15. This Is Prank

156 7 2
                                    

Di saat semuanya terlarut dalam tangisan yang menyayat hati. Terlebih Berlian yang masih tak terima atas keadaan Gerhana. Tiba-tiba Berlian dikejutkan oleh sesuatu yang tak ia duga sama sekali.

"Nggak usah nangis. Gue nggak mati beneran kok." Suara itu berhasil menghentikan tangisan Berlian dan membuat Berlian membulatkan matanya total, syok saat suara itu terdengar seperti suara Gerhana.

Dengan cepat Berlian melepaskan pelukannya pada tubuh Gerhana yang semula dianggapnya telah tiada. Berlian semakin dibuat syok saat melihat Gerhana kembali membuka matanya, bahkan tengah menampakan senyuman lebar dibibirnya dan terlihat biasa-biasa saja.

"Gerhana?" Ujar Berlian tak percaya.

"This is prank!" Ujar Gerhana dengan menampakan wajah puasnya, membuat Berlian semakin mengerutkan dahinya, tak mengerti.

"Prank?" Ulang Berlian dengan menatap Gerhana tajam.

Sejenak Berlian menatap Gerhana tajam, sangat tajam. Kemudian ia mengarahkan pandangannya pada Pelangi, Langit dan Bintang. Berlian semakin dibuat terkejut saat melihat sebuah senyuman yang juga hadir di bibir ketiganya.

Mereka memang berakting atas kejadian kecelakaan rekayasa terhadap Gerhana, dan tentunya itu atas perintah Gerhana. Bahkan semula tangisan ketiganya pun hanya akting belaka. Namun kemudian ketiganya dibuat menangis sungguhan kala melihat adegan antara Berlian dan Gerhana yang berhasil menyayat hatinya.

Berlian kembali menatap Gerhana tajam. Dahinya tampak masih mengerut, matanya menyipit, sebuah senyuman tak kunjung hadir di bibir Berlian. Sementara Gerhana, sedari tadi ia terus menampakkan senyuman puasnya pada Berlian, meski wajahnya masih dipenuhi darah palsu buatannya.

"Gimana? Hmm?" Ujar Gerhana yang masih dihiasi senyuman lebarnya, seolah ingin mendapatkan pendapat dari Berlian atas prank yang dilakukannya.

Sejenak Berlian terdiam. Tatapannya berubah sendu. Menatap Gerhana tanpa ekspresi. Bibirnya terkatup rapat tanpa senyuman.

"Sumpah. Gue benci sama lo." Ucap Berlian datar.

"I know. Benar-benar cinta, kan?" Kali ini bukan hanya nada bicaranya, pancaran matanya pun ikut mengeluarkan jurus andalannya, menggoda.

"No. I hate you!" Ucap Berlian dengan wajah serius.

Pelangi, Langit dan Bintang yang sedari terus memajang senyuman indah di bibirnya kala menyaksikan Gerhana dan Berlian, seketika senyuman ketiganya dibuat menyusut seketika oleh satu hal yang dikatakan oleh Berlian. Bahkan Gerhana, mendengar ucapan Berlian kali ini, perlahan senyumannya mulai menyusut.

"I hate you!" Kembali Berlian mengatakan hal yang sama, membuat Gerhana terbungkam seketika.

Sorotan matanya yang tajam berhasil menampakan kilatan tanda butiran kristal bening tengah mengumpulkan diri. Rahangnya mengeras kala menahan gejolak dalam dirinya.

Tesh!* Sebutir kristal bening berhasil meluncur dengan bebas di permukaan wajah Berlian. Membuat Gerhana refleks menggelengkan kepalanya ketika melihat air mata Berlian.

Sebelum Berlian benar-benar kembali menangis, dengan cepat Gerhana meraih tubuh Berlian dan memeluknya. Meski sempat mendapatkan penolakan dari Berlian, Gerhana tetap mencoba agar bisa memeluk tubuh Berlian dengan erat.

"Gue benci sama lo. Gue benci!" Ujar Berlian dengan diiringi tangisannya seraya memukul-mukul dada bidang Gerhana karena kesal atas apa yang telah dilakukan Gerhana.

"Maafin gue, Berlian. Pliss, jangan kaya gini." Ucap Gerhana yang berusaha menenangkan Berlian dan semakin memperat pelukannya.

Beberapa saat Berlian menangis di dalam pelukan Gerhana. Hingga akhirnya Gerhana melepaskan pelukannya. Menatap sendu wajah Berlian yang dibasahi air matanya. Gerhana menakup kedua pipi Berlian dan menghapus bersih air mata di permukaan wajah Berlian.

"Sorry, Berlian. Gue minta maaf. Jangan nangis. Gue nggak bermaksud bikin lo nangis kaya gini."

"Kenapa sih? Hah?" Sambar Berlian yang berhasil membuat Gerhana menutup mulutnya seketika.

"Kenapa sih lo suka banget ngelakuin hal-hal bodoh kaya gini? Buat apa, hah?" Tanya Berlian, sementara Gerhana hanya terdiam seribu bahasa.

Perlahan Gerhana melepaskan takupannya di pipi Berlian, sementara tatapannya masih mengikat wajah Berlian dengan lekat.

"Lo kan tau, gue paling benci kalo liat lo luka kaya tadi. Gue benci kalo liat lo kesakitan. Lo paham gak sih?" Tangisan Berlian semakin menjadi-jadi, sementara Gerhana tampak menahan nafasnya kala mendengar ucapan Berlian.

Mendengar itu, Pelangi, Langit dan Bintang akhirnya bisa bernafas sedikit lega. Karena setidaknya mereka mengerti, bahwa Berlian mengatakan hal demikian hanya untuk mengerahkan luapan emosi dan kekesalannya terhadap Gerhana. Bukan Berlian sungguhan membenci Gerhana.

"Trus ini apa-apaan, hah? Lelucon macam apa ini?"

Karena kesal, Berlian mengusap-ngusap wajah Gerhana menggunakan kedua tangannya dengan cukup keras dan kasar, demi menghilangkan darah palsu yang masih memenuhi wajah Gerhana. Sementara Gerhana hanya terdiam menerima perlakuan Berlian dengan menampakkan senyuman tipis di bibirnya.

"Gue nggak mau lo kenapa-napa, Gerhana." Dalam nada bicaranya, masih ada emosi dan kekesalan.

Sejenak Berlian menakup kedua pipi Gerhana. Kemudian ia segera meraih kedua tangan Gerhana dan menggenggamnya erat.

"Pliss jangan pernah ngelakuin hal bodoh kaya gitu lagi. Gue mohon sama lo." Ucap Berlian yang kemudian diakhiri dengan ciuman lembutnya pada tangan Gerhana yang digenggamnya dan menenggelamkan wajahnya pada tangan Gerhana.

"Iya, Berlian. Gue janji, gue nggak bakal ngelakuin hal bodoh itu lagi." Ucap Gerhana yang berhasil membuat Berlian menatapnya seketika.

Sejenak keduanya saling menatap. Kemudian Gerhana segera mengambil alih tangan Berlian dan menggenggamnya erat. Seperti yang dilakukan Berlian, Gerhana pun melakukan hal yang sama. Mengecup lembut tangan Berlian, tanda permintaan maafnya pada Berlian. Sekilas, namun penuh dengan perasaan.

Perlahan Gerhana mengangkat tangannya dan mengarahkannya pada wajah Berlian, kembali menakup pipi Berlian dan menyeka air mata yang masih tersisa di permukaan wajah Berlian, hingga benar-benar bersih.

"Sekarang lo jangan nangis. Hapus air mata lo. Dan tenangin diri lo. Karna ada sesuatu yang mau gue tunjukin sama lo." Ucap Gerhana.

"Apa?" Tanya Berlian singkat.

"Tenangin diri lo dulu. Baru gue kasih tau." Syarat Gerhana.

Sejenak Berlian menatap Gerhana lekat. Perlahan ia mengambil nafas dalam-dalam dan membuangnya panjang, demi mencoba untuk menenangkan dirinya dan juga hatinya.

"Udah tenang?" Tanya Gerhana.

"Ya." Jawab Berlian singkat.

"Senyumannya mana dong?" Ucap Gerhana seraya menampilkan senyuman manis di bibirnya, demi membuat suasana kembali cair.

Melihat senyuman manis dan tatapan sendu nan menenangkan dari Gerhana, perlahan akhirnya sebuah senyuman hadir dari bibir Berlian, meski tipis namun tak kalah manis dari senyuman Gerhana.

"Oke, sebentar."

Gerhana segera merogoh saku jaketnya dan mengambil sesuatu di dalamnya.

———

Gerhana Berlian Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang