20. Malam

232 34 15
                                    

"Jatuh cinta sendirian itu nggak mudah, akan selalu banyak khayalan-khayalan yang sulit diwujudkan atau mungkin nggak akan pernah bisa terwujud." - Rafirdha Grizella Pranadipa.

"Walaupun nanti lo sendiri, bukan berarti lo nggak pantas dicintai," - Reyga Aldhino Syahreza.

20. Malam

Rara meratapi ponselnya yang sama sekali tidak ada notifikasi dari Reyga. Laki-laki itu seperti benar-benar menghilang. Tak ada satu pun notifikasi dari Reyga yang masuk di ponselnya.

Rara menggeram kesal. Ia memutuskan untuk ke kamar Ardhan, berniat menanyakan tentang Reyga kepada Ardhan. Mungkin saja abangnya itu tahu sesuatu.

Tok...tok...tok....

"Bang... Bang Ardhan... Buka pintunya dong, Rara mau masuk!"

Di dalam kamar, Ardhan mengacak rambutnya bingung. Pasti adiknya itu akan menanyakan tentang Reyga.

"Bang Ardhan!" Teriak Rara lagi karena pintu kamar Ardhan tak kunjung terbuka.

"Apa sih, berisik banget!" protes Ardhan kepada Rara. Berusaha sebiasa mungkin di hadapan adiknya itu.

"Bang, kak Rey tuh kenapa sih?" tanya Rara to the point sambil melangkah masuk ke kamar Ardhan.

"Mana abang tahu, kan kamu pacarnya," jawab Ardhan.

"Ish, kan abang sahabatnya, masa dia nggak cerita apa-apa," tanya Rara yang sekarang sudah merengek menahan tangisnya.

"Abang nggak tahu Ra, Reyga emang gitu orang nya, kadang main ngilang aja, tapi nanti pasti balik lagi kok."

"Nggak mungkin bang Ardhan nggak tau apa-apa, pasti abang sama teman-teman abang tau sesuatu, ngaku!" ucap Rara sambil menatap Ardhan penuh kecurigaan.

Mati gue. Batin Ardhan.

"Apaan sih main tuduh sembarangan, beneran abang nggak tahu Ra, suerr," jawab Ardhan sambil mengangkat jari tangannya membentuk huruf V.

Rara menghela napas kecewa. Percuma ia menanyakan kepada Ardhan, kalau abangnya itu tidak tahu apa-apa.

"Yaudah balik ke kamar, tidur sana," perintah Ardhan kepada Rara.

Rara keluar dari kamar Ardhan dengan rasa kecewa. Sampai saat ini, ia belum mendapatkan kabar tentang Reyga.

Sedangkan Ardhan, terbesit rasa kasihan di dalam hatinya kepada Rara.

Ia semakin berpikir, jika Reyga tidak sungguh-sungguh menyayangi nya. Melainkan hanya sekedar ingin membuat Rara senang saja.

Baru saja ia akan memasuki kamar nya. Bel rumah berbunyi, pertanda ada yang datang.

Ting... Tong...

"Mamaa ada tamu!" teriak Rara dari depan pintu kamarnya, namun tak ada seorang pun yang menjawab.

Ia mendengus lalu mengurungkan niatnya semula untuk masuk kamar. Ia berjalan menuruni tangga untuk membukakan pintu dan melihat siapa yang bertamu malam-malam begini.

Ceklek!

"Mau cari sia--"

"Malam Ra," ucap Reyga yang sudah berdiri di depan pintu rumahnya.

"Kak rey?" jawab Rara sembari tersenyum senang, karena akhirnya Reyga menemuinya.

Tapi tunggu, Rara langsung merubah ekspresinya datar. Seharusnya ia marah, bukan malah menampakkan wajah senangnya di hadapan Reyga. Meskipun sebenarnya ia memang senang Reyga datang menemuinya.

Relove [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang