Tampak sebuah mobil sport hitam milik Gerhana memasuki pekarangan rumah Berlian dan berhenti tepat di depan rumah. Setelah mematikan mesin mobilnya, Gerhana berniat untuk keluar dari mobil.
Namun sebelum Gerhana membuka pintu mobil, Berlian segera menggenggam tangan Gerhana, membuat gerakannya terhenti seketika.
Gerhana menatap tajam Berlian dengan dahi mengerut, penuh tanda tanya. Sementara Berlian menatap lekat Gerhana dengan sorotan matanya yang sayu.
"Mau kemana?" Ujar Berlian yang membuat Gerhana mengernyitkan sebelah halisnya.
"Lo nanya gue mau kemana? Ya gue mau nganterin lo sampe dalem lah." Ucap Gerhana seadanya.
"Lebih baik lo nggak usah masuk deh," Ucap Berlian dengan nada rendah.
"Loh, kenapa?" Dahinya semakin mengerut, bingung.
"Di dalem pasti ada Galaksi. Dan gue takut, kalo lo ketemu sama dia, nanti lo bakal berantem sama dia." Jelas Berlian yang segera mendapatkan tarikan nafas panjang dari Gerhana.
Gerhana sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Berlian, tatapannya semakin lekat mengikat wajah Berlian. Tak ada ekspresi apapun yang tergambar dari raut wajahnya, datar tanpa senyuman. Membuat Berlian semakin lekat pula menatap wajahnya.
"Hey, buat apa gue berantem sama Galaksi? Gue kan nggak punya masalah apapun sama dia." Ucap Gerhana pelan, yang tak mendapatkan reaksi apapun dari Berlian.
"Lagipula sekarang Galaksi abang gue juga, kan? Meski masih calon. Jadi nggak mungkinlah gue berantem sama dia." Ucap Gerhana dengan santai, kemudian ia kembali menjauhkan tubuhnya dari Berlian.
Berlian hanya terdiam. Tatapannya semakin lekat menatap Gerhana. Rasanya ia masih tak percaya atas reaksi Gerhana. Menanggapi dengan santai dalam masalah besar seperti ini, rasanya sulit dipercaya jika Gerhana benar-benar telah melakukannya. Kali ini Berlian benar-benar tak mengenali sosok Gerhana yang telah berubah 180 derajat.
Tanpa memperdulikan tatapan Berlian, Gerhana segera membuka pintu mobilnya dan keluar. Kemudian ia segera bergegas untuk membukakan pintu untuk Berlian. Setelah pintu terbuka, tanpa perintah Berlian segera keluar dari mobil.
"Perlu gue gendong lagi?" Ucap Gerhana terdengar seperti sebuah tawaran.
"Nggak usah, gue udah mendingan kok." Ucap Berlian seadanya.
"Oke, kalo gitu hati-hati jalannya."
Gerhana segera meraih bahu Berlian dan merangkulnya dari samping untuk menuntun Berlian berjalan demi memastikan jalan Berlian aman terkendali kala mengingat keadaan Berlian yang masih terlihat lemas.
Sebelum memasuki rumah, Gerhana menekan bel rumah terlebih dahulu. Tanpa menunggu waktu lama, pintu segera terbuka oleh seseorang. Wajah tenang milik Gerhana seketika bertemu dengan wajah Galaksi yang rupanya masih dipenuhi kegelisahan yang sama.
"Berlian, lo kenapa?" Seketika Galaksi dibuat panik ketika melihat Berlian yang tampak lemas.
Berlian terdiam. Seakan enggan menjawab pertanyaan Galaksi. Bibirnya terkatup rapat, pandangannya tertunduk. Lagipula Berlian yakin bahwa Galaksi tahu dengan pasti alasan atas keadaannya saat ini.
Menyadari suasana mulai terasa tidak nyaman, Gerhana berusaha untuk mengalihkan perhatian Galaksi juga Berlian.
"Yaudah lo masuk gih. Jangan lupa makan, kalo perlu minum obat juga. Abis itu istirahat." Ujar Gerhana seraya mengusap bahu Berlian perlahan.
"Yaudah gue masuk, ya?" Ucap Berlian pelan, pandangannya masih tertunduk.
Tanpa menunggu jawaban dari Gerhana, Berlian segera bergegas pergi menuju kamarnya. Sementara Galaksi hanya mampu terdiam, menatap kepergian Berlian yang membekaskan satu luka baru di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana Berlian Season 2
Teen Fiction[Completed] Berjuang dan Berkorban Bersamamu Ada satu elemen bumi yang masih tersembunyi. Menjadi Rahasia. Fatamorgana. Bukan itu, justru hal sebaliknya yang entah apa namanya. Sesuatu yang ada, namun seolah tiada. Sesuatu yang berusaha dihempaskan...