Epilog

190 9 66
                                    

Cintamu tulus. Kesungguhanmu luar biasa. Terimakasih telah menjadi inspirasi atas pengorbananmu.
~~~

#LastMinute

Happy reading, guys!🤗

Duka besar menyelimuti sebuah lorong yang bernuansa putih itu. Detak jantung yang tak terkendali semakin terdengar jelas. Terlalu banyak air mata yang tumpah, membuat tangisan nyaris tak terdengar kembali. Kecemasan semakin mengendalikan semua orang. Ketakutan sudah semakin berkuasa.

Dengan harap-harap cemas, semua pasang mata terus tertuju pada suatu pintu yang bertuliskan RUANGAN OPERASI. Lampu merah masih menyala tanda proses operasi belum selesai. Entah kapan akan selesai, padahal ini sudah lebih dari satu jam lamanya setelah Gerhana dimasukan ke dalam ruangan operasi untuk pengambilan peluru-peluru yang bersarang di tubuhnya.

Pelangi terduduk lemas dalam pelukan Langit. Berlian pasrah duduk di atas lantai dengan memeluk kedua kakinya. Kondisinya sangat kacau. Beruntung Galaksi selalu ada di sampingnya untuk menenangkannya dan meyakinkannya bahwa Gerhana akan baik-baik saja setelah proses operasi selesai.

Sementara Bintang, ia bersandar lemas pada tembok rumah sakit. Pikirannya kacau, hatinya hancur. Dia menyusul menuju rumah sakit setelah menjebloskan Kristal ke dalam penjara dengan tuduhan percobaan pembunuhan. Di kantor polisi, Bintang pun melaporkan kejahatan yang dilakukan Meteor, Benua dan Samudra, membuat ketiganya menjadi buronan atas tuduhan menganiayaan kejam terhadap Berlian.

90 menit lamanya, lampu ruangan operasi tak kunjung berubah. Namun tiba-tiba saja pintu ruang operasi terbuka dengan keadaan lampu yang masih berwarna merah.

Melihat dokter yang menangani Gerhana keluar, refleks Bintang segera menghampirinya. Berlian dan Pelangi masih belum bisa bergerak, sementara Langit dan Galaksi memutuskan untuk diam di tempat untuk menemani gadisnya. Meski begitu, perhatian keempatnya sudah teralih pada dokter itu.

"Gimana Dokter? Semuanya baik-baik aja, kan?" Tanya Bintang yang masih dikuasai kecemasan.

"Sebelum menjawab itu. Saya perlu menjelaskan sesuatu pada kalian semua." Ucap dokter dengan serius, membuat kelima pemuda pemudi itu sukses dilanda ketegangan.

"Pistol yang digunakan untuk menyerang pasien itu adalah pistol jenis Desert Eagle. Pistol itu terkenal sangat berbahaya karena kekuatan satu pelurunya sama dengan kekuatan tiga sampai empat peluru dari pistol biasa. Saat ini di dalam tubuh pasien terdapat empat peluru dari pistol Desert Eagle, itu artinya sama saja dua belas sampai enam belas peluru menyerang tubuh pasien." Fakta yang ada diungkapkan oleh dokter, membuat semuanya merasakan tubuhnya melemas seketika.

Entah bagaimana hancur dan sakitnya tubuh seseorang saat mendapatkan serangan bertubi-tubi dari dua belas sampai enam belas sekaligus. Pantas saja Gerhana langsung tak sadarkan diri setelah tubuhnya menerima hantaman empat peluru yang kekuatannya sangat luar biasa itu.

Refleks Berlian membenamkan wajahnya di antara kedua kakinya. Kedua tangannya menutupi telinganya dengan rapat. Berlian tidak mampu mendengar hal buruk lagi tentang Gerhana. Hanya membayangkan kejadian itu saja Berlian sudah tak tahan. Dia benar-benar tak kuat.

Melihat itu, Galaksi segera meraih tubuh Berlian dan merangkulnya dari samping, berusaha menguatkan Berlian untuk mendengarkan penjelasan selanjutnya yang akan dikatakan oleh dokter.

"Tapi operasinya berjalan dengan baik, kan, Dokter?" Tanya Bintang mewakili pertanyaan Galaksi dan Langit yang kini tengah menatap dokter dari kejauhan dengan tajam.

Sejenak dokter terdiam. "Kami berhasil mengeluarkan tiga peluru dari tubuh pasien. Tapi kami tidak bisa mengeluarkan peluru terakhir yang masih berada dalam tubuh pasien." Deg!* Semua dada sukses tercekat hebat saat mendengar pernyataan dari dokter kali ini.

Gerhana Berlian Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang