9. Baby

179 10 0
                                    

Rencana awalnya memang double date. Namun begitu memasuki area taman, mereka justru berpisah, mencari tempat masing-masing yang dirasakannya cocok untuk menghabiskan waktu bersama pasangannya. Dan tentunya kecuali dengan Bintang, ia memisahkan diri sendiri.

Gerhana dan Berlian melangkahkan kakinya menuju tengah taman, dan duduk di salah satu kursi panjang yang tersedia disana. Tak ada yang dilakukan keduanya disana, Gerhana dan Berlian hanya bersantai sembari menikmati udara senja yang cukup segar.

Di kursi panjang, Gerhana duduk menghadap Berlian dengan sebelah kakinya yang sengaja ia naikan ke atas kursi. Tatapannya tertuju pada wajah Berlian, senyuman tipis nan manis terus menghiasi bibirnya. Dan tangannya terus asyik memainkan helai rambut Berlian yang terurai di bahu Berlian.

Sementara Berlian, sedari tadi tatapannya lurus ke depan dan tampak kosong. Tak ada sedikitpun senyuman yang menghiasi bibirnya. Bahkan rupanya ia sama sekali tak menghiraukan apa yang dilakukan Gerhana. Fikirannya tengah dikuasai oleh satu hal, dan rasanya sulit untuk dihempas jauh dari fikirannya.

'Gue serius, Berlian. Gue beneran suka sama lo. Gue cinta sama lo.' Pernyataan yang sempat diungkapkan Galaksi itu nyatanya kembali membaku hantam dinding hati Berlian. Ia benar-benar tak mengharapkan semua ini dari Galaksi. Yang ia inginkan hanya hubungan baik antara adik dan kakaknya, bukan hal yang lebih dari itu.

'Kenapa sih lo harus ngecewain gue disaat gue udah nyaman banget sama hubungan yang udah kita punya? Lo tau gue sayang sama lo. Tapi bukan ini balesan yang gue harepin dari lo.' Batin Berlian lirih.

Gerhana menyadari wajah murung Berlian. Perlahan dahinya mengerut bingung, sementara senyumannya masih bertahan di bibirnya. Tangannya yang semula terus memainkan rambut Berlian, perlahan mulai bergerak mendekati pipi Berlian dan mengelusnya lembut.

"Hey.." Ujar Gerhana dengan sangat lembut.

Perlahan Berlian mengarahkan pandangannya pada Gerhana dan menatapnya sendu serta tanpa senyuman.

"Hmm?" Ujar Berlian singkat.

"Lo kenapa? Ada masalah?"

"Nggak. Gue nggak papa." Ucap Berlian berusaha meyakinkan Gerhana, meski masih dengan tatapan sendunya.

"Kalo nggak kenapa-napa, terus mana senyuman manisnya?"

Mendengar ucapan lembut dan senyuman manis Gerhana, akhirnya senyuman tipis nan manis perlahan hadir menghiasi bibir Berlian, membuat Gerhana semakin melebarkan senyumannya.

"Nah gitu dong, kan makin cantik keliatannya." Ucap Gerhana seraya menyentuh dagu Berlian, sekilas.

Keduanya terdiam, saling menatap dan melempar senyum satu sama lain. Keduanya sama sekali tak menyadari ada sepasang kaki mungil yang berjalan menghampirinya. Hingga akhirnya lamunan Berlian buyar ketika sepasang tangan imut menyentuh kakinya.

Seketika Berlian mengarahkan pandangannya dan mendapatkan seorang anak kecil laki-laki berumur satu tahun berdiri di hadapannya dan menatapnya dengan tatapan puppy eyesnya.

"Ya ampun, lucu banget." Ucap Berlian saat melihat wajah dan senyuman balita itu yang sangat menggemaskan.

"Mama..." Cetus balita itu seraya menengadahkan kedua tangannya pada Berlian seolah ingin digendong oleh Berlian.

Mengerti dengan isyarat itu, dengan senang hati Berlian segera meraih balita itu dan mendudukannya di pangkuannya.

"Mama? Berlian, lo udah punya anak?" Tanya Gerhana yang segera mendapatkan tatapan tajam dari Berlian.

"Apa? Sembarangan lo kalo ngomong!" Ujar Berlian seraya menepuk bahu Gerhana.

"Ya nggak mungkinlah gue punya anak. Gue masih sekolah. Lagian kan gue belum nikah. Jadi mana mungkin gue punya anak?" Protes Berlian.

Gerhana Berlian Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang