Dijamin puas bett deh baca part kali ini🤗 Tapi... Eum.. Entahlah.. Langsung baca aja deh.
Happy reading...🤗😊
#
"Bang, lo yakin mau ngelakuin ini?" Tanya Kristal seraya menatap lekat Meteor yang kini tengah berdiri di depan cerminnya.Dengan pakaian serba hitamnya, Meteor tengah membenahi resleting jaketnya yang juga berwarna hitam. Meteor tampak rapi malam ini. Entah ia akan pergi kemana dan entah apa yang akan ia lakukan, padahal kini jam dinding sudah menunjukan pukul 20:30.
"Ya, adek gue yang mau. Gue bisa apa?" Jawab Meteor yang masih menatap pantulan dirinya dari cermin.
"Tapi bukannya lo..." Dengan sengaja Kristal menggantung ucapannya.
Meski begitu, Meteor mengerti dengan pasti apa yang akan diucapkan Kristal kali ini. Untuk itu ia segera membalikan tubuhnya menghadap Kristal dan menatapnya dengan lekat. Sejenak ia terdiam.
Dari sorotan mata Kristal kini terlihat jelas ada sebuah keraguan atas keputusan Meteor kali ini.
"Kristal, lo tau gue gak pernah bikin lo seneng. Dan gue tau ini bakal bikin lo ngerasa seneng. So, gue mau ngelakuin ini demi lo." Ujar Meteor dengan menatap lekat wajah adik sepupunya itu.
Entah kenapa kali ini nada bicara Meteor terdengar lain dari biasanya. Nada bicaranya kini terdengar lembut. Seolah tengah berusaha meyakinkan Kristal akan keputusannya, serta berusaha menransfer ketenangan melalui tatapan lekatnya.
"Tapi sebelum itu, gue akan nyelesain keperluan gue dulu. Setelah itu baru gue akan bikin lo seneng." Ungkap Meteor.
"Keperluan apa?" Tanya Kristal.
"Lo gak perlu tau. Yang pasti, semua kemauan lo akan terjadi malam ini." Sebuah senyuman perlahan hadir menghiasi bibir Meteor.
Jarang sekali Meteor menampakkan senyuman seperti ini. Ada sebuah harapan, kepastian dan keyakinan yang tergambar dalam senyumannya kali ini. Hingga akhirnya sukses menciptakan senyuman manis di bibir Kristal.
"Makasih ya?" Ujar Kristal yang kemudian segera disambut oleh anggukan kecil dari Meteor.
"Yaudah, kalo gitu gue berangkat sekarang, ya?" Ujar Meteor seraya mengelus lengan Kristal sekilas.
"Ya," Jawab Kristal singkat.
Sekilas Meteor kembali memberikan senyumannya pada Kristal. Kemudian ia segera menyingkir dari hadapan Kristal dan keluar dari kamarnya.
Kristal terdiam menatap kepergian Meteor. Senyuman tipis di bibirnya masih bertahan. Perlahan pandangannya tertunduk.
'Semoga berhasil, Meteor.' Batin Kristal berharap.
•••
Kegiatan hari ini rasanya telah berhasil menguras tenaga Berlian. Terlebih saat dinner tadi ia harus memasak makanan untuk Gerhana dengan tangannya sendiri. Meski telah terbayar oleh pujian dari Gerhana atas masakannya serta kebahagiaan yang terpancar dari wajah Gerhana saat menikmati masakannya, tetap saja tak dapat dipungkiri bahwa ia merasa kelelahan.
Pukul 20:35, niatnya Berlian ingin langsung istirahat dan terlarut dalam tidur tenangnya untuk mengumpulkan tenaganya yang sempat terkuras. Namun keinginan itu harus terhempas saat tiba-tiba handphonenya berbunyi tanda ada pesan masuk.
Berlian segera mengambil handphonenya dan melihat siapa yang mengirimkan pesan padanya. Namun dahi Berlian sukses mengerut kala melihat nomor tak dikenal yang terpampang dengan jelas di layar handphonenya. 'Siapa ini?' Batin Berlian. Meski begitu, ia segera membuka pesan itu dan membacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana Berlian Season 2
Teen Fiction[Completed] Berjuang dan Berkorban Bersamamu Ada satu elemen bumi yang masih tersembunyi. Menjadi Rahasia. Fatamorgana. Bukan itu, justru hal sebaliknya yang entah apa namanya. Sesuatu yang ada, namun seolah tiada. Sesuatu yang berusaha dihempaskan...