Tuan Muda Gila 33

2.8K 169 1
                                    

POV: Denis

Aku khawatir saat melihat keadaan Dina yang begitu menyedihkan,darah mengalir dari dalam hidungnya. Apa ini karna ada luka dalam atau ada penyakit lain. Hanya itu tang terus aku pikirkan saat darahnya masih belum berhenti menetes.

"Udah ah, nggak papa ini mah." Dina langsung menepis tanganku yang tadinya menepel dibawah hidungnya.

"Kenapa sih jadi judes amat," tanya ku.

"Nggak papa," jawabnya tanpa menatapku.

"Emangnya nggak sakit," tanyaku kembali.

"Enggak kok," jawab Dina.

"Yaudah kita nginap disini aja, besok baru kita lanjut jalan lagi." jelasku saat semua binatang malam sudah mulai berbunyi.

"Emang siapa mau lanjut jalan," Mendengarnya rasanya aku ingin mencekik wanita yang ada didepanku ini tapi karna terlanjur cinta yah biarin aja deh.

Aku segera berjalan mendekat kearah pohon pisang yang berjarak beberapa senti dariku dan Dina yang sedari tadi duduk dengan melentangkan kakinya.

Perlahan aku menarik daun pisang tersebut mengambilnya beberapa untuk dijadikan alas untuk tidur.

"Nih," Aku melempar 2 daun pisang kearah Dina.

"Mau diapain nih?" tanya Dina sembari mengambil daun pisang tersebut.

"Mau dipakai tidurlah," jawabku sembari meletakkan daun pisang tersebut diatas tanah dan melapisinya dengan beberapa lembar.

Begitu juga dengan Dina yang melakukan hal yang sama denganku. Kami melakukan hal yang sama hingga jarak sekitar 1 meter sebagai perbatasan.

"Loh kok jauh amat," tanyaku melihat Dina yang sudah mulai naik diatas tikar daun pisang.

"Bukan muhrim," jawab Dina sembari mulai merebahkan tubuhnya.

Setelah mendengar jawaban dari Dina aku tak membalas hanya langsung ikut merebahkan tubuhku menatap langit malam yang begitu sunyi hanya bulan dan bintang yang menjadi penghias. Meski ditengah hutan aku masih bisa menatap wajah Dina karna malam ini bulan purnama.

Aku menoleh kearah Dina yang juga tengah menatap langit malam dari sekujur tubuh yang begitu kotor. Mulai dari gamisnya yang hampir tak berbentuk namun masih bisa menutup tubuhnya, pasmina yang sudah penuh bekas darah dan kulit putihnya yang sudah kusam ditambah lagi memar disebagian tubuhnya.

"Apa tak sakit," kataku seraya terus melihat kearahnya.

Dina menoleh menatap kearahku. Tatapan yang begitu sendu seperti ada dibebab dibalik tatapan itu tapi beban apa.

Dina hanya menggeleng tanpa mengeluarkan suara dan kembali menatap langit malam.

Hawa dingin mulai menjeruak serta angin malam yang mulai menusuk tulang tulangku terlihat Dina juga tersentak dengan hawa dingin yang tiba tiba muncul.

"Huwaaa dinginnya,"keluhku sembari memegang sisi lenganku.

"Hadeh kalau begini mah bisa jadi manusia beku," sambungku kembali.

Terlihat Dina yang begitu santai yah lebih tepatnya dirinya seperti tidak merasa kedinginan sepertinya Dina sudah terbiasa.

"Tidur sajalah," ucapku yang langsung memajamkan mata sedangkan Dina sudah lebih dulu memejamkan matanya.

POV: Author

Malam berlalu begitu sangat cepat saat Denis dan Dina yang masih terlelap dalam tidur masing masing. Tepat pada pukul 05.56 Denis terbangun karna suhu dingin yang begitu menusuk.

"Hoammm," Denis mengeliat metentangkan otot ototnya lalu melirik kearah Dina yang masih terlelap dalam tidurnya.

Denis bangun membenarkan posisinya dan menghadap ke Dina yang masih saja belum bangun.

Dina menggeliat memeluk kedua pahanya karna kedinginan. Denis yang melihat itu kian bergerak menuju Dina. Denis melepas jasnya dan menutupi sebagian tubuh Dina yang kedinginan.

Begitu lama Denis menatap Dina yang terlihat begitu damai dalam tidurnya. Sebuah senyum terbit dari sudut bibir Denis saat menatap Dina.

Denis menyapu perlahan kepala Dina dan menarik napas begitu dalam saat masih menatap Dina.

"Terima kasih mau bersamaku," lirih Denis sembari mengusap pelan pundak tangan Dina.

Tuan Muda Gila [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang