16. Hampir Celaka

229 70 49
                                    

Aku dengar kabar bahwa Leedo sudah pergi dengan Lily seminggu setelah hari kunjungan. Jadi aku rasa ini adalah waktu liburan untukku? Akhirnya aku mengunjungi perpustakaan istana. Sebenarnya buku di ruang kerjaku sudah lengkap, tapi aku rindu suasana perpustakaan. Aku bahkan sengaja membawa pekerjaanku untuk aku kerjakan di sana. Aku sedang mencari suasana baru supaya tidak suntuk karena tidak pergi ke mana-mana.

"Oh, Yang Mulia Ratu yang datang."

"Pangeran Ravn?"

Aku tidak sengaja bertemu dengannya saat aku baru masuk ke perpustakaan. Aku langsung bertukar salam dengannya dengan kikuk. Sudah berminggu-minggu semenjak aku menuduhnya secara langsung dan setelahnya aku tidak bertemu dengan Ravn sama sekali. Rasanya bahkan aneh bertemu dengannya di perpustakaan.

"Aku kira Yang Mulia Ratu yang pergi liburan."

"Aku lebih suka liburan yang seperti ini."

"Yang Mulia mau mencari buku apa?" tanyanya ramah.

"Ah tidak, aku hanya ingin mengerjakan pekerjaan di sini. Silakan lanjutkan saja aktivitasmu, Pangeran."

Aku baru akan berjalan meninggalkannya sampai Ravn tiba-tiba berseru, "Yang Mulia, menunduk!"

"Apa? Kenapa?" tanyaku bingung. Kenapa tiba-tiba disuruh menunduk?

Aku belum memiliki refleks yang bagus dan aku kebingungan dengan apa yang terjadi. Jadi Ravn mendekat kepadaku, merangkul bahuku, dan menarikku untuk menunduk.

"Ada apa, Pangeran?" tanyaku sekali lagi dan rasanya mulai kesal. Pertanyaanku dari tadi tidak dijawab. Kenapa juga tiba-tiba ia menarikku untuk bersembunyi di bawah salah satu meja?

"Lihat di sebelahmu."

Aku menoleh ke sisiku dan terlihat sebuah anak panah menancap di pot bunga. Tidak ada anak panah ini sebelumnya jadi pasti anak panah ini baru saja menancap di pot bunga. Aku melotot tidak percaya semakin aku menyadari bahwa anak panah itu baru saja ditembakkan dari luar ke dalam perpustakaan ini. Kalau Ravn tidak menolongku, atau terlambat sedikit saja menarikku untuk menunduk, mungkin panah itu sudah menancap di tubuhku. Pemikiran itu membuatku merinding. Panah dari mana itu? Ada yang sengaja menembaknya, kah? Siapa incarannya? Tidak mungkin kan aku?

Aku langsung merasa kehilangan energi sampai tidak bisa bergerak lagi. Aku mengangkat kepalaku untuk melihat reaksi Ravn dan ia tampak panik? Ia memandang ke sumber anak panah yang meluncur dan langsung menunduk lagi. Bahkan ia memelukku erat untuk melindungiku.

"Pengawal! Ksatria! Siapa pun. Ada yang menyerang ke mari!" teriak Ravn tanpa melepaskan pelukannya dariku. Posisiku sudah terduduk di balik meja dan Ravn masih melindungi tubuhku. "Lihat ke bukit di sana! Orangnya di sana. Cepat bergegas, Yang Mulia Ratu adalah sasarannya."

Atas perintah Ravn, beberapa ksatria langsung berjalan keluar dan sebagian masuk untuk melindungiku dan Ravn. Jantungku berdebar kencang. Baru kali ini aku merasa begitu dekat pada kematian dan rasanya sama sekali tidak baik. Coba bayangkan jika Ravn tidak ada, coba bayangkan jika aku tidak bertemu Ravn, coba bayangkan jika Ravn tidak menyelamatkanku. Aku pasti sudah tidak ada di dunia ini. Aku pasti sudah mati tertembak panah.

"Yang Mulia sudah baik-baik saja. Tidak perlu merasa takut."

Aku mendengar bisikan Ravn dan sebuah elusan darinya di bahuku. Tubuhku masih terlalu lemas dan suaraku seolah hilang. Aku menatap kosong ke anak panah kedua yang menancap di pot bunga lagi. Dan mungkin ada banyak anak panah juga yang menancap di atas meja atau di sekitar sini? Aku tidak bisa membayangkan jika anak panah itu menancap di tubuhku. Rasanya tubuhku langsung dingin dan aku kira jantungku berdetak semakin cepat.

ANSWER (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang