2. Bang Ardhan

520 77 17
                                    

2. Bang Ardhan

Saat sampai di rumah, Ardhan dan Rara disambut dengan tatapan penuh pertanyaan dari sang mama.

"Kamu sih Ra keluar sampe jam 11 malam, lihat tuh bakal abis dimarahin kita," bisik Ardhan kepada Rara yang ada di sampingnya.

"Abang juga keluar malam kali, bukan Rara--"

"EKHEMM...." tegur Riana mama Ardhan dan Rara, "kenapa bisik-bisik? pulang bukannya ngucap salam malah bisik-bisik, kamu lagi Ardhan jam berapa sekarang, iihhh kalo bukan anak udah mama gigit sampe tinggal tulang kamu!" omel Riana.

Ardhan dan Rara bergidik ngeri mendengar omelan sang mama.

"Ihh ma, tega gitu makan anak sendiri?" jawab Ardhan berkeringat dingin.

"Kan mama bilang kalau bukan anak! kalau anak mah mana tega mama," jawab Riana membuat Ardhan bernapas lega.

Sedangkan Rara, ia hanya terkekeh mendengar obrolan mama dan abang nya itu.

"Apasih ini ribut-ribut?" suara bariton yang muncul dari balik pintu membuat ketiganya menoleh ke arah sumber suara, "udah malam, masuk sana," lanjutnya.

"Ini nih pa baru pulang jam segini, udah tahu besok sekolah malah pada kelayapan malam-malam," jawab Riana.

Selamat datang di kehidupan keluarga Pranadipa. Ya, suara berat itu adalah milik Radhika Pranadipa. Direktur utama Pranadipa's Group, suami dari Riana Pranadipa, papa dari Rafardhan Pranadipa dan Rafirda Grizella Pranadipa. Keluarga yang terkenal harmonis dan sukses. Keluarga yang menjadi panutan banyak orang di luar sana.

"Rara nggak kelayapan mah, pah, kan tadi Rara cuma mau beli perlengkapan buat MOS besok," jelas Rara kepada papa dan mama nya.

"Nahh, iya ma, Ardhan juga tadi jemput dia nih di super market," tukas Ardhan sambil menunjuk adiknya, "kasihan tuh lihat belanjaan nya banyak banget, nih," lanjutnya dengan tangan yang penuh dengan belanjaan.

"Iya mah, jangan marah-marah, nanti cantik nya hilang loh," rayu Rara sembari tersenyum kepada Riana.

"Paling bisa ya kalau ngerayu mama nya," jawab Riana mengalah, "yaudah masuk sana, Ardhan bawa belanjaan nya ke dalam ya."

"SIYAPP BOSS!!!" jawab Ardhan dengan semangat 45 walaupun tak bisa dipungkiri bahwa saat ini ia sudah mengantuk.

"Rara juga masuk sana, cuci kaki, terus tidur, besok sekolah kan," lanjut Radhika sembari mengelus sayang puncak kepala anak perempuan nya.

"Iya pah, mah, Rara masuk dulu ya," jawab nya sambil tersenyum kepada kedua orangtuanya.

Rara berjalan menyusul abang nya yang sudah terlebih dulu masuk. Baru satu langkah jarak nya dari pintu, ia sudah di kejutkan dengan keberadaan Ardhan.

"Astaga! abang ngapain di situ?" tanya Rara sambil mengelus dada nya karena kaget.

"Sssttttt... Sini deh," jawab Ardhan sambil menarik adik nya agar berada di posisi yang sama sepertinya, mengintip di balik pintu, "pantesan aja kita disuruh masuk, lihat tuh," lanjutnya.

Rara mengikuti arah pandangan Ardhan. Yang benar saja, ia melihat mama dan papa nya sedang duduk bersama di teras rumah yang cukup luas itu, berlatar kan langit malam dan angin yang sepoi-sepoi, Riana bersandar di pundak Radhika, suaminya.

Udah tua tapi masih kayak anak ABG. Ucap Rara dalam hati sambil geleng-geleng kepala melihat mama dan papa nya yang sedang duduk mesra layaknya sepasang kekasih yang sedang kasmaran.

Rara melirik Ardhan yang sedang memijit pelipis nya tanda tak habis pikir melihat tingkah orangtua nya.

Ide jahil pun terlintas di kepala Rara dan Ardhan.

Relove [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang