"Gerhana, nanti gue yang bawa motornya ya?" Ujar Berlian yang segera mendapatkan tatapan tajam dari Gerhana.
Bel tanda pelajaran habis telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Kini Gerhana dan Berlian tengah berjalan beriringan menuju parkiran untuk pulang.
"Apa?" Mata Gerhana menyipit, seolah tak yakin dengan ucapan Berlian.
"Ya, gue kangen aja bawa motor. So, gue yang nyetir ya?" Ucap Berlian dengan santai seraya menampakkan senyuman tipisnya.
"Lo bercanda? Motor gue moge loh, emangnya lo bisa?" Ucap Gerhana ragu, yang membuat Berlian seketika menatapnya jengah.
"Jangan ngeremehin gue ya! Gini-gini gue juga bisa kali bawa moge." Ucapnya dengan menatap Gerhana malas.
"Masa? Badan lo kecil gini. Emang ketahan?" Ucap Gerhana yang membuat Berlian refleks melebarkan matanya.
"Lo ngajak taruhan?!" Jujur saja, Berlian terpancing emosi saat mendengar ucapan Gerhana barusan.
"Dahlah! Gak usah macem-macem. Biar gue aja yang bawa." Ujar Gerhana seraya melebarkan langkahnya, membuat Berlian sedikit tertinggal.
"Pelit!!" Teriak Berlian yang membuat Gerhana menghentikan langkahnya seketika.
Sejenak Gerhana terdiam. Kemudian ia membalikkan tubuhnya perlahan. Menatap Berlian yang kini sudah berjarak dua meter darinya. Keduanya saling menatap dengan tajam, wajah Gerhana datar, sementara Berlian tampak kesal.
"Bodo!" Ujar Gerhana kemudian kembali membalikkan tubuhnya dan melanjutkan langkahnya menuju parkiran.
Refleks Berlian membulatkan matanya total, tak percaya atas reaksi Gerhana baru saja.
"Iiihh! Gerhana!!" Teriak Berlian sembari berlari mengejar Gerhana.
"Lagian kan lo pake rok." Ucap Gerhana setelah Berlian berhasil menyeimbangkan langkahnya dengan Gerhana.
"Kalo rok lo naik, kan berabe urusannya. Nanti gue juga yang... enak!" Lanjut Gerhana yang segera mendapatkan tatapan tajam dari Berlian di akhir kalimatnya.
Refleks Berlian menepuk pipi Gerhana, meski pelan namun cukup terasa sakit bagi Gerhana karena Berlian melakukannya dengan emosi. Gerhana memegangi pipinya sembari terkekeh saat melihat ekspresi Berlian.
"Omongan lo kasar!" Kesal, marah, manja, entah mana yang tepat untuk menggambarkan nada bicara Berlian saat ini.
"Hehe, nggak. Gue bercanda kok," Ucap Gerhana setelah menyelesaikan kekehannya, sementara Berlian masih mengerucutkan bibirnya, kesal.
•••
Sepuluh menit sudah, Gerhana mengendarai mogenya menelusuri ramainya jalanan kota Jakarta. Hingga kini laju motornya mulai memasuki sebuah gang yang cukup sepi.
Namun Berlian tetap saja sama. Tak ada sebuah senyuman sedikitpun yang hadir di bibirnya. Ia masih kesal atas Gerhana yang tidak mengizinkannya menyetir motor sendiri, padahal saat ini ia sangat ingin melakukannya.
Gerhana hanya mampu menahan tawanya saat melihat ekspresi wajah Berlian dari pantulan kaca spion. Entah kenapa Berlian selalu saja terlihat menggemaskan jika sedang kesal seperti ini.
"Udah dong jangan ngambek terus," Ujar Gerhana.
Sekilas Berlian melirik ke arah spion dan menatap Gerhana yang masih menatapnya dari pantulan kaca spion, namun Berlian kembali memalingkan wajahnya seraya mendengus kesal.
"Yeh, gituan lo mah.." Ujar Gerhana yang diiringi tawa kecil di akhir kalimatnya.
Gerhana memutuskan untuk kembali fokus pada jalan. Namun baru saja berselang beberapa saat, Gerhana hampir saja kehilangan kendali motornya kala Berlian berujar sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana Berlian Season 2
Teen Fiction[Completed] Berjuang dan Berkorban Bersamamu Ada satu elemen bumi yang masih tersembunyi. Menjadi Rahasia. Fatamorgana. Bukan itu, justru hal sebaliknya yang entah apa namanya. Sesuatu yang ada, namun seolah tiada. Sesuatu yang berusaha dihempaskan...