34. Stay With Me

116 9 4
                                    

Terkadang rindu memang aneh. Sekalipun orang yang dirindukan tepat di depan mata. Tetap saja rindu tak mau pergi.
~~~

Kini Pelangi tengah berada di dapur, tengah membuatkan minuman untuk Langit yang beberapa saat lalu ia suruh untuk menunggu di ruang tamu. Bahkan Pelangi tak sempat berganti pakaian karena tak mau Langit menunggu terlalu lama.

Ketika ia tengah asyik meracik minuman buatannya, tiba-tiba Pelangi dibuat tersentak saat ia merasakan ada sebuah tangan yang melingkari perutnya. Ada seseorang yang memeluknya dari belakang, membuatnya refleks menggenggam tangan yang tengah melingkari tubuhnya serta menatapnya tajam.

Pelangi segera mengalihkan pandangannya saat merasakan ada sebuah dagu yang mendarat di bahunya. Wajahnya yang semula syok seketika berubah saat mengetahui orang yang berlaku demikian adalah Langit. Pelangi tampak membuang nafas panjang saat melihat wajah Langit yang tampak tertunduk, tengah berusaha mencari posisi nyaman saat memeluk tubuh Pelangi.

"Ngapain kamu ke sini? Kan aku udah bilang tunggu di ruang tamu aja," Ucap Pelangi tanpa melepaskan dekapan Langit.

"Gue kangen," Kalimat yang sederhana, namun sukses menciptakan kerutan di kening Pelangi.

"Loh, masa kangen sih? Perasaan baru beberapa menit aku tinggal ke dapur." Ucap Pelangi yang tak mendapatkan respon apapun dari Langit.

"Ck, udah ah lepasin!" Lanjut Pelangi seraya berusaha melepaskan dekapan Langit di tubuhnya.

"Gak mau." Bukannya melepaskan tubuh Pelangi, justru Langit semakin mempererat dekapannya.

"Langit! Lepasin!" Gertak Pelangi yang membuat Langit refleks melepaskan dekapannya karena terkejut akan gertakan Pelangi baru saja.

Langit terkejut saat menatap Pelangi yang tengah menatapnya tajam setelah melepaskan pelukannya dengan cukup kasar. Bibir Pelangi tampak terkatup rapat menatap Langit yang mulai merasa was-was. 'Yah, ngambek kan.' batin Langit yakin bahwa setelah ini Pelangi akan marah besar padanya.

"Sorry," Gumam Langit was-was.

Pelangi menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tatapannya semakin tajam menatap Langit. Perlahan Pelangi mulai mengangkat sebelah tangannya.

Langit pasrah. Ia tampak menutup matanya rapat-rapat, bersiap untuk mendapatkan tamparan keras dari Pelangi.

Lama Langit menunggu, namun tak kunjung Pelangi menamparnya juga. Hingga akhirnya, Langit dibuat tersentak bukan main kala ada yang menyambar tubuhnya dan memeluknya dengan erat.

Refleks Langit membuka matanya yang sempat tertutup. Matanya membulat total dengan mulut terbuka lebar saat menyadari Pelangi yang berlaku demikian padanya.

"Gak usah pake alesan kangen. Kalo mau dipeluk, bilang aja." Ucap Pelangi yang sukses membuat lamunan Langit buyar seketika, refleks ia menutup mulutnya rapat-rapat dan menetralkan pandangannya.

Rasa syok Langit nyatanya berhasil berubah dalam sekejap menjadi kebahagiaan luar biasa saat mendapatkan perlakuan demikian dari Pelangi.

Sebuah senyuman semakin lebar menghiasi bibir Pelangi saat merasakan Langit membalas pelukannya dengan tak kalah erat. Pelangi memang sengaja pura-pura marah terlebih dahulu, sebelum memberikan hadiah kecil ini untuk Langit.

"Tapi sayangnya itu bukan cuma alesan. Gue beneran kangen sama lo." Ungkap Langit setelah mendapatkan posisi nyamannya.

"Sekarang udah ilang kan kangennya?" Tanya Pelangi dengan tak mengubah posisinya.

"Belum." Jawab Langit singkat, yang lagi-lagi sukses membuat dahi Pelangi mengerut bingung.

"Kenapa? Kan udah dipeluk. Masa belum ilang sih?" Tanya Pelangi bingung, namun senyuman tipis nan manis di bibirnya masih belum menghilang.

Gerhana Berlian Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang