25. Adam Lagi

202 23 2
                                    

"Gue nggak peduli, siapapun yang berani bikin lo nangis gue nggak bakal tinggal diam, karena gue sayang sama lo," - Adam Jovan.

25. Adam Lagi

"Kak Rey?"

Ardhan mendongakkan kepalanya saat mendengar ucapan Rara. Ia mengikuti arah pandangan Rara. Dan benar, ia melihat Reyga di sana bersama seseorang yang juga ia kenal. Meliza.

Ardhan tahu pasti itu adalah Meliza walaupun perempuan itu duduk membelakanginya.

"Ra, pulang yuk udah sore," ajak Ardhan saat dirinya menyadari Rara terdiam menatap Reyga yang ada di sana.

"Ra, nggak usah di lihat kalau nggak mau sakit, pura-pura nggak tahu aja Ra," ajak Ardhan lagi sambil meraih tangan Rara, "Makin dicari, makin sakit. Makin dikepoin, makin nggak tenang. Please, kenapa sih harus nyiksa diri sendiri? Atau emang pengen ngebohongin diri sendiri kalau luka semakin disayat, lama-lama bakalan nggak kerasa sakitnya? Stop that, kamu berhak dapat yang lebih baik!" lanjutnya sedikit membentak Rara.

Rara menoleh ke arah Ardhan yang berbicara menasihatinya itu. Ia tersenyum miris.

"Siapa yang nyari? siapa yang kepoin? nggak ada bang yang mau kepoin itu. Tapi kenapa waktunya harus pas dan buat Rara bisa lihat semuanya?" jawab Rara pelan tapi terdengar begitu menyakitkan.

"Yaudah maaf. Kita pulang aja ya?" ucap Ardhan sambil menarik tangan Rara untuk pergi dari tempat itu. Tapi sayang, Rara seolah terpaku dan tak ingin beranjak.

"Kak Rey emang nggak sayang sama Rara ya bang?" tanya Rara dengan mata yang berkaca-kaca, sekali saja ia mengedipkan mata air matanya akan jatuh.

"Ra," panggil Ardhan dengan nada yang membujuk.

"Kak Rey emang nggak sayang sama Rara ya?" tanya Rara lagi.

Ardhan mendekat lalu merengkuh tubuh adiknya itu dan seketika air mata Rara jatuh membasahi baju Ardhan. Laki-laki itu tidak peduli jika semua orang memperhatikan mereka. Baginya, yang terpenting sekarang adalah Rara. Ia akan melakukan apa saja asal adiknya itu tidak menangis lagi.

"Reyga sayang sama Rara, dia cuma butuh waktu Ra," ucap Ardhan singkat namun mampu membuat air mata Rara semakin deras, "kita pulang ya, es krim nya kita makan di rumah aja, atau mau tambah lagi?" lanjut Ardhan mencoba menghibur adiknya.

Rara menggeleng dan mengikuti ajakan Ardhan untuk pulang.

Setelah membayar es krim yang ia beli. Ardhan merangkul Rara hingga menuju mobil. Ia membuka kan pintu mobilnya untuk Rara dan bersikap manis seolah-olah ia sedang memperlakukan Rara sebagai putri raja. Salah satu sifat Ardhan adalah selalu sayang pada adik dan keluarganya, ia bahkan rela melakulan apa saja untuk menghibur adiknya yang sedang bersedih.

"Yang duduk sama kak Rey tadi siapa?" tanya Rara dengan tetap mengarahkan pandangan ke luar jendela.

Ardhan yang sedang mengemudi sesekali menatap Rara yang ada di sebelahnya.

"Nggak tahu Ra," jawab Ardhan. Tentu ia berbohong agar tidak menyakiti lebih dalam lagi hati adik perempuannya.

"Kak Rey kok jahat sih sama Rara?" tanya Rara lagi dengan suara bergetar.

Kali ini Ardhan diam. Ia benar-benar tidak tega melihat Rara seperti ini. Ia terlalu cepat merasakan sakit hati, padahal Reyga adalah pacar pertama Rara yang seharusnya memberikan kesan yang menyenangkan untuknya. Tapi semuanya bertolak belakang.

•••

Sejak datang, Rara sama sekali tidak berbicara. Melainkan hanya duduk di bangku miliknya. Semacam hidup tapi tak bernyawa.

Relove [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang