21. Tenanglah

132 7 0
                                    

Jam dinding menunjukkan pukul 15:00. Siang menjelang sore kali ini nampak berbeda dari biasanya, cuaca tidak begitu terik, juga tidak mendung. Udara sejuk terasa di berbagai penjuru. Cocok rasanya untuk bersantai sejenak. Menghempaskan sedikit lelah sembari mengumpulkan tenaga yang seharian ini terkuras.

Keadaan ternyaman itu tak disia-siakan oleh Gerhana. Setelah berganti pakaian, Gerhana memilih ruang tamu sebagai tempat bersantainya. Ia merebahkan tubuhnya di atas sofa, ia simpan kedua tangannya di belakang kepalanya sebagai bantal, berusaha mencari posisi nyaman.

Pandangan Gerhana mengikat langit-langit rumah yang bernuansa putih itu. Sejenak ia menarik nafas dalam-dalam kemudian membuangngnya panjang sebelum akhirnya memutuskan untuk terlarut dalam suasana menenangkan ini.

Namun, baru saja Gerhana menutup matanya. Tiba-tiba ketenangannya harus kembali terusik kala ia mendengar bel rumah berbunyi tanda seseorang datang. Semula ia tak ambil peduli, masih ingin menikmati posisi nyamannya. 'Mungkin Pelangi,' Batin Gerhana. Namun tiba-tiba,

"Gerhana..." Suara itu berhasil membuat Gerhana membuka matanya seketika.

Karena terkejut, refleks Gerhana bangkit dari tidurnya dan terduduk. Bola matanya menatap tajam pintu rumah yang masih tertutup. Dahinya mengerut kala mengingat suara yang sempat memanggil namanya.

"Berlian?" Gumam Gerhana seolah tak percaya.

Tanpa menunggu waktu lama, Gerhana segera bangkit dan menuju pintu untuk memastikan siapa yang datang. Setelah pintu terbuka, benar saja Berlian yang datang. Seketika pandangan Gerhana langsung mengikat wajah Berlian yang tampak sendu.

"Berlian? Lo ngapain ke sini? Ada apa?" Tanya Gerhana bingung.

Selain bingung karena kedatangan Berlian yang tiba-tiba. Gerhana juga semakin dibuat bingung kala melihat Berlian yang rupanya masih mengenakan seragam sekolah, terlebih saat melihat wajah Berlian yang sendu.

Berlian tak merespon. Ia hanya terdiam dan menatap Gerhana sendu. Mengerti dengan tatapan Berlian yang terdapat banyak masalah disana, Gerhana segera mengajak Berlian untuk masuk.

"Yaudah, masuk yuk," Gerhana segera meraih tangan Berlian dan menggenggamnya.

Gerhana menuntun Berlian memasuki rumah kemudian menuntun Berlian untuk duduk dan menenangkan dirinya.

"Lo duduk di sini. Biar gue bikinin minum dulu." Ucap Gerhana setelah Berlian terduduk.

Niatnya Gerhana ingin pergi menuju dapur. Namun baru saja ia membalikkan tubuhnya, dengan cepat Berlian mencekal pergelangan tangannya, membuatnya mau tak mau harus mengurungkan niatnya.

Dengan cepat Gerhana kembali membalikkan tubuhnya dan menatap tajam tangannya yang digenggam Berlian. Gerhana menatap bingung Berlian yang kini tengah menatapnya lekat dengan sorotan matanya yang sendu.

Gerhana dibuat terkejut saat Berlian tiba-tiba bangkit dari duduknya kemudian memeluknya dengan erat. Refleks Gerhana membulatkan matanya total, sementara Berlian tengah berusaha untuk mencari ketenangan dalam pelukannya.

"Yang, lo kenapa?" Refleks Gerhana berujar demikian sembari membalas pelukan Berlian.

Menyadari Berlian yang tak kunjung mendapatkan ketenangannya, Gerhana mengelus lembut rambut Berlian demi membuat Berlian sedikit merasa tenang. Sementara Berlian, ia tampak menutup matanya rapat-rapat demi menahan kristal bening agar tak berhasil menerobos pertahanannya.

"Berlian..." Ujar Gerhana lembut, benar-benar lembut. Sejenak ia tak mendapatkan respon apapun dari Berlian.

"Gue nggak tau harus ngomong apa, Gerhana. Gue bener-bener nggak tahan sama situasi ini." Nada bicaranya berat, suaranya tampak bergetar tanda ada getaran hebat dalam dirinya.

Gerhana Berlian Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang