"Bro, ambilin sambel dong," Pinta Bintang pada Langit.
Kini Bintang Kristal, Langit Pelangi, juga Gerhana Berlian masih berada di kantin. Keenamnya tengah sibuk dengan makanannya masing-masing. Hingga akhirnya Bintang berucap demikian saat merasa ada yang kurang dengan cita rasa makanannya. Bintang meminta Langit untuk mengambilkannya karena memang posisi Langit lebih dekat dengan benda yang diinginkannya.
"Ini?" Ujar Langit seraya menampakan botol saus pada Bintang.
Refleks Bintang menatap Langit jengah, malas juga sedikit kesal. Pasalnya yang diberikan Langit tidak sesuai permintaannya. Padahal sudah jelas Bintang meminta sambal, bukan saus.
"Gue mintanya sambel, bukan saos, Bambang!"
"Nama gue Langit, bukan Bambang. Masa lo lupa sih?" Dengan polosnya Langit berujar demikian, membuat Bintang menghela nafas panjang.
Berlian, Kristal dan Pelangi harus dibuat menahan tawanya saat mendegar ucapan Langit, terlebih saat melihat wajah Langit yang terlihat so'-so'an polos saat berucap demikian.
Namun lain halnya dengan Gerhana. Sejak tadi manusia yang satu ini tak menampakan reaksi apapun, wajahnya terus datar. Sepertinya moodnya kurang bagus saat ini. Selera makannya pun terlihat berkurang.
"Cepet ambilin sambelnya, gue gak nyampe nih," Pinta Bintang lagi.
"Iya bentar bawel!" Sambar Langit. Kemudian ia segera mengambil wadah sambal yang diminta oleh Bintang.
"Biar gue yang tuangin," Ucap Langit sebelum Bintang mengambil wadah sambal itu di tangannya.
"Tumben lo mau ngelayanin gue?" Tanya Bintang dengan menatap Langit aneh.
"Yaa, sekali-sekali,"
Langit sama sekali tak menghiraukan tatapan aneh dari Bintang. Pandangannya terus tertuju pada mangkuk yang berisikan bakso milik Bintang. Dari sorotan matanya tampak ada sesuatu yang tidak beres. Senyuman tipis hadir di bibirnya kala ia mulai menuangkan sambel pada mangkuk bakso milik Bintang.
"WOOYY!! SIALAN LO!!" Pekik Bintang yang membuat Kristal, Berlian dan Pelangi terperanjat akibat teriakannya, ia pun segera mendapatkan tatapan tajam dari Gerhana.
Bintang geram bukan main saat Langit menuangkan sambal di mangkuk baksonya. Pasalnya bukan hanya satu atau dua sendok. Melainkan hampir setengah dari sambal itu dimasukan ke dalam mangkuk bakso milik Bintang oleh Langit dengan sengaja.
Tak banyak yang dikatakan Bintang untuk meluapkan emosinya, ia hanya menatap tajam Langit seolah ingin menelannya hidup-hidup. Sementara yang ditatapnya hanya menampakan raut wajah tanpa dosa. Sebuah tawa bahkan nyaris menggelegar dengan keras.
"Langit, kamu nuangin sambelnya banyak banget? Kalo Bintang sakit perut gimana? Kan kasian," Tegur Pelangi yang membuat Langit segera mengalihkan pandangannya dari wajah Bintang yang kini mulai memerah menahan emosi.
"Maaf sayang. Tapi gue lebih kasian sama sambelnya. Soalnya sambelnya pengen berenang di kuah baksonya Bintang." Ucap Langit konyol.
"Bangsad lu emang! Mana ada sambel mau berenang?!" Sambar Bintang seraya melayangkan bogemannya di lengan Langit.
Langit meringis kesakitan saat mendapatkan pukulan dengan cukup keras dari Bintang. Hanya sekilas, hingga akhirnya sebuah tawa sukses menggelegar. Ia benar-benar puas telah menjahili Bintang seperti ini.
"Sumpah, gak ada akhlaq lo emang! Tega banget lo ama temen sendiri." Ucap Bintang dengan wajah yang mulai memelas, sementara Langit masih belum puas mengeluarkan gelak tawanya yang menggelegar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana Berlian Season 2
Teen Fiction[Completed] Berjuang dan Berkorban Bersamamu Ada satu elemen bumi yang masih tersembunyi. Menjadi Rahasia. Fatamorgana. Bukan itu, justru hal sebaliknya yang entah apa namanya. Sesuatu yang ada, namun seolah tiada. Sesuatu yang berusaha dihempaskan...