Rezeki, maut dan jodoh memang berada di tangan Tuhan. Dan kuberharap bahwa dialah jodohku.
~~~Ketika Gerhana Berlian dengan perdebatan kecil karena seorang balita yang menghampirinya, serta Langit Pelangi dengan hal tak terduga yang membuatnya berbunga-bunga. Lain hal dengan Bintang. Sendirian ditengah keramaian, rasanya menjengkelkan bagi Bintang.
Di tengah taman, ia berjalan tak tau arah, entah kemana tujuannya. Melihat semua orang saling berpasangan dan tertawa bahagia, sementara dirinya hanya mampu mendengus kesal. 'Derita jomblo akut.' Batin Bintang memelas.
"Ah, sialan nih Gerhana sama Langit! Kalo udah pacaran, gue dilupain. Nyebelin banget sih?" Ujar Bintang kesal karena merasa tak dianggap kehadirannya oleh Gerhana dan Langit.
"Kalo gini caranya sih mending gue nggak usah ikut. Lagian gue bego sih! Kan mereka mau ngedate, gue pake ngikut-ngikut segala lagi. Udah tau nggak punya pacar. Kan bego!" Gerutu Bintang kesal.
Karena terus menggerutu dan tak memperhatikan jalannya, ia tak menyadari ada seseorang yang tengah berjalan tergesa-gesa dan berlawanan arah dengannya. Bughk!* Tanpa sengaja Bintang menabrak seseorang wanita di hadapannya.
"Aww!" Pekik wanita itu ketika tubuhnya ditabrak Bintang dengan cukup keras.
Hampir saja wanita itu terjatuh. Namun sebelum wanita itu kehilangan keseimbangannya, dengan sigap Bintang segera meraih pinggang wanita itu dan refleks menariknya ke dalam pelukannya.
Seketika pandangan keduanya saling bertemu, wanita itu menatap Bintang dengan syok. Sementara Bintang, seketika ia langsung dibuat terhipnotis ketika pandangannya berhasil mengikat wajah wanita itu.
Alisnya yang tebal, matanya yang tidak sipit juga tidak bulat, dengan manik mata berwarna coklat terang, hidungnya yang mancung, bibirnya yang indah dan tampak merona, serta kulitnya yang putih. Rambut hitam panjangnya melambai-lambai diterpa angin senja.
'Akhirnya, Tuhan ngabulin permintaan gue juga.' Batin Bintang. Perlahan sebuah senyuman manis mulai muncul di bibir Bintang saat ia menatap wajah cantik wanita itu yang hanya berjarak lima centi saja dari wajahnya. Sementara wanita itu masih terdiam, menatap Bintang tanpa senyuman.
Beberapa saat keduanya terdiam pada posisi demikian, hingga akhirnya wanita itu tersadar dari lamunannya dan segera mengakhiri posisi nyaman yang dirasakan Bintang.
"Sorry sorry, gue nggak sengaja." Ujar wanita itu.
Niatnya ingin segera menjauh dari Bintang, namun pergerakannya harus kembali tertahan saat tanpa sadar ternyata gelangnya tersangkut pada jam tangan Bintang. Seketika tatapan tajamnya langsung tertuju pada gelangnya.
"Duh, pake nyangkut segala lagi." Gumamnya sedikit kesal.
Tanpa banyak bicara lagi, wanita itu segera meraih gelangnya dan berusaha melepaskannya dari jam tangan milik Bintang. Namun lagi-lagi wanita itu harus dibuat kesal saat ia kesulitan memisahkan gelangnya dengan jam tangan Bintang. Entah bagaimana caranya gelangnya bisa melilit di jam tangan Bintang hingga sulit dilepaskan.
Sementara Bintang, ia masih terdiam dalam posisinya. Menatap wanita yang berada di hadapannya dengan penuh kekaguman. Senyuman di bibirnya semakin melebar, kesadarannya semakin dibuat terhipnotis.
'Ya Tuhan, inikah jawaban atas doa-doa hamba selama ini?' Batin Bintang dengan tatapannya yang tak lepas dari wajah wanita itu.
Perlahan Bintang mulai mengangkat tangannya dan mengarahkannya pada gelang wanita itu yang masih tersangkut di jam tangannya, mencoba membantu untuk melepaskannya.
Alih-alih meraih gelang wanita itu, justru Bintang malah berhasil menggenggam tangan wanita itu, yang membuatnya segera mendapatkan tatapan tajam dari wanita itu.
Sejenak wanita itu terdiam, menatap Bintang yang semakin melebarkan senyuman di bibirnya. Hingga akhirnya ia segera melepaskan tangannya dari genggaman Bintang. Dan membiarkan Bintang untuk mencoba melepaskan gelangnya sendiri.
Saat Bintang yang mencoba melepaskannya, meski dengan gerakan perlahan, hanya dalam beberapa detik saja gelang wanita itu segera terlepas dari jam tangannya. Membuat wanita itu akhirnya bisa bernafas sedikit lega melihat Bintang berhasil melepaskan gelangnya.
"Thanks." Ujar wanita itu singkat.
Wanita itu berniat untuk mengambil gelang miliknya di tangan Bintang. Namun lagi-lagi ia harus memberikan tatapan tajamnya pada Bintang saat Bintang menggenggam erat gelangnya dan tidak membiarkannya mengambil gelang miliknya.
"Euu.. Sorry. Ini gelang punya gue."
Bukannya melepaskan gelang milik wanita itu, justru Bintang malah mematung. Tatapannya terus mengikat wajah wanita itu. Senyumannya terus mengembang di bibirnya.
"Hey! Lepasin! Ini punya gue." Ujar wanita itu benar-benar tak habis fikir atas tingkah Bintang.
Wanita itu sedikit menarik gelangnya agar Bintang mau melepaskannya, namun Bintang justru semakin mempererat genggamannya. Membuat wanita itu menghela nafas panjang dan mulai merasa kesal atas sikap Bintang.
"Ck, terserah lo deh. Kalo lo mau, ambil aja. Gue nggak ada waktu buat debat sama lo. Gue buru-buru." Decak wanita itu kesal, kemudian melepaskan genggamannya dan membiarkan gelangnya diambil oleh Bintang.
Lagi-lagi Bintang terdiam menatap wanita itu lekat, membuat wanita itu kembali menghela nafas panjang. Kemudian ia memutuskan untuk menyingkir dari hadapan Bintang dan pergi dengan tergesa-gesa.
Melihat kepergian wanita itu, Bintang masih membisu. Pandangannya mengikuti bayangan wanita itu pergi. Senyuman di bibirnya terus terpajang dengan indah. Entah kenapa, ia begitu terpesona saat menatap wajah wanita itu, seakan ia berhasil dibuat jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Hufftt.. Cantiknya.." Ujar Bintang dengan wajah berseri dan penuh rasa kagum.
Perlahan Bintang mengarahkan pandangannya menatap gelang wanita itu dengan lekat. Ia cium gelang itu dan menghirup aroma khas wanita itu yang tertinggal pada gelang itu. 'Mungkin kaya gini rasanya jatuh cinta.' Batin Bintang dengan hati berbunga-bunga.
———
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana Berlian Season 2
Roman pour Adolescents[Completed] Berjuang dan Berkorban Bersamamu Ada satu elemen bumi yang masih tersembunyi. Menjadi Rahasia. Fatamorgana. Bukan itu, justru hal sebaliknya yang entah apa namanya. Sesuatu yang ada, namun seolah tiada. Sesuatu yang berusaha dihempaskan...