Tuan Muda Gila 46

2.4K 128 1
                                    

POV: Author

"Apa Bibi tau tentang kejadian kemarin?" tanya Denis pada Bi Iyem.

Bi Iyem diam mencoba memahami pertanyaan Denis yang kini duduk di depannya.

"Maksudnya Tuan, kejadian Apa?" tanya balik Bi Iyem.

Denis menghirup udara lalu mengembuskan nya dengan kasar menatap Bi Iyem yang entah dia tak tau atau pura pura tak tau.

"Kejadian dimana nyawa istriku hampir melayang, apa Bibi tau?" tanya kembali Denis.

"Oh soal kejadian itu Bibi tau Tuan tapi maafkan Bibi yang tak tau kalau seorang pelayan menyajikan roti berselai kacang kepada Nona Muda Tuan, maafkan saya." Bi Iyem menunduk penuh penyesalan dihadapan Denis yang kini menatapnya begitu intens.

"Aku tidak butuh maaf mu Bi, Aku aku hanya butuh penjelasan mengapa dan siapa yang menyuruh pelayan itu membawa roti berselai kacang." ucap Denis.

"Saya tidak tau Tuan tapi pelayan itu sudah dipecat sebelum saya bertanya kepadanya siapa yang menyuruhnya," jelas Bi Iyem.

"Apa?! Di pecat? Siapa yang berani memecat pelayan itu?!" Denis berdiri lantang dengan satu tatapan tajam mengarah kearah Bi Iyem yang kini menunduk gemetaran karna takut.

"Bu-kan saya T-uan," mulut Bi Iyem berubah menjadi kaku sesaat dengan jantung yang berpacu begitu cepat menghadapi Denis yang kini marah besar.

"Lalu siapa yang memecatnya?!" tanya Denis dengan nada yang kian meninggi.

--------

Sedangkan disisi lain Dina kini berada didalam kamarnya mengayunkan kalian yang pendek ditepi ranjang yang menurutnya tinggi sehingga membuat kaki yang tak menyentuh lantai marmer yang melapisi kamar dan seluruh rumah Denis.

Tatapan terus tertuju memikirkan hal apa yang disampaikan Denis kepada Bi Iyem. Dina ingin pergi menguping tapi takut jika Denis marah karna tak patuh kepadanya. Takut jadi istri durhaka.

Handle pintu berputar memperlihatkan Denis yang kini berdiri dengan memasang wajah tersenyum kearah Dina yang menatapnya.

Denis mendekat kearah Dina yang kini balik menatapnya dengan penuh tanda tanya besar dipikirkannya.

Denis langsung menjatuhkan bobot tubuhnya dikasur tepat pada samping Dina yang kini nih duduk ditepi ranjang kamar mereka.

Tangan Denis kain terangkat mengusap pelan pipi berisi Dina. Dina tak bergeming hanya menikmati sentuhan lembut dan hangat Denis pada pipinya sekali kali tersenyum bahagia melihat suaminya yang begitu romantis padanya.

"Aku mencintaimu sangat mencintaimu," ucap Denis pelan sesaat mencium kening Dina dengan lembut.

"Dan jangan pernah berpikir menjauh apalagi pergi," sambung kembali Denis.

"Untuk apa aku menjauh dan pergi jika orang yang menjadi akar dalam hidupku sudah ada didepanku," jawab Dina dengan menggenggam erat tangan kekar Denis.

"Hiduplah menua denganku, menyaksikan anak cucu kita tumbuh dan menikmati kisah cinta kita hingga akhir hayat," ucap Denis.

"Berjanjilah tidak akan pernah meninggalkan ku," sambung Denis yang menatap lekat wajah Dina.

"Maaf aku tak bisa berjanji untuk terus hidup bersamamu, karna kita berdua hanya manusia biasa yang tak tau tentang takdir masing masing." Dina menarik napas sejenak sesaat air mata kian jatuh tak beraturan.

"Karna mungkin saat ini kita bahagia tapi kita tak tau kapan semaunya berakhir," ucap Dina.

"Jangan pernah  berkata seperti itu lagi aku tak ingin kau mengatakan hal yang tak ingin aku dengar," ucap Denis yang mengusap pelan air mata Denis.

"Jangan menghindar untuk tak mendengarnya Denis, ini bukan yang sekadar kata yang terlontar dari mulutku tapi merupakan fakta dan tidak bisa dibantah." jelas Dina sembari memegang lembut bahu sang suami.

"Aku tau tapi hanya saja aku tak kuat untuk mendengarnya Dina, semuanya begitu pedih untuk ku dengar." kata Denis.

Dina tersenyum melihat Denis yang menatapnya kian lekat.

Tangan mungilnya terangkat mengusap  pipi Denis. Dina menggeleng tersenyum manis dan langsung memeluk Denis dengan erat.

"Apa kau tau aku juga sangat mencintai mu," ucap Dina disela sela pelukan mereka.

"Tapi..." ucapan Dina terpotong sesaat bibir Denis menyentuh bibir Dina secara reflek yang membuat Dina bungkam seketika.

"De-nis," panggil Dina dengan suara yang langsung menjadi tersenggal senggal.

"Sudah diam aku tak ingin mendengarnya lagi," perintah Denis.

Dina menurut dan bergeming karna masih  syok dengan ciuman yang diberikan Denis.

Denis beranjak berdiri kembali menjadi tenang dan dingin. Langkah mendekat ke meja kerjanya lalu duduk dengan menekan nomor disana.

"Halo,"

{.....}

"Iyah aku ingin kau menyiapkan kedatangan ku besok di rumah leon dan Desi,"

{.....}

"Aku ingin memperkenalkannya kepada istriku," Denis menatap Dina dengan senyuman.

{.....}

"Dan jangan lupa untuk tugas kedua besok,"

{.....}

"Aku ingin semuanya selesai besok,"

{.....}

Telpon terputus dengan satu tekan saja. Denis kembali menatap sang istri yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan bertanya tanya.

'Siapa itu leon dan Desi?' batin Dina yang dipenuhi tanda tanya.

"Aku akan memberitahu mu besok," jawab Denis seakan tahu pertanyaan yang memenuhi otak Dina.

-----------

Keesokan paginya sesaat Dina yang terbangun terlambat melihat Denis yang sudah rapi dengan baju kaos lengan pendek dipadukan dengan celana panjang abu abu. Hmm terlalu tampan.

"Kau sudah bangun?" Denis mendekat kearah Dina yang masih setengah sadar.

"Hmmmm," Dina mengangguk sembari mengucek ngucek matanya dan mengumpulkan nyawa nya.

"Ya sudah sana mandi," pintah Denis.

"Nanti aja," ucap Dina.

Denis yang mendengarnya menghembus napas kasar lalu mendekat ke arah Dina yang masih saja belum bergerak dari tempat tidur.

Dina masih tetap diam ditempat seolah tak peduli dengan Denis yang kini sudah duduk didepan nya. Dan 'cup' satu kecupan pada bibir mungil Dina membuatnya langsung melotot kan matanya. Kaget.

Denis tersenyum penuh kemenangan sesaat melihat ekspresi Dina yang melotot kan matanya kearah Denis.

"Cepat sana mandi atau kau ingin lagi," Denis tersenyum nakal dan menaik naikkan alisnya seolah mengoda Dina.

Tentunya Dina menggeleng dan menutup mulutnya segera  berlari

Dina berlari masuk kedalam kamar mandi dengan terus menutup mulutnya.

Dina menutup kencang pintu kamar mandi dengan senyum senyum tak jelas seperti orang gila dan melompat lompat kegirangan. Betapa indahnya jadi penganti baru.

Tuan Muda Gila [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang