38. What?

94 6 3
                                    

Alasannya sama. Tapi percayalah, posisi dan kejadiannya tak mungkin akan sama.
~~~

Sejenak Gerhana tampak membuang nafas panjang, berusaha menetralkan laju detak jantung dan laju nafasnya. Sementara Berlian masih menatap Gerhana dengan lekat, menunggu penjelasan dari Gerhana soal hubungan apa yang dimiliki Gerhana dan Kristal di masa lalu.

"Sebenernya, dulu Kristal suka sama gue. Dan bahkan lebih dari itu." Ungkap Gerhana tampak ragu. Pasalnya ia merasa tak begitu yakin jika Berlian benar-benar tidak akan marah jika mengetahui yang sebenarnya.

Reaksi Berlian masih tenang. Ia masih menatap Gerhana dan lekat dan menunggu kalimat selanjutnya yang akan dikatakan Gerhana.

"Dia cinta sama gue." Lanjut Gerhana nyaris bergumam, namun masih mampu didengar Berlian.

Dan nyatanya ungkapan Gerhana itu sukses membuat dada seseorang tersentak hebat. Benarkah yang dikatakan Gerhana? Jadi masa lalu yang dimaksud itu bukan hanya sekedar seorang teman? Tapi ada perasaan yang lebih dari itu juga?

"Lo sendiri gimana?" Tanya Berlian yang membuat Gerhana menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Jujur, Berlian. Gue sama sekali gak ada rasa sedikitpun sama dia. Sejak dulu, gue gak suka sama dia." Ungkap Gerhana seadanya, namun sukses menciptakan kerutan di kening Berlian.

"Kenapa? Dia kan baik, cantik, perhatian juga." Ucap Berlian seolah tak merasa ada beban sedikitpun, padahal ia sudah tau yang sebenarnya jika Kristal pernah mencintai Gerhana.

Bahkan dari nada bicaranya kali ini terdengar seolah ia merasa sedikit tak setuju atas keputusan Gerhana yang katanya tidak menyukai Kristal sama sekali.

"Mungkin bagi orang banyak dia persis kaya yang lo bilang. Tapi buat gue rasanya beda. Gue sama sekali gak tertarik sama kebaikan dia." Ungkap Gerhana yang lagi-lagi membuat Berlian semakin bingung.

"Bahkan gue malah benci sama dia. Gue benci dia disaat dia berusaha ngedeketin gue. Gue benci caranya. Gue benci sikapnya. Intinya gue benci sama dia." Gerhana mengatakan yang sebenarnya, namun hal itu terasa tak masuk akal bagi Berlian.

'Gue makin benci lagi sama dia saat gue tau kalo ternyata dia itu sepupunya Meteor. Gue makin gak ada minat buat ada rasa sama dia.' Lanjut Gerhana yang hanya mampu membatin tanpa ingin menyuarakannya pada Berlian. Rahangnya kini mulai mengeras kala mengingat hubungan yang dimiliki Kristal dengan musuh bebuyutannya itu.

"Kenapa lo harus benci sama dia? Apa salah dia sama lo?" Tanya Berlian yang masih bingung atas ungkapan Gerhana.

"Gue udah bilang. Gue gak suka caranya yang berlebihan saat ngedeketin gue." Ulang Gerhana dengan mempertegas.

"Trus, apa bedanya dia sama lo?" Pertanyaan Berlian kali ini sukses mendapatkan tatapan tajam dari Gerhana.

"Maksud lo?"

"Lo tau, dulu gue benci sama lo. Gue juga gak suka sama cara lo yang berlebihan saat ngedeketin gue. Bukannya posisi lo itu sama ya kaya Kristal?" Ungkap Berlian yang membuat Gerhana mengerutkan dahinya, matanya menyipit saat menatap Berlian.

"Tapi sekarang gue udah lupain semuanya. Gue suka sama lo. Bahkan sekarang gue cinta sama lo. Gue gak mau kehilangan lo. Dan lo udah jadi bagian dari hidup gue." Ucap Berlian dengan tatapan yang masih menatap lekat Gerhana.

"Dan, apa posisi itu juga akan berlaku sama perasaan lo terhadap Kristal?" Ucapan Berlian yang satu ini sukses membuat Gerhana refleks melebarkan pandangannya, sementara bibirnya masih terkatup rapat.

"Karna gue ngerasa kalo nggak ada alesan lagi buat lo terus-terusan harus benci sama dia. Kaya yang gue bilang tadi, kebaikannya tulus, dia perhatian, dia juga cantik. Jadi gue rasa, lo bisa kapan aja jatuh cinta sama dia dengan mudah."

Gerhana Berlian Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang