Tuan Muda Gila 02

5.4K 382 2
                                    

Tepat pukul 01.21 aku terbangun untuk melakukan shalat malam seperti biasa yang ku lakukan saat di kampung.

Segera aku ke kamar mandi namun aku tak menemukan nya.

"Kamar mandi dimana yah?" Aku mulai menggaruk garuk kepala ku mencoba mencari kamar mandi.

"Mungkin itu." Aku berjalan kearah pintu berwarna putih bersih membuka nya dan benar saja itu memang kamar mandi tapi didalam banyak menyimpan banyak barang aneh.

"Ini kamar mandi apa kamar tidur?luas amat." Maklum diriku hanya gadis kampung yang jauh dari kata modern.

Aku mencoba mencari air namun tak ku temukan malah aku mendapati benda besi berbentuk seperti kayu dengan lebar sedang. Aku mencoba menyentuh benda itu.

"Aaggrr! Astagfirullah!" Aku mengelus elus dada ku kaget karna air tiba tiba saja muncul di sana.

"Gini kalau orang kampung masuk ibukota bawaannya oon melulu!"

Segera aku mengambil air wudhu untuk mengerjakan shalat malam.

•••

Kini aku sudah memakai mukena yang ku bawa dari kampung berwarna putih bersih.

Selanjutnya aku mulai melakukan shalat malam memulai takbir dan membaca ayat ayat suci Allah dengan hikmat dan khusyuk.

Pukul 01.56 aku sudah selesai mengerjakan shalat malam. Beranjak melipat sajadah ku namun belum saja aku melipat mukena tiba tiba saja. 'Prakkk' terdengar seperti kaca pecah dari kamar pria gila itu.

"Pasti dia mengamuk lagi." Aku mulai melangkah membuka handle pintu kamar ku melangkah secara pelan menuju kamar pria itu.

Terlihat kunci gembok itu masih menempel di gembok tersebut jari ku begitu gatal ingin membuka gembok tersebut.

"Hanya mengintip saja setelah itu selesai!" Aku membuka perlahan gembok dan handle pintu terlihat kamar itu. Memasukkan kepala ku di pintu tersebut untuk mengintip apa yang terjadi di sana.

"Argggg!" Aku berteriak karna melihat wajah pria itu sedang menatap kearah pintu dengan tatapan tajam seperti ingin membunuh.

'Brukkk' aku menutup pintu dengan napas memburu, jantung ingin copot dan keringat dingin yang bercucuran.

"Ya Allah pria itu seperti hantu saja." Aku mengelus perlahan dada ku sesekali mengucapkan istighfar. Untung saja semua orang tak terbangun dengan teriakan ku bisa bisa heboh satu rumah.

Segera aku kembali masuk kedalam kamar menyandarkan badan ku di pintu kamar mencoba mengatur napas.

Mata ku begitu berat ingin rasanya tidur. Tak sadar mata ku terpejam terbawah dalam mimpi meski aku tidur bersandar dipintu.

•••

Cahaya matahari menyinari wajah ku membuat ku terganggu hingga aku berguling guling di lantai dan 'brukk' kepalaku menambrak lemari yang terdapat di dekat pintu.

"Argggg!, Huwa sakitnya!" Aku mengelus elus kepala ku yang terbentur.

"Awas aja kamu!" Aku menunjuk lemari itu dengan tatapan ingin membunuh dasar oon.

Segera aku berlari menempelkan telinga ku ditembok mendengar apa pria gila itu sudah tak mengamuk lagi dan benar saja dia sudah berhenti.

'Tok tok tok' terdengar suara ketukan pintu yang nyaring di telinga ku membuat ku kembali berlari membuka segera pintu kamar ku.

Terlihat Bi Iyem sedang membawa sebuah nampan dikedua tangannya.

"Eh Bi Iyem, selamat pagi!"

"Selamat pagi non!" Bi Iyem langsung masuk kedalam kamar ku meletakkan nampan tersebut di atas meja.

"Ini sarapan buat non Dina." Segera Bi Iyem ingin pergi namun aku mencekal pergelangan tangannya.

"Sebentar Bi!" Aku menarik nya duduk disofa sembari terus tersenyum.

"Ada apa Non?" Tanya Bi Iyem menatap ku dengan kebingungan.

"Bi cara pakai kamar mandi disini bagaimana?" Aduh malu nya aku sebesar ini belum tau cara memakai kamar mandi yah maklum kan anak kampung.

"Aduh Non Dina, mari ikut Bibi." Bi Iyem menarik masuk kedalam kamar mandi.

Menjelaskan semua fungsi alat alat didalam kamar mandi tersebut dengan teliti meskipun Bi Iyem juga orang kampung tapi dirinya sudah bekerja disini cukup lama bukan jadi sepatutnya Bi Iyem hapal semua fungsi benda disini.

Yah begitulah alat alat orang kau menyusahkan dan membingungkan.

"Bagaimana Non, udah ngerti?" Aku mengangguk paham.

"Satu pertanyaan lagi Bi."

"Nama Pria gila itu siapa?" Tanya ku terlihat Bi Iyem merubah ekspresinya.

"Namanya Tuan muda Denis kianza Dirgantara non dan juga jangan panggil seperti itu dulunya sebelum Tuan muda Denis kehilangan akal dia terkenal sebagai pria yang berdarah dingin tak segan segan ia membunuh seseorang hanya karna masalah sepele." Mencengangkan ternyata pria gila itu eh maksudnya Tuan Denis dulunya pria berbahaya.

"Bibi pergi dulu non." Bi Iyem langsung meninggalkan ku.

"Sudahlah ini hari pertama ku bekerja, jadi aku harus semangat!" Dengan semangat aku langsung membuka mukena yang masih saja ku pakai dan langsung masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

•••

Kini aku sudah siap dengan wajah begitu segar membuat semangat ku membara.

Aku segera berjalan menuruni anak tangga dengan berlari sedikit namun langkah ku terhenti saat mendengar teriakan.

"Aaarrggg!" Astaga tuan muda pasti mengamuk lagi. Aku kembali naik untuk melihat apa yang sekarang dia lakukan.

Segera aku membuka pintu melihatnya betapa terkejutnya aku melihat nya sedang melukai dirinya dengan menunggu serpihan kaca.

"Tuan muda!" Aku segera berlari masuk kedalam kamarnya namun langkah ku terhenti saat dirinya menoleh.

"Jangan mendekat!" Menatap ku dengan tatapan menyeramkan.

"Tuan jangan lakukan itu, Aku mohon." Melihatnya melanjutkan aksinya. Aku mencoba menarik napas dalam dalam mencoba untuk tenang.

"Tenang, tenang, tenang." Aku langsung mengambil serpihan kaca dari tangannya membuangnya jauh jauh. Segera aku memeluknya yah mau gimana lagi mau gak mau harus dilakukan agar dirinya tak melakukan hal berbahaya lainnya.

Tuan muda meronta ronta berteriak mencoba melepaskan pelukan ku namun aku mencoba menahan kuat perlawanannya. Mencoba mengelus perlahan kepalanya untuk menenangkan nya memang cukup sulit tapi aku terus mencoba.

'Hiks hiks hiks' dia menangis dalam dekapanku entah mengapa hati ku merasa iba mendengar tangisannya yang begitu pedih.

"Jangan tinggalkan aku, Aku takut sendirian." Ucap nya dengan nada lirih sembari terus menangis.

"Cup cup jangan nangis lagi yah." Mencoba menenangkannya dengan menepuk lembut pundaknya.

Begini lah rasanya merawat seseorang yang tak waras kadang kasar kadang menangis dan terkadang bahagia.

"Cukup yah." Aku mengeratkan pelukan ku yang membuatnya sedikit terdiam.

"Dina janji gak akan ninggalin Denis!" Aku melepaskan pelukan ku menatap lekat mata yang tadinya menyeramkan kini begitu sendu. Inikah yang dinamakan pria gila yang dulunya seorang berdarah dingin kini menjadi seorang anak kecil yang begitu penakut.

Perlahan aku menghapus air matanya menarik sebuah senyum dibibirnya. Dapat disimpulkan bahwa dirinya selama ini kesepian. Entah mengapa penghuni rumah disini tak ada yang mengerti dengannya. Mengobati sedikit luka nya yang ada ditangan nya meskipun masih ada perlawanan dari nya.

Mungkin memang terlalu cepat untuk menaklukkan tuan muda tapi entah hari esok ataupun hari selanjutnya akan terjadi drama apalagi tapi yang penting hari ini aku sudah menaklukkan singa terluka hebat bukan.

Tuan Muda Gila [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang