Senja telah pergi. Ronanya telah hilang di lanskap langit. Bahkan mega merahpun telah lenyap ditelan gelapnya malam. Rembulan telah menjalankan tugasnya dari beberapa jam yang lalu dengan ditemani ribuan kawan kecilnya.
Jam tangan sudah menunjukan pukul 23:30. Malam benar-benar sudah larut. Area taman mulai sepi. Meski masih ada beberapa orang yang masih bertahan di dalamnya. Termasuk Gerhana Berlian, dan juga yang lainnya.
Sejak perpisahan sore tadi, kelimanya masih belum mempertemukan diri. Masih asyik dan nyaman dengan kegiatannya masing-masing.
Bintang masih sibuk dengan beberapa wanita yang berusaha ia goda, meski ia lebih banyak mendapatkan penolakan. Ya, dalam asmara nyatanya Bintang kalah jago dari Gerhana maupun Langit. (Kasian.. Haha..🤣)
Langit Pelangi masih asyik dengan puluhan lilin yang dinyalakannya sendiri, membuat area yang ditempatinya dipenuhi cahaya asmara yang dimiliki keduanya.
Sementara Gerhana Berlian, keduanya masih asyik menikmati setiap sudut taman yang mereka datangi. Dengan saling berpegangan tangan dengan erat, keduanya berjalan santai beriringan.
Bola mata Berlian tak lelahnya menyapu pemandangan taman yang terlihat lebih indah ketika malam. Sementara bola mata Gerhana tak lelahnya menatap pesona Berlian meski dalam gelapnya malam.
Hingga akhirnya, lamunan Gerhana buyar seketika saat ia sadar akan sesuatu. Rencana yang seharusnya sudah ia jalankan. Terlebih saat ini mereka sudah mendekati sesuatu yang disiapkannya itu. 'Mati! Lupa gue!' Batin Gerhana terkejut sendiri.
"Berlian!" Pekik Gerhana seraya menghentikan langkahnya, membuat Berlian mau tak mau harus menghentikan langkahnya.
"Eh, iya? Ada apa?" Ujar Berlian terkejut saat tiba-tiba Gerhana menghentikan langkahnya.
"Sorry, gue lupa." Ucap Gerhana yang membuat Berlian mengerutkan dahinya.
"Lupa apa?" Dalam raut wajahnya masih tersisa rasa terkejut akibat hal yang dilakukan Gerhana sebelumnya.
"Tutup mata lo." Ucap Gerhana setelah sempat terdiam sejenak.
"Hah?" Bukannya menutup matanya, justru Berlian malah membulatkan matanya total saat mendengar ucapan Gerhana.
"Hey, nona manis. Gue minta lo buat tutup mata. Bukan melototin gue kaya gini." Ucap Gerhana yang membuat Berlian kembali menormalkan tatapannya.
"Ya tapi, buat apa?"
"Tutup dulu mata lo, nanti lo juga tau."
"Tapi..." Ucap Berlian yang sengaja ia gantung, ia tampak merasa ragu atas permintaan Gerhana.
"Hey, ini taman. Disini nggak ada kamar. Jadi lo tenang aja. Oke?" Ucap Gerhana yang seolah tau alasan atas keraguan Berlian.
Niatnya Berlian ingin kembali memproteskan sesuatu, namun sebelum Berlian kembali mengatakan satu kata protes, Gerhana segera menyambar ucapannya.
"Oke, stop memperdebatkan hal kecil. Kan gue cuma minta lo tutup mata. Apa susahnya?" Ucap Gerhana yang hanya mendapatkan tatapan lekat dari Berlian, kemudian Berlian menarik nafas panjang.
Tanpa menunggu protes dari Berlian lagi, Gerhana segera melangkahkan kakinya mendekat pada Berlian dan berdiri tepat di belakang Berlian. Perlahan ia angkat kedua tangannya kemudian menutupi mata Berlian dengan kedua tangannya. Refleks Berlian menggenggam tangan Gerhana yang berada di matanya.
"Gerhana, lo beneran nggak bakal macem-macem kan?" Entah kenapa, nyatanya Berlian masih saja merasa cemas.
"Hey, sebenernya gue ini pacar lo atau penjahat sih? Hmm?" Ucap Gerhana tepat di telinga Berlian.
"Tapi gue takut." Ucap Berlian seadanya.
"Jangan banyak protes, atau gue bakal beneran ngelakuin hal itu sama lo." Ucap Gerhana yang terdengar serius di telinga Berlian.
"Gerhana, jangan..." Cemas, manja, entah mana yang tepat menggambarkan nada bicara Berlian yang satu ini.
"Yaudah makanya diem, jangan banyak protes."
"Bisa lembut sedikit gak sih ngomongnya? Kasar banget." Ucap Berlian yang terus mendapati nada bicara Gerhana yang serius, meski tanpa membentak.
"Oke sayang, kamu jangan takut ya? Aku nggak bakal ngelakuin hal akan nyakitin kamu kok. Kamu ikut aku ya?" Ucap Gerhana dengan nada lembut, namun seolah terdengar seperti sedang memanjakan atau sedang bercanda.
"Nah gitu dong, kan enak didengernya."
Tanpa merespon ucapan Berlian, Gerhana mulai melangkahkan kakinya perlahan, membuat Berlian ikut melangkahkan kakinya dengan masih memegangi tangan Gerhana yang berada di matanya. Langkah Gerhana menuntun Berlian menuju suatu tempat.
Tak berselang lama, Gerhana kembali menghentikan langkahnya, membuat Berlian mau tak mau ikut melangkahkan kakinya.
"Kenapa? Kok berhenti? Udah nyampe?" Tanya Berlian saat tiba-tiba Gerhana menghentikan langkahnya.
"Berlian..." Terdengar suara Gerhana yang berujar demikian, namun Berlian justru mengerutkan dahinya saat mendengar panggilan Gerhana.
"Loh? Kok suara Gerhana jauh disana sih? Trus yang nutupin mata gue ini siapa?" Ucap Berlian tak mengerti saat menyadari suara Gerhana yang memanggilnya dari kejauhan.
Merasa tak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, dengan cepat Berlian melepaskan tangan yang menutupi matanya, kemudian membalikkan tubuhnya, menatap orang yang berada di belakangnya. Lagi-lagi bola matanya membulat total saat melihat seseorang yang ada di hadapannya.
———
Sepotong dulu yaa, kejutannya di next part🤗🤣 Semangat nunggunya guys☺🤣 Love you...😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana Berlian Season 2
Teen Fiction[Completed] Berjuang dan Berkorban Bersamamu Ada satu elemen bumi yang masih tersembunyi. Menjadi Rahasia. Fatamorgana. Bukan itu, justru hal sebaliknya yang entah apa namanya. Sesuatu yang ada, namun seolah tiada. Sesuatu yang berusaha dihempaskan...