Aku terbangun keesokan paginya dan kepalaku terasa berat. Aku menangis semalaman sampai aku tidak tahu jam berapa persisnya aku tertidur. Aku tidak tahu apakah yang aku alami sebelumnya adalah mimpi atau nyata. Rasanya terlalu sulit dipercaya. Dan bodohnya aku, semalam aku malah marah-marah dengan Leedo. Padahal setiap hari aku membayangkan untuk bertemu dengan Leedo. Aku membayangkan kalau aku bertemu dengan Leedo, apa yang akan aku lakukan pertama kali? Aku kira aku akan memeluknya dan menanyakan kabarnya. Tapi ternyata aku malah marah-marah dengannya.
Aku tidak ingin keluar dari kamar supaya tidak bertemu dengan mereka. Tapi pelayan yang waktu itu malah memanggilku dan memaksaku untuk pergi ke ruang rapat karena dipanggil Yonghoon dan Lily. Mereka pasti mau mengadakan pesta tahun baru yang skalanya lebih besar lagi. Dan bisa apa mereka tanpaku?
Aku benar-benar dipaksa untuk pergi. Sepertinya pelayan ini belum pernah merasakan tamparanku, jadi ia masih kurang ajar. Lily saja yang sudah kena sejauh ini tidak berani macam-macam. Tapi aku tidak ingin membuat keributan dengan menampar semua orang yang membuatku kesal.
"Kenapa lama sekali?" bukannya menyapaku, Lily malah langsung menyerangku dengan pertanyaan ini. Ia berdiri tepat di depanku. Ia lebih pendek dariku, jadi ia mendongak untuk menatapku dengan tatapan tidak suka.
"Kenapa juga aku harus buru-buru?" tanyaku balik sambil tertawa meremehkan.
"Aku sudah menahan kelakuanmu berbulan-bulan, tapi kau benar-benar sudah tidak sopan. Aku ini Ratu."
"Lantas apa bedanya denganku?"
"Aku Ratu dengan mahkota!" ucapnya tidak mau kalah.
"Mahkota itu hanya simbol. Memangnya apa kontribusimu untuk kerajaan ini?"
Seperti biasa, kelakuan Lily memang selalu bikin geleng-geleng kepala. Ini yang aku hadapi setiap hari, makanya aku sudah muak. Aku ingin secepatnya angkat kaki dari istana supaya tidak perlu berurusan dengan urusan kerajaan lagi, termasuk dia.
"Bisa apa kau tanpa belas kasihan Yonghoon? Kau sendiri pasti sudah disiksa di penjara dan hanya makan roti keras setiap hari."
"Lakukanlah! Kau selalu mengatakan itu tapi kalian tidak pernah sungguhan melakukannya. Kenapa? Takut kalau tidak ada yang membantu urusan kerajaan lagi? Kalian itu bisanya apa? Hanya melakukan kekerasan dan memberikan ancaman juga suap. Selain itu? Aku yakin jika aku tinggalkan sehari saja kerajaan ini pasti akan kacau karena ulah kalian yang tidak tahu cara mengurusnya."
"Wah, kau semakin kurang ajar ya karena aku tidak pernah menghukummu walaupun kau sudah berperilaku tidak sopan. Sini kau, akan aku beri pelajaran!"
Lily meraih rambutku dan menjambaknya kemudian ia menarikku untuk keluar ruang rapat. Benar-benar ya! Dia ini sungguh tidak tahu malu. Kalau sudah kalah berdebat akan memakai kekerasan. Tapi aku tidak akan tinggal diam seperti aku yang dulu. Aku sudah meyakini bahwa aku telah berubah dan aku harus melawannya supaya ia tahu posisi yang sesungguhnya. Yang Ratu itu aku. Terserah siapa yang memakai mahkota, tapi aku yang mengurus kerajaan ini!
Jadi aku meraih rambutnya dan menjambaknya kuat supaya ia berhenti melangkah. Ia langsung berteriak, "Apa yang kau lakukan? Lepaskan!"
"Tidak, kau yang lepaskan duluan."
Aku menjambak rambutnya semakin kuat seolah aku sedang mengeluarkan amarah bertahun-tahun ini padanya. Aku menjambak rambutnya seolah ingin melepaskan rambutnya dari kulit kepalanya. Aku benar-benar tidak terima dengan perlakuannya selama ini. Tidak jarang ia dulu menampar, menjambak, memukul, dan melakukan hal yang tidak menyenangkan padaku hanya karena aku tidak menurut padanya atau tidak melakukan hal yang ia inginkan. Dulu aku menerimanya, tapi sekarang tidak lagi. Aku sudah pernah menamparnya, aku sudah pernah melawan padanya, aku akan melakukannya hingga akhir.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANSWER (ONEUS & ONEWE)
FanfictionAwalnya mimpi buruk itu datang, menunjukkan akhir yang tragis dari keluargaku. Aku tidak ingin itu terjadi, jadi aku memutuskan untuk menggantikan saudaraku dengan ikut kompetisi menjadi pendamping Putra Mahkota. Yang aku inginkan hanyalah pergi ke...