34. Kompetisi Berburu

195 59 138
                                    

Akhirnya aku menyetujui untuk pergi didampingi oleh Geonhak, seorang ksatria yang baru pertama kali aku dengar namanya. Ada sedikit yang berbeda darinya, biasanya ksatria yang mendampingiku akan berjalan di belakangku, tapi ia berjalan di sebelahku, malah di depan. Saat ada hambatan di jalan ia akan membantuku untuk melewatinya. Perlakuannya sangat halus dan lembut. Daripada ksatria dari keluarga Baron, aku lebih merasa lelaki ini pasti adalah bangsawan.

Selama di jalan ia juga banyak menembakkan panahnya di hewan buruan. Aku yakin ia akan menang. Dan aku senang aku bersamanya dan tidak akan sulit untuk mendekatinya di kemudian hari. Bagaimanapun tujuanku adalah mendekati pemenang untuk menjadi sekutuku. Setidaknya aku sudah mengetahui nama dan asal keluarganya, aku bisa membuat kunjungan pada suatu hari nanti.

"Bagaimana keadaanmu?" tanyanya saat aku dengannya sedang duduk beristirahat di bawah pohon.

"Aku baik-baik saja berkatmu. Terima kasih banyak."

"Bukan."

Ucapannya membuatku menatapnya bingung. Keadaan yang seperti apa yang ingin ia dengar dariku. "Apanya bukan?"

"Bukan sekarang, tapi selama satu setengah tahun ini, bagaimana keadaanmu?"

"Satu setengah tahun? Kenapa kau peduli? Aku hanyalah Ratu yang berkhianat."

"Aku tetap ingin tahu tentang keadaanmu."

Wah, ksatria ini pasti mengira sudah dekat denganku sehingga tidak sopan. Tapi karena aku ingin mendekatinya, aku rasa aku akan menceritakan ini padanya. "Awalnya semuanya berat dan kacau. Tapi sekarang semua sudah baik-baik saja. Aku bisa menghadapi ini semua."

"Kau pasti lelah kan?"

"Tidak juga, aku merasa bersemangat dengan kehadiran banyak orang di sekitarku. Aku jadi mengalami berbagai hal yang tidak pernah aku bayangkan. Mungkin, aku bersyukur karena aku masih hidup."

"Aku pun merasa begitu."

"Oh ya? Memang di saat hidup menjadi berat rasanya ingin mengakhiri hidup. Tapi kadang rasanya hidup masih terlalu singkat untuk segera diakhiri. Aku ingin hidup lebih lama dan mendapatkan semua yang harus aku dapatkan."

"Kau memiliki harapan. Aku senang untuk itu."

"Aku juga senang memiliki harapan. Bagaimana denganmu? Ada hal yang ingin kau lakukan?"

Ia menatapku dan mengangguk. "Ada."

Aku merasa kondisi ini lucu. Aku sedang duduk dengan ksatria di bawah pohon dan membicarakan tentang yang aku alami. Aku malah mengatakan semuanya pada seseorang yang baru aku temui. Tapi aku merasa sosok ini cukup familiar. Mungkin ini efek aku merindukan Leedo, aku jadi menemukan berbagai kesamaan padanya. Padahal tidak mungkin Leedo ada di tempat seperti ini. Ditambah namanya kan Geonhak. Aku tidak bisa melihat wajahnya, tapi aku yakin mereka berbeda.

"Mau kembali, Ratu?"

Ini yang membuatku merasa ia familiar. Caranya memanggilku Ratu benar-benar mengingatkanku pada Leedo. Tapi mungkin ini hanya perasaanku saja. Ini karena aku merindukan Leedo. Setiap hari aku merindukannya. Dan sosok Geonhak ini yang mengingatkanku pada Leedo cukup membuatku merasa terhibur.

Ia mengulurkan tangannya padaku dan ia membantuku berdiri. Kemudian ia menggandengku untuk kembali. Aku merasa seperti berjalan bersama Leedo. Maaf, Geonhak, tapi boleh kan aku menganggapmu sebagai Leedo? Hanya untuk sebentar karena aku terlalu merindukan sosok lelaki itu yang tidak aku ketahui ada di mana dan bagaimana kabarnya.

Aku masih lanjut mengobrol dengannya. Ia masih memperlakukanku dengan lembut dan penuh perhatian. Aku suka itu. Matahari semakin tergelincir ke barat, aku dan Geonhak akhirnya keluar dari hutan. Di sekitar sini ada dua orang lain yang memakai baju zirah yang mirip dengan Geonhak. Keduanya menghampiriku dan membungkuk.

ANSWER (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang