Purnama yang semalam tampak sangat jelas, kini mulai memudar terkalahkan oleh cahaya mega putih yang muncul di ufuk timur. Embun pagi membawa kesegaran tersendiri di awal hari ini. Awal hari yang cerah, dan berharap kedamaian ini akan bertahan hingga akhirnya sang surya harus mundur dari tempatnya.
Kristal sudah siap. Seragam putih abu sudah melekat di tubuhnya, lengkap dengan dasi, sabuk serta sepatunya. Ia hanya perlu sedikit membenahi rambutnya yang hari ini ia ikat satu.
Drrt!* Getaran handphonenya sukses mengalihkan perhatian Kristal. Segera ia mengambil handphonenya yang terletak di meja make up di hadapannya. Dahi Kristal mengerut kala ada panggilan dari nomor tak di kenal.
"Nomor baru? Siapa ya?" Gumamnya bingung.
Kristal segera menekan tombol hijau sebelum panggilan itu terputus.
"Halo?" Ujar Kristal.
"Halo cantik!" Suara dari sebrang sana sukses membuat dahi Kristal semakin mengerut, seolah ada sesuatu yang terlintas dalam benak Kristal kala ia mendengar suara itu.
"Bintang?" Ujar Kristal setengah menebak.
"Beneran udah melekat di hati ya? Sampe cuma denger suaranya doang udah langsung kenal gitu." Ucapan Bintang ini sukses membuat sebuah senyuman tercipta dengan indah di bibir Kristal.
"Tapi lo kok bisa tau nomor hape gue? Dapet dari mana?" Dari sebrang sana, Bintang terdengar membuang nafas panjang saat mendengar pertanyaan Kristal yang satu ini.
"Lo lupa ya? Kan kemaren lo yang ngasih nomer hape lo sama gue." Ungkap Bintang yang sukses membuat Kristal membuang nafas kasar.
"Ck, sorry. Gue lupa." Ujar Kristal yang lagi-lagi membuat Bintang membuang nafas panjang.
"Oh ya, btw, lo mau ngapain nelpon gue?" Tanya Kristal setelah sempat terdiam sejenak.
"Rumah lo di mana?" Tanya balik Bintang yang sukses membuat dahi Kristal mengerut, bingung.
"Maksudnya?"
"Hari ini gue mau jemput lo berangkat sekolah. Boleh?" Ucap Bintang memperjelas ucapan sebelumnya.
Kristal tak langsung menjawab. Ia terdiam sejenak sebelum ia memberikan keputusan pada Bintang.
"Iya, boleh. Nanti gue sharelok rumah gue sama lo." Setuju Kristal.
"Oke deh. Gue tunggu ya?"
"Iya. Bye!"
"Bye!"
Kristal segera memutuskan panggilannya dengan Bintang. Tanpa menjeda waktu, Kristal segera mengirimkan lokasi rumahnya pada Bintang.
•••
"Makanya dek, lo harus sering latihan. Biar gak kaya gini lagi." Ujar Galaksi tiba-tiba yang sukses menciptakan kerutan di kening Berlian.
Kini keduanya tengah berada di ruang makan, duduk berhadapan sembari menyantap sarapannya masing-masing. Berlian sengaja sarapan di rumah, berdua bersama Galaksi. Mungkin dengan ini hubungannya dengan Galaksi bisa sedikit membaik dan dekat kembali seperti dulu.
Berlian menatap tajam Galaksi yang kini masih fokus pada makanannya. 'Tumben manggilnya adek?' Gumam Berlian bingung atas panggilan Galaksi yang justru terdengar sedikit aneh baginya.
"Iya. Gue emang salah karna selama dua bulan ini gak pernah latihan lagi." Ungkap Berlian yang hanya mendapatkan anggukan kecil dari Galaksi.
Entah kenapa Galaksi terlihat berbeda hari ini. Ia tampak begitu dingin. Tak seperti biasanya yang selalu ceria dan banyak bicara bahkan sedang sarapan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana Berlian Season 2
Teen Fiction[Completed] Berjuang dan Berkorban Bersamamu Ada satu elemen bumi yang masih tersembunyi. Menjadi Rahasia. Fatamorgana. Bukan itu, justru hal sebaliknya yang entah apa namanya. Sesuatu yang ada, namun seolah tiada. Sesuatu yang berusaha dihempaskan...