POV: Author
Setelah Dina bangun dari tidurnya sedangkan Denis sedang duduk termenung diatas rumput basah sembari menatap langit yang berwarna jingga kebiruan biruan.
Dina terkejut saat sebagian tubuhnya ditutup oleh jas milik Denis. Dina beranjak mendekat kearah Denis yang masih tak sadar akan kehadiran didekatnya.
"Lagi natap apa bang," tanya Dina sembari menutup pundak Denis dengan jasnya.
"Pagi," sambung Dina sembari tersenyum dari samping Denis.
"Pagi juga, ternyata udah bangun nih putri tidur," jawab Denis dengan membalas senyum Dina.
"Gimana tidurnya Tuan Muda?" tanya Dina sembari tersenyum mengejek.
"Nggak nyenyak karna banyak nyamuk," jawab Denis tersenyum kikuk.
Dina hanya mengangguk ngangguk pelan. Dina tau semua ini tak mudah bagi Denis karna sudah terbiasa hidup mewah dengan AC dan tempat tidur yang empuk tidak seperti Dina yang hidup sederhana saat masih bersama kedua orang tuanya.
ººº
Aril kini telah berada dijalan menuju tempat Denis menebus Dina pada saat itu
"Bagaimana apa semua sudah diperiksa?" tanya Aril pada kepala pengawal.
"Tidak pak masih setengah yang kami periksa karna sudah terlalu larut untuk memeriksa," jawab pak Edo.
"Sekarang mulai lah mencari kembali, aku ingin kalian menemukan jejak keberadaan Tuan Muda." perintah Aril. Segera pak Edo menunduk patuh dan memerintahkan bawahannya untuk kembali mencari.
'Ya Allah semoga hari ini aku bisa menemukan Tuan Muda,' doa terus dipanjatkan oleh Aril sembari mencari sekeliling jalan yang hanya dikelilingi oleh jurang.
ººº
"Kau tidak akan pernah menemukan mereka lagi," ucap perempuan berbaju serba hitam.
"Mereka berdua akan membusuk didalam jurang tersebut," sambung perempuan tersebut.
"Saat Denis sudah dinyatakan meninggal maka semua harta kekayaannya akan menjadi milikku,"
"Hahahahah," perempuan tertawa puas dengan apa yang sudah ia perbuat sendiri.
ººº
"Pak kami menemukan bangkai mobil!" seru salah satu pengawal yang menemukan bangkai mobil Denis.
Segera semua berlari berhamburan saat mendengar teriakan tersebut.
"Dimana?!" tanya Aril dengan napas tersenggal.
"Ini pak," jawab pengawal tersebut menyerahkan sebuah kaca spion mobil dan plat mobil milik Denis.
"Ini milik tuan muda!" Aril tersenyum bahagia saat ia sudah menemukan suatu jejak.
"Kau menemukannya dimana?" tanya Aril yang langsung menatap pengawal tersebut.
"Disana pak," jawab pengawal tersebut sembari menunjuk kearah tepi jalan yang berakhir jurang.
"Cepat hubungi tim SAR!" perintah Aril.
"Baik pak," jawab pak Edo.
ººº
Sedangkan Denis dan Dina berlanjut berjalan kembali menelusuri hutan rimbun. Dina berjalan begitu lesu sedangkan Denis terlihat santai menikmati perjalanan mereka.
"Kenapa kau begitu santai, apa kau tak ingin keluar dari hutan ini?" tanya Dina yang menoleh kearah Denis.
"Kayaknya nggak mau deh soalnya udah ada kamu yang menenin," jawab Denis cengengesan.
Seketika Dina langsung memukul kepala Denis dengan keras hingga membuat sang empu meringis kesaktian.
"Auww sakit beb," keluh Denis sembari mengusap pelan kepalanya.
"Beb, beb, emang aku ini bebek apa?!" gertak Dina sembari berkacak pinggang dan melototkan matanya.
"Makanya jangan sok jago ngegombal deh kalau waktunya nggak tepat," pekik Dina.
"Iya yah maap," ucap Denis sembari menyatukan kedua tangannya.
Dina langsung meninggalkan Denis yang sedari tadi meminta maaf. Dina mempercepat langkahnya meninggalkan Denis yang terus berteriak dari belakang.
"Dina tunggu bentar!" Denis akhirnya bisa menyamakan langkahnya dengan Dina.
"Kenapa lagi?" tanya Dina tanpa melihat ke arah Denis.
"Aku laper," ucap Denis dengan akhir kata cengengesan.
Dina menghembuskan napas kasar dan langsung menggandeng tangan Denis tanpa sadar.
"Ayo kita cari sungai!" ajak Dina yang menggandeng tangan Denis.
"Mau ngapain, aku kan laper bukannya mau mandi." ujar Denis.
"Emangnya siapa juga yang mau mandi," kata Dina.
Denis hanya mengangguk dan lihat tangannya yang digandeng oleh Dina hanya terkekeh pelan karna tidak sadarnya Dina.
'Hihihi semoga aja dianya nggak sadar'
ººº
Akhirnya Denis dan Dina menemukan sungai yang tak jauh dari tempat mereka tidur.
Sungai yang tak begitu deras membuat Dina tersenyum bangga.
Dina langsung melepaskan gandengan tangannya lalu berjalan menuju sungai tersebut sembari mengambil sebuah kayu yang agak panjang.
"Dina! Kamu mau kemana?!" teriak Denis yang tak dihiruakan oleh Dina yang masih saja terus berjalan.
"Udah tenang aja, aku cuman mau nangkap ikan aja." ucap Dina yang mulai mengambil sikap kuda kuda.
Denis mengerutkan dahinya mendengar lontaran kata dari Dina.
Dina fokus pada ikan yang berlalu lalang didalam air. Sungguh besar dan menggugah selera Dina.
'Srerrrkkk' dengan tetap sasaran Dina mendapatkan ikan yang cukup besar menancap pada kayu yang ia bawah.
"Hahahaha cukup mudah," Tawa Dina begitu keras menandakan betapa bangganya dirinya sendiri. Memang Dina sudah terbiasa dengan ini semua saat masih tinggal dikampung ia sering membantu Bapaknya menangkap ikan dengan seperti itu sehingga ia bisa selihai itu.
Denis menganga dan menerjapkan matanya berkali kali melihat Dina yang begitu hebat dalam menangkap ikan disungai.
"Wah calon istriku sungguh perkasa yah," cicit Denis yang masih tak percaya.
Dina langsung mendekat membawa dua ikan segar yang cukup besar dan gamisnya yang setengah basah.
"Hah terkejutkan kalau aku sekuat itu," ucap Dina dengan sombongnya.
"Ckck kau begitu sombong, sedangkan aku yang sudah terbiasa menangkap singa tak pernah sesombong ini." Denis langsung berkacak pinggang dengan tersenyum miring.
"Aku kan nggak nanya kalau kamu bisa nangkap singa," balas Dina dan menjulurkan lidahnya kearah Denis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda Gila [COMPLETED]
Romans⬅️[FOLLOW! BARU BACA] ➡️[VOTE! SESUDAH BACA] Denis Kianza Dirgantara lelaki yang menghabiskan hampir 3 tahun hidupnya dengan ketidak warasannya akibat kecelakaan di masa lalu. Namun hidupnya berubah setelah seorang gadis yang awalnya datang sebagai...