2. Kangen

293 16 0
                                    

Terdengar ketukan sepatu di atas lantai yang bernuansa putih itu, langkahnya menuju sebuah kamar milik seorang pemuda yang tengah merasakan kesempurnaan karena cintanya, cinta dari seorang gadis yang tak biasa.

Langkahnya terhenti saat ia sampai di muka pintu, senyuman tipis tampak hadir di bibirnya kala bola matanya berhasil menangkap bayangan seorang pemuda yang kini masih berdiri di hadapan cermin seraya merapikan dasi di kerah bajunya.

Sebelum kehadirannya disadari oleh sang pemilik kamar, kembali ia melangkahkan kakinya mendekati pemuda yang sedari tadi terus menampakan senyuman manisnya kala dirinya menatap pantulan dirinya sendiri di cermin yang terus ia tatap.

"Kakak, ini aku bawain sarapan," Ujar Pelangi yang berhasil membuyarkan lamunan Gerhana dan segera mendapatkan tatapan dari Gerhana.

"Cepetan siap-siapnya, abis itu dimakan sarapannya. Langit udah nungguin di depan," Lanjut Pelangi menjelaskan bahwa kini Langit tengah menunggu Pelangi sekaligus Gerhana untuk berangkat bersama ke sekolah.

"Kalo lo mau berangkat sekarang, berangkat duluan aja. Gak usah nungguin gue. Gue ada urusan bentar." Ucap Gerhana setelah sebelumnya ia sempat terdiam sejenak.

"Eum.. Yaudah, kalo gitu aku sama Langit berangkat duluan ya?" Ucap Pelangi yang segera disambut oleh anggukan kecil dari Gerhana.

"Sarapannya jangan lupa dimakan," Lanjut Pelangi sebelum memutuskan untuk pergi dari kamar Gerhana.

"Oke," Jawab Gerhana singkat.

Sepeninggalan Pelangi, Gerhana kembali menatap dirinya sendiri lewat pantulan cermin. Sejenak ia terdiam, kemudian tatapannya turun menuju telapak tangannya. Sebuah senyuman manis kembali hadir di saat ia melihat sesuatu yang berada di telapak tangannya.

Gerhana beranjak dari tempatnya, mendekati sebuah meja yang memang berada di kamarnya dan mengambil sesuatu di dalam salah satu laci di meja tersebut. Sesaat kemudian Gerhana melangkahkan kakinya menuju tempat tidurnya dengan membawa kotak P3K yang ia ambil.

Setelah duduk di tempat tidurnya, Gerhana segera membuka kotak P3K dan mengambil sebuah perban di dalamnya. Gerhana membaluti telapak tangannya menggunakan perban itu dengan sempurna. Entah kenapa, senyuman di bibirnya semakin melebar di saat ia menatap tangannya yang tertutup rapat oleh perban.

"Gue harap ini akan berhasil," Gumam Gerhana.

Kriing!* Tiba-tiba saja suara bel berbunyi dan berhasil membuat lamunan Gerhana buyar seketika sekaligus berhasil menyusutkan senyuman yang semula terus mengembang di bibir Gerhana dengan indah.

"Pelangi balik lagi? Ngapain? Ada yang ketinggalan kah?" Gumam Gerhana bingung.

Gerhana segera bergegas mengambil tasnya sebelum akhirnya ia pergi keluar dari kamarnya untuk memastikan apa alasan Pelangi kembali lagi ke rumah. Kriing!* Sekali lagi bel berbunyi, membuat Gerhana mendecak kesal.

"Iya tunggu sebentar!" Ujar Gerhana setengah berteriak.

"Lagian kenapa gak langsung masuk aja sih? Kan ini rumahnya sendiri, gimana sih Pelangi?" Gerutu Gerhana kesal saat orang yang berada di luar rumah seakan ingin dibukakan pintu oleh Gerhana.

Begitu pintu terbuka, raut wajah Gerhana yang semula sedikit kesal seketika berubah menjadi syok. Dahinya mengerut, matanya membulat total menatap seseorang yang kini tengah tersenyum manis padanya.

"Berlian?" Ujar Gerhana terkejut saat melihat Belian ada di rumahnya sepagi ini.

Dengan cepat ia menyembunyikan tangannya yang diperban di balik punggungnya agar Berlian tidak melihat tangannya yang diperban.

"Lo di sini?" Tanya Gerhana tak jelas akibat syok.

"Iya. Gue gak sendiri kok, gue dianter sama Galaksi." Ucap Berlian yang membuat Gerhana refleks mengalihkan pandangannya ke arah sosok Galaksi yang masih duduk di jok motornya dan menampakkan senyuman tipisnya.

"Trus lo mau ngapain ke sini?" Tanya Gerhana setelah memutuskan untuk menyudahi tatapan pada Galaksi.

"Kok nanyanya gitu sih? Emangnya gue nggak boleh ke sini?" Senyuman yang semula terus terpajang indah di bibir Berlian seketika menyusut.

"Nggak, bukan gitu. Maksud gue, lo kan bisa langsung pergi ke sekolah sama Galaksi. Trus kenapa mesti ke sini dulu?"

"Gue pengen ketemu sama lo." Ucap Berlian seadanya.

"Tapi kan nanti kita bisa ketemu di sekolah."

"Kangen," Sambar Berlian yang berhasil membuat Gerhana menutup mulutnya seketika.

Gerhana dibuat terdiam oleh satu kata sederhana yang sempat dilontarkan Berlian itu. Terlebih saat melihat jurus puppy eyes dan sweet smile yang dikeluarkan Berlian setelah mengucapkan hal itu. Membuat Gerhana semakin enggan untuk bergerak.

"Kenapa? Kok diem?" Ucap Berlian yang belum menyudahi puppy eyes dan sweet smile nya.

"Sumpah, lo emang paling pinter kalo bikin gue tambah suka sama lo dan tambah cinta sama lo." Ucap Gerhana seraya menampilkan senyuman di bibirnya, tipis namun terlihat sangat manis.

Dan ya, hal yang dikatakannya itu berhasil membuat pipi Berlian blush seketika, membuat Gerhana sangat gemas, namun ingin tetap melihatnya. Hingga akhirnya, keduanya saling terdiam dan menatap satu sama lain.

Lebih parahnya, seakan keduanya tak menganggap keberadaan Galaksi yang sedari tadi memperhatikan setiap pergerakan keduanya.

"Ekhem!" Ujar Galaksi dengan sengaja dan berhasil membuat lamunan Berlian dan Gerhana buyar seketika. Keduanya tampak salah tingkah kala mendapatkan tatapan tak habis fikir dari Galaksi.

"Oke, lebih baik gue duluan ya? Dan kalian bisa lanjutin tatapan-tatapannya." Ucap Galaksi seraya mengambil helmnya kemudian memakainya.

"Gerhana, jagain adek gue ya," Lanjut Galaksi setelah memakai helmnya dengan benar.

"Pastinya. Hati-hati di jalan, bro." Ucap Gerhana.

"Hati-hati, Galaksi." Tambah Berlian.

"Oke," Jawab Galaksi singkat sebelum akhirnya ia menyalakan mesin motornya kemudian melajukan motornya pergi meninggalkan rumah Gerhana.

Dan benar saja apa yang dikatakan Galaksi, sepeninggalan Galaksi, Gerhana dan Berlian kembali terdiam dan saling menatap satu sama lain.

---

Gerhana Berlian Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang