Rambut hitam dengan poni yang panjang. Halis hitam dan tebal. Manik mata berwarna coklat terang dengan bulu matanya yang lentik. Hidung yang mancung dan bibir yang indah dan tampak sangat manis. Ketampanannya membuat Berlian semakin gila kala harus terus menerus teringat akan wajah manisnya.
Sebuah cermin besar di hadapannya yang sedari terus ia tatap seakan bagaikan televisi yang menayangkan apa yang ada dalam fikiran Berlian. Tatapan sendu yang membuatnya semakin kecanduan. Dan senyuman yang selalu membuatnya gemas.
Gila. Memang sedikit gila. Mencintai seorang badboy gila hingga membuatnya ikut gila, rasanya tak pernah terlintas dalam benaknya sebelumnya. Namun ia sangat bersyukur telah dipertemukan dengan seorang badboy seperti Gerhana yang telah melengkapi kisah hidupnya, melengkapi belahan hatinya yang belum sempurna. Setelah kehadiran Gerhana, kini rasanya telah sempurna, hidupnya, hatinya, juga kebahagiaannya.
"Berlian! Hey!" Tiba-tiba suara seseorang berhasil membuyarkan lamunan Berlian, dan membuat bayangan Gerhana yang berada di balik cermin seakan lenyap seketika.
Refleks senyuman manis yang sempat hadir di bibirnya menyusut seketika. Dengan cepat ia mengarahkan pandangannya ke arah seseorang yang kini sudah berada di muka pintu kamar dan menatapnya lekat.
"Galaksi?" Ujar Berlian.
"Lo lagi ngapain sih, Berlian? Gue panggil-panggil dari tadi lo diem aja." Ucap Galaksi seraya berjalan menghampiri Berlian.
"Euu.. Sorry, Galaksi. Gue gak denger, tadi gue...."
"Mikirin Gerhana lagi?" Sambar Galaksi sebelum Berlian menyelesaikan kalimatnya, sementara Berlian terdiam sejenak sebelum akhirnya ia malah terkekeh mendengar ucapan Galaksi.
"Oh ya, lo mau ngapain ke kamar gue?" Tanya Berlian setelah menyelesaikan tawa kecilnya.
"Lo tau dimana dasi gue, gak? Gue udah nyari di lemari gue, tapi gak ada." Ucap Galaksi dengan memperjelas maksud tujuannya datang ke kamar Berlian.
"Oh iya, dasi lo ada di lemari gue. Kemaren dasi lo baru dicuci, dan gue lupa nyimpen dasi lo ke lemari lo setelah gue lipet." Jelas Berlian yang disambut tarikan nafas panjang dari Galaksi.
"Bentar gue ambil dulu." Lanjut Berlian.
Berlian segera pergi dari hadapan Galaksi yang masih menatapnya lekat, kemudian kembali dengan membawa dasi milik Galaksi yang memang masih tersimpan di lemarinya."Ini," Ucap seraya menunjukan dasi milik Galaksi setelah ia berdiri di hadapan Galaksi.
Galaksi terdiam, bibirnya terkatup rapat. Tatapannya seakan terhipnotis setelah berhasil mengikat manik mata berwarna biru terang milik Berlian yang tak habisnya selalu membuatnya candu. Terlebih saat melihat senyuman yang ditampilkan Berlian, membuatnya semakin tak mampu berfikir apapun.
"Sini!" Dengan satu gerakan Berlian menarik kerah baju Galaksi yang membuat Galaksi refleks mendekatkan kepalanya ke arah Berlian akibat tarikan Berlian yang cukup keras.
Karena tarikan keras dari Berlian dan ketidaksiapan Galaksi menahan tarikan keras dari Berlian, membuat wajah keduanya bertemu dengan tanpa jarak. Mata Galaksi membulat total saat menatap wajah Berlian dengan jarak yang sangat dekat.
Sementara Berlian terus menampilkan senyuman manis di bibirnya yang membuat Galaksi semakin tak mampu berkedip.
"Be.. Berlian.. Apa ini?" Ujar Galaksi gelagapan.
Terlihat dengan jelas, Galaksi tampak gugup setelah mendapatkan perlakuan demikian dari Berlian, terlebih saat mendapatkan posisi demikian bersama Berlian.
Berlian mengerutkan dahinya saat melihat gelagat Galaksi yang seharusnya tak dilakukannya.
"Apanya yang apa? Gue yang makein dasinya lah. Apa lagi?" Ucap Berlian yang masih belum mengubah posisinya.
"Oh, hh.." Gumam Galaksi seraya sedikit menjauhkan wajahnya dari wajah Berlian.
"Apaan sih? Gak jelas banget reaksi lo." Ucap Berlian sedikit bingung atas respon aneh yang diberikan Galaksi saat dirinya melakukan hal seperti itu padanya.
Galaksi hanya terdiam tanpa merepon kata-kata Berlian. Ia kembali mematung ketika Berlian berusaha memasangkan dasi di kerah bajunya. Sejak tadi tatapannya terus terikat pada manik mata milik Berlian yang sangat indah dan cantik baginya.
'Gila! Gue mikir apaan sih?' Tiba-tiba saja batin Galaksi berujar demikian. Ada suatu hal tentang Berlian yang ia fikirkan, namun ia merasa tidak pantas atas fikirannya itu. Entah hal apa, seakan Galaksi pun tak ingin memikirkannya lagi.
Tanpa sadar, kedua tangan Galaksi yang semula terus terdiam tiba-tiba bergerak mendekati tangan Berlian yang masih memasangkan dasi di kerah bajunya. Tatapannya masih terikat pada manik mata milik Berlian, bibirnya pun masih terkatup rapat.
Baru saja jemarinya menyentuh permukaan tangan Berlian, tiba-tiba saja ia tersentak hebat kala merasakan sengatan listrik yang entah berasal darimana.
"Astaga!" Pekik Galaksi, refleks ia menjauhkan tubuhnya dari Berlian, membuat Berlian mau tak mau harus melepaskan dasi Galaksi yang masih belum terpasang dengan sempurna.
Senyuman Berlian lenyap seketika, dahinya mengerut kala melihat Galaksi yang kini tengah terdiam syok dengan menatapnya tajam. Mulut Galaksi terbuka lebar, nafasnya seakan tertahan di kerongkongannya. Galaksi pun tak mengerti apa yang baru saja terjadi pada dirinya.
"Galaksi, lo kenapa? Ada apa, hah?" Ujar Berlian bingung atas tingkah Galaksi yang tiba-tiba, tak dapat dipungkiri ia merasa sedikit panik saat melihat raut wajah Galaksi yang demikian.
"Ah? Ng.. Nggak. Gue.. Gue gak papa kok." Walau berujar demikian, tak dapat dipungkiri keterkejutannya masih terlihat dengan jelas, Galaksi berusaha keras untuk mengatur nafasnya yang tiba-tiba saja terasa sesak.
"Seriusan lo nggak kenapa-napa?" Tanya Berlian yang tak percaya atas pernyataan Galaksi.
"Iya, gue gak papa kok. Lo nggak usah khawatir." Galaksi berusaha menampilkan senyuman manisnya demi membuat Berlian sedikit tenang dan tidak melanjutkan pertanyaannya atas apa yang telah terjadi pada Galaksi.
"Eum.. Yaudah kalo gitu, sini biar gue rapiin dasi lo."
Belum sempat Berlian menyentuh dasinya, Galaksi segera mengangkat sebelah tangannya seraya melangkah mundur selangkah seakan memberi isyarat agar Berlian tak perlu melakukan apa yang ingin ia lakukan.
"Nggak usah, gue bisa sendiri." Ucap Galaksi dengan wajah datar, namun keanehan tak dapat dipungkiri dirasakan oleh Berlian saat melihat reaksi dari Galaksi.
"Cepetan siap-siapnya, kita harus berangkat sekolah sekarang." Lanjut Galaksi yang terlihat dengan jelas tengah berusaha mengalihkan pembicaraan.
Tanpa memberikan kesempatan Berlian untuk merespon kata-katanya, Galaksi segera membalikkan tubuhnya dan memutuskan untuk pergi dari hadapan Berlian. 'Sialan! Gue kenapa sih?' Batin Galaksi kesal sebelum akhirnya ia benar-benar pergi dari kamar Berlian.
Sementara Berlian, dahinya masih mengerut kala melihat kepergian Galaksi dengan tingkahnya yang sangat aneh. Berlian tak mengerti kenapa Galaksi bertingkah demikian, Galaksi yang dilihatnya baru saja seakan seperti orang asing baginya.
"Aneh," Gumam Berlian benar-benar tak habis fikir atas tingkah Galaksi.
———
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana Berlian Season 2
Teen Fiction[Completed] Berjuang dan Berkorban Bersamamu Ada satu elemen bumi yang masih tersembunyi. Menjadi Rahasia. Fatamorgana. Bukan itu, justru hal sebaliknya yang entah apa namanya. Sesuatu yang ada, namun seolah tiada. Sesuatu yang berusaha dihempaskan...