"Hiks.....Maafkan aku Denis." Lirih Dina yang memejamkan matanya memasukkan kepalanya dalam ikatan tali tersebut. Dan.....
Tiba tiba saja seseorang yang berlari kencang masuk kedalam rumah tersebut memeluk tubuhnya "Dina!". Saat itu Dina yang sudah tergantung beberapa saat lalu. Itu Denis! Denis yang berlari menyelamatkan sang istri yang sudah gantung diri.
Tubuh kekarnya perlahan menurunkan dan menarik sang istri yang sudah terkapar kaku. Tubuh kekar itu gemetar, mata yang mulai menyorot dengan marah ke arah wanita sialan yang tengah berdiri kaku menatap kedatangan Denis, itu Sheila sok dengan kedatangan Denis secara tiba tiba.
Bu Rina tak berkutik saat polisi mulai masuk dan meringkus dirinya yang tadinya santai duduk di sofa kini terkejut dengan kedatangan Denis dan polisi. Denis berdiri meletakkan Dina diatas lantai dingin rumah itu. Sebenarnya Denis sudah tau rencana Bu Rina dan Sheila namun dirinya terlambat di karnakan hambatan beberapa masalah diluar.
Tangan mengepal, urat leher begitu tampak tertarik kuat dengan gertakan gigi yang saling bertemu menatap wanita yang tahu malu didepannya sekarang. Tangan kekar itu terangkat dan mencekik Sheila tanpa memedulikan jika Sheila bisa bernapas atau mati saja di tangannya. Bagaikan singa yang kehilangan pasangan Denis terus memperkuat cekikannya pada Sheila hingga mata Sheila mulai sayu dan mengeluarkan air mata.
Para polisi yang melihat kejadian itu langsung menghampiri Denis yang sudah gelap mata ingin membunuh Sheila. "Pak Denis! Tolong hentikan!" Ucap salah satu polisi sembari berusaha melerai kemarahan Denis yang sudah berapi-api.
Denis tak mendengarkan, dia terus saja memperkuat cekikannya. "Wanita sialan!" Teriak Denis saat ia langsung melepaskan cekikannya hingga Sheila terjatuh dengan napas tersengal diatas lantai memegang lehernya yang memerah.
"Dasar tidak tahu malu!" Pekik kembali Denis, sorot mata yang memerah menatap penuh kebencian kepada Sheila. Mata elang itu kembali menatap satu pelaku lagi, siapa lagi jika bukan Bu Rina yang sudah ditangan seorang polisi wanita disana yang sedari tadi tak berkutik.
Denis mempercepat langkahnya menatap dengan aura pembunuh disana. Hingga mata elang itu menatap mata yang sudah berkeriput itu. "Ck! Orang tua yang tidak punya malu!" Bentak Denis.
"Rela melakukan apapun hanya demi sebuah harta! Bahkan sampai sampai melukai istri ku!" Sambung kembali Denis. Bu Rina menunduk malu dengan hinaan yang dilontarkan oleh Denis.
Sebenarnya hubungan Bu Rina dah Denis hanya sebatas ibu tiri dan anak tiri sebab sudah lama Ibu Denis meninggal dan Ayah Denis yang kembali menikah dengan Bu Rina. Bu Rina sebenarnya tidak benar benar sayang kepada anak tirinya itu dia hanya ingin harta kekayaan yang dimiliki oleh Denis karna saat sang suami meninggal Bu Rina tak mendapatkan sepeser pun ditambah lagi Bu Rina yang tak bisa mempunyai anak membuat nya tambah dibutakan oleh kenikmatan duniawi.
Denis terjatuh lemas saat dia yang sudah tak sanggup dengan keadaan sekarang ini. Jika dia tau bahwa dia akan kehilangan orang yang paling dia sayangi didunia ini hanya karna sebuah harta yang tak kekal dia akan memilih Dina dibandingkan dengan harta kekayaannya.
Para polisi segera membawa Sheila dan Bu Rina untuk melanjutkan proses yang lebih lanjut lagi di kantor. Sedangkan Denis masih betah menatap penuh penyesalan kepada sang istri yang terbujur kaku. Aril tiba dengan membawa dokter dan seorang perawat, tergesa gesa masuk kedalam rumah sang Tuan Muda yang kini sedang menangis di dekat sang istri yang terbujur kaku.
"Hiks...Hiks...Bangun Dina." Denis menangis, menguncang pelan tubuh mungil Dina. Aril terpaku melihat Denis yang baru kali ini menangis, tentunya Aril kasihan melihat Denis yang begitu terpukul dengan keadaan Dina sekarang.
Dokter menghampiri mencoba mengecek keadaan Dina yang masih saja terbujur kaku di lantai dingin tersebut. Tangan dokter menyilang didada Dina mencoba mengembalikan napas Dina dengan menekan paru parunya dari luar.
Denis masih saja menangis dengan harapan istrinya masih bisa bangun dan melihatnya tersenyum manis sembari menyapanya. Aril berusaha menguatkan Denis dengan mengusap pelan punggung sang Tuan Muda.
"Huhuhukkk.." terdengar seseorang batuk dengan keras, napas tersengal. Yah Dina bangun menghirup oksigen dengan rakusnya. Usaha sang dokter tidak sia-sia karna saat itu masih terdengar sedikit denyut nadi Dina.
Denis yang langsung refleks memeluk tubuh mungil itu dengan gembiranya. Tak mengira bahwa Dina kembali terbangun karna ia kira dia akan ditinggalkan selama oleh wanita yang paling ia cintai dan kasihi.
"Hiks...Hiks...Denis!" Tangis Dina pecah seketika dalam pelukan hangat itu. Tak Bisa berkata kata lagi takutnya Dina saat itu. Denis juga ikut menangis dalam pelukan Dina, menumpahkan segala keluh kesahnya disana. Hampir saja ia kehilangan separuh nyawanya, yang membuatnya hampir gila kembali.
"Maafkan aku Dina, aku terlambat untuk menyelamatkan mu dan membunuh seseorang yang menyakitimu." Derai air mata terus berjatuhan dari mata elang itu. Sudah cukup dia berpura pura kuat dihadapan sang istri, sudah cukup.
"Aku menyesal! Aku menyesal karna tidak bisa menjadi seorang suami yang baik untukmu, aku menyesal Dina!" Denis memperat pelukannya, rasanya ia tak ingin melepas pelukan hangat itu.
"Tidak Denis." Dina melepaskan pelukannya mengusap lembut wajah Denis dengan air mata dan keringat dingin itu. Mata elang yang tadinya begitu tajam kini telah sayu termakan air mata. Kali ini Dina yang harus menguatkan Denis.
"Bagiku kau sudah cukup sempurna untuk menjadi suami yang baik." Dina tersenyum penuh arti disana melihat sang suami dengan tatapan sayang. "Dan bagiku kau adalah hadiah yang terbaik yang Allah kirimkan untukku." Dina kembali memeluk Denis dalam dekapannya.
Hari-hari berlalu begitu cepat, saat hukuman untuk Sheila dan Bu Rina ditentukan di pengadilan. " Dengan ini saya menyatakan bahwa saudari Sheila dan Rina akan dihukum dengan dipenjara seumur hidup." Ucap seorang hakim dengan 3 kali ketukan palu menandakan bahwa pengadilan telah berakhir.
Dengan lapang dada mereka harus menerima apa yang menjadi konsekuensi apa yang telah mereka perbuat dan seharusnya mereka sadar bahwa mereka telah mengajar apa yang tak kekal didunia ini.
Sedangkan disisi lain Denis begitu puas dengan hukuman yang diterima mereka mungkin setimpal dengan apa yang telah mereka lakukan dimasa lalu, Namun jika di beri izin Denis ingin sekali memenggal kepala mereka di depan umum. Tapi Denis sadar bahwa negara ini adalah negara hukum, yang menjadi prioritas utama adalah tegaknya keadilan di suatu negara.
○○○○○○○○○
Beberapa bukan telah berlalu, hampir sudah 1 tahun pernikahan Denis dan Dina, sekarang Dina sedang mengandung sang jabang bayi hasil pernikahan mereka. Masa masa bahagia mereka lalu tanpa beban sama sekali seperti pasangan pada umumnya memiliki konflik tersendiri tapi dengan ini mereka akan sadar akan pentingnya kebersamaan dan kepercayaan satu sama lain.
Hingga tiba saatnya Dina yang sedang berjuang antara hidup dan mati berusaha yang terbaik mungkin mengeluarkan satu kehidupan dengan Denis yang setia mendampinginya disana. Dan dengar nyaring "Owekkkkk...." suara bayi menangis mengisi ruangan persalinan tersebut. Denis terharu, melihat perjuangan Dina melahirkan sang buah hati. Air mata kebahagian jatuh dari pelupuk mata Denis mendekatkan wajahnya dan mengecup singkat kening sang istri.
"Terima kasih sayang."
●THE END●
Akhirnya makasih semuanya yang udah baca nggak kerasa udah selesai juga, dan juga ada kendala saat menulis di karnakan author sempat berhenti up di karnakan kesibukan sekolah tapi alhamdulillah akhirnya bisa selesai dengan mudah. Sekali lagi makasih yah buat semuanya yang udah sempetin baca dan tunggu lagi yah cerita terbaru dari author🙃.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda Gila [COMPLETED]
Romance⬅️[FOLLOW! BARU BACA] ➡️[VOTE! SESUDAH BACA] Denis Kianza Dirgantara lelaki yang menghabiskan hampir 3 tahun hidupnya dengan ketidak warasannya akibat kecelakaan di masa lalu. Namun hidupnya berubah setelah seorang gadis yang awalnya datang sebagai...