POV: Author
"Pak ponsel Tuan muda terakhir kali berada dihutan yang agak jauh dari Ibukota," lapor pengawal yang tadi diperintah oleh Aril.
"Segera hubungi polisi dan kumpulkan semua anak buah," perintah Aril. Semuanya mengangguk patuh kepada Aril dan berhamburan menghubungi satu sama lain.
Semuanya sudah berkumpul sedangkan Aril pergi ke kantor polisi melaporkan hilangnya Denis dan Dina.
ººº
"Saya ingin melapor pak," ucap Aril sembari duduk berharapan dengan salah satu polisi.
"Melapor tentang apa Pak," tanya Polisi yang bernama pak Agung anggota salah satu kepolisian Ibukota.
"Orang hilang pak," jawab Aril.
"Sejak kapan orang yang anda sebut hilang," tanya kembali pak Agung.
"Sejak 3 jam yang lalu," jawab kembali Aril.
"Maaf pak, anda tidak bisa melaporkan orang hilang jika belum 24 jam." jelas pak Agung.
"Apa ini pak! Tuan saya sedang menghilang kenapa saya harus menunggu 24 jam untuk melapor." Aril langsung memukul keras meja pak Agung sontak membuat pak Agung terkejut namun tetap tenang.
"Anda bisa keluar jika anda tidak mau mematuhi aturan dan bisa kembali besok diwaktu yang sama." perintah pak Agung.
"Tapi pak..." ucapan Aril langsung dipotong oleh pak Agung. "Atau anda ingin dipenjara sampai besok?"
Aril segera keluar dari kantor polisi menyusul anak buahnya yang sedang menunggu dibeberapa mobil.
"Bagaimana pak?" tanya pak Suli.
"Kita jalan saja, biar aku yang pergi mencari Tuan muda karna besok baru kita boleh melapor." Pak Suli yang mendengarnya langsung menjalankan perintah Aril dan langsung melajukan mobil mereka kembali kerumah Denis.
ººº
"Denis," panggil Dina dari belakang Denis yang membuat Denis menoleh kebelakang.
"Dina capek," Dina langsung menjatuhkan tubuhnya ke tanah dan menendang nendang kakinya ke depan layaknya anak kecil.
"Hadeh Dina kenapa sih slalu ngeluh," Denis langsung berjongkok menghadap posisi Dina yang masih merentangkan kakinya kedepan.
"Dina capek kayak kaki Dina udah nggak kerasa," Dina memberi jedah ucapannya. "Dari tadi jalan melulu emang nggak capek apa," Dina langsung mengerucutkan bibirnya kedepan membuat Denis gemas dibuatnya.
"Ihhh jangan kek gitu, kan aku jadi gemes sendiri," Denis langsung mencubit pipi Dina gemas.
"Apaan sih pegang pegang, sakit tau," Dina mengelus elus pelan pipinya yang dicubit Denis. "Emangnya pipi aku ini kue cubit apa, pake dicubit segala lagi." sambung Dina.
"Iya deh, Denis minta maaf." Denis langsung duduk di depan Dina yang tadinya posisinya berjongkok langsung duduk menghadap Dina.
"Ini udah hampir malam loh, kita mau tidur dimana?" tanya Denis sembari menatap langit yang sudah mulai berwarna jingga.
"Iya yah kita mau tidur dimana?" tanya balik Dina. "Eh bukan kita tapi aku dan kamu," sambung Dina.
"Loh maksudnya?" tanya Denis tak mengerti.
"Maksudnya bukan MUHRIM!" ucap Dina yang menekan kata kata terakhirnya.
"Jangan ngebentak juga kali," kata Denis sembari mengelus elus telinganya.
"Suka suka saya," jawab Dina sembari melipat tangannya didepan dada.
"Aku kira kamu itu gadis polos dan pendiam ternyata eh cerewetnya minta ampun," keluh Denis sembari menatap tajam Dina.
"Emangnya kenapa, mau ninggalin aku iya?" tanya Dina.
"Hehehe nggak kok sayang," jawab Denis cengengesan tak jelas.
"Nah kan udah malam, kamu sih pake mogok jalan kan kita udah kemaleman deh." keluh Denis membuatnya ditatap tajam oleh Dina.
"Kamu nyalahin aku yah?" tanya Dina menaik naikkan alisnya menatap tajam Denis.
Denis tak menjawab lantas ia langsung berdiri dan berjalan lagi dan tak memperdulikan Dina yang masih duduk diatas tanah.
"Huwaaa Denis jahat ninggalin Dina," teriak Dina dari belakang dan berakting menangis.
"Udah deh Dina," ucap Denis yang berhenti berjalan tanpa menatap Dina.
"Huwaaaa Denis kejam," pekik Dina. "Huwaaaa De.." teriakan Dina terpotong bukan yang memotongnya tapi satu hal yang membuatnya teralihkan.
Darah menetes kembali dari hidung Dina membuatnya kebingungan pasalnya hidungnya sudah berhenti berdarah tadi tapi kenapa kembali berdarah.
Denis yang mendengar Dina yang tak berteriak langsung menoleh saat Dina yang tengah menatap darah dari jari telunjuknya yang ia tempelkan pada hidungnya.
"Darah?" tanya Dina sembari menatap lekat jari telunjuknya yang berlumuran darah segar.
Denis langsung berlari dan menjatuhkan tubuhnya tepat di depan Dina sembari menarik pelan dagu sang wanita.
"Kamu ngapain lagi," tanya Denis sembari menatap hidung Dina yang mengeluarkan darah.
Dina menggeleng pelan menatap lekat wajah tampan Denis yang berada hanya beberap senti dari wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda Gila [COMPLETED]
Romance⬅️[FOLLOW! BARU BACA] ➡️[VOTE! SESUDAH BACA] Denis Kianza Dirgantara lelaki yang menghabiskan hampir 3 tahun hidupnya dengan ketidak warasannya akibat kecelakaan di masa lalu. Namun hidupnya berubah setelah seorang gadis yang awalnya datang sebagai...