dan terakhir kalinya, lalu melanjutkan langkahku ke istana pangeran. Aku berpapasan dengan tiga ksatriaku, tapi aku lewati mereka begitu saja. Mungkin ini adalah keputusan paling gila yang aku ambil. Aku yang mati-matian mempertahankan posisiku supaya tetap memiliki wewenang di kerajaan, akhirnya menyerah dan mundur. Memang hanya segini kemampuanku. Aku tidak tahu kenapa aku begitu nekad mengambil keputusan ini, tapi untuk pertama kalinya aku sadar bahwa selama ini aku sudah hidup untuk orang lain. Seperti saat aku kecil dan tumbuh dewasa, aku hidup untuk keluargaku. Saat aku menjadi Ratu, aku hidup untuk menyenangkan rakyat, bahkan saat aku sudah bukan Ratu lagi, aku tetap hidup untuk rakyat. Kapan aku memikirkan diriku sendiri? Kapan aku bersantai tanpa harus mempedulikan apa pun? Kapan terakhir aku mengambil sebuah keputusan untuk kebaikan diriku sendiri? Maka, sebelum terlambat, mungkin sudah saatnya aku hidup untuk diriku sendiri. Mungkin nanti akan ada saatnya aku jatuh cinta lagi dengan seseorang dan hidup bahagia selagi membangun keluarga bersamanya? Atau mungkin aku akan mengangkat seorang anak untuk menemani sisa hidupku. Aku percaya sisa hidupku akan menjadi lebih menyenangkan.
Jadi aku mengepak barang dengan perasaan ringan. Aku hanya membawa sebuah tas besar. Jadi hanya aku isi dengan barang penting. Aku bisa membeli sisanya nanti. Lagi pula hidup juga bukan tentang gaun yang indah, peralatan makan yang mewah, dan perabotan yang mahal. Hidup juga tentang tinggal di tempat yang mungil dan nyaman.
"Ratu, ini aku, Leedo. Bolehkah aku masuk?"
"Tidak. Aku sedang tidak ingin bertemu dengan siapa pun. Siapa pun berarti termasuk kau, Geonhak. Aku ingin pergi keluar dari istana dengan tenang."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANSWER (ONEUS & ONEWE)
FanficAwalnya mimpi buruk itu datang, menunjukkan akhir yang tragis dari keluargaku. Aku tidak ingin itu terjadi, jadi aku memutuskan untuk menggantikan saudaraku dengan ikut kompetisi menjadi pendamping Putra Mahkota. Yang aku inginkan hanyalah pergi ke...