"Tolong!" Aku menjerit sekuat kuatnya berharap ada orang dirumah yang mendengarnya dan benar saja semua penjaga dan pengawal lari terbirit birit setelah mendengar teriakanku.
"Astaga tuan muda," ucap salah satu pengawal melihat Denis yang sudah tak sadarkan diri.
"Cepatq panggilkan dokter!" perintahku lhingga membuat salah satu penjaga yang mempunyai nomor dokter keluarga dirgantara.
Setelah beberapa menit berlalu hingga Denis sekarang dibaringkan di tempat tidurnya dan dokter yang menanganinya sudah datang.
Aku terus mondar mandir didepan pintu kamar Denis yang didalamnya dokter sedang memeriksa keadaan Denis.
Handle pintu berputar dokter pun keluar dari kamar Denis dan sudah menenteng tas miliknya.
"Bagaimana keadaannya dok," tanyaku cemas.
"Tuan muda baik baik saja yang saja dia tidak boleh terlalu stress karna dapat membebankan pikiran nya yang dapat menimbulkan sakit kepala luar biasa yang mengakibatkan dirinya menjadi pingsan," jelas sang dokter. Aku hanya mengangguk ngangguk paham.
"Kalau begitu saya permisi dulu," dokter tersebut langsung pergi meninggalkanku. Segera aku kembali masuk kedalam kamar Denis.
Perlahan aku melangkah memasuki kamarnya melihatnya yang sudah sadar kembali menatapku dengan tatapan datar. Mungkin saja Denis marah padaku karna pertanyaan yang tak kujawab.
"Permisi Tuan," Aku mendekat kearahnya tepat disampingnya.
"Apa Tuan baik baik saja?" tanyaku.
"Maaf yah tuan karna saya tidak menjawab pertanyaan tuan muda tadi," ucapku dengan menunduk.
"Pergi!" Aku tersentak kaget melihat Denis yang menatapku dengan tatapan datar.
"Apa kau tak dengar? Aku bilang pergi!" Usirnya kembali membuat tubuhku bergetar hebat.
"Tapi Tuan... ucapaku langsung terpotong olehnya yang meninggikan suaranya hong menggema dikamarnya.
"Aku bilang pergi!" Tekannya sekali lagi.
Aku segera berlari keluar dari kamarnya membanting pintu kamarku dan menjatuhkan tubuhku di atas ranjang kamarku sembari menangis tersedu sedu.
"Hiks hiks, Dina kan udah minta maaf." lirihku.
"Kok malah dibentuk sih?" Baru kali ini aku dibentuk oleh Denis. Entah kenapa rasanya begitu sakit dibanding dicekik oleh Sheila.
"Dina capek!" Aku memukul mukul guling yang ku peluk.
"Dina mau pulang aja!"
Hingga ketukan pintu membuatku berhenti menangis. Mendengar suara tak asing memanggil namaku.
"Dina? Nak?" Itu suara Bu Rina yang memanggilku dari luar.
Segera aku menghapus jejak air mata yang masih membekas diwajahku dan berlari membuka handle pintu kamarku.
"Eh ibu," ucapku cengengesan.
Bu Rina tersenyum kearahku.
"Ini dari mana aja? Kok ingilang gitu aja,"
Aku langsung memeluk Bu Rina dengan erat."Tadi keluar sebentar sama Bi Iyem," jawabnya.
"Jadi gimana keadaan Denis?" tanya Bu Rina seraya melepaskan pelukanku.
"Denis baik baik aja kok Bu," jawabku disertai senyuman.
Bu Rina terus menatapku dengan tatapan aneh.
"Kamu habis nangis nak?" tanya Bu Rina sembari memegang pipiku.
"Ah enggak kok Bu, siapa habis nangis." Aku bepura pura tertawa kecil.
Bu Rina tersenyum mengelus elus kepalaku dan berkata. "Bu kita kamu habis nangis,"
Aku memegang erat yang Bu Rina dan mengelus punggung tangannya yang mulai berkeriput dimakan usia.
"Maafkan Dina yah Bu," batin ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda Gila [COMPLETED]
Romansa⬅️[FOLLOW! BARU BACA] ➡️[VOTE! SESUDAH BACA] Denis Kianza Dirgantara lelaki yang menghabiskan hampir 3 tahun hidupnya dengan ketidak warasannya akibat kecelakaan di masa lalu. Namun hidupnya berubah setelah seorang gadis yang awalnya datang sebagai...