Tuan Muda Gila 44

2.6K 140 2
                                    

POV: Dina

Pagi kini kian menyambut hari baruku yah meskipun kemarin ada kejadian yang tak aku ingin kan yakni ketika alergiku kambuh. Cukup menyiksa sesak napas dan kejang kejang menjadi musuh utama.

"Hoam!" Aku merenggangkan semua otot otot ku berusaha membuka mata yang masih tertutup rapat ini.

Pemandangan pertama yang aku lihat adalah lelaki tampan yang tertidur begitu pulasnya dengan memeluk guling.

Mataku menyipit tersenyum jahat kearah Denis yang berada disampingku. Ide jail muncul diotak ku. Uwwu pasti ini akan seru sekali.

Aku turun dari ranjang dengan hati hati sesudah memakai kembali hijabku menuju kamar mandi.

Aku mengambil gayung yang tadinya aku minta pada seorang pelayan yang kebetulan lewat didepan kamarku karna didalam kamar mandi Denis semuanya serba canggih.

Perlahan aku mengendap endap mendekat kearah Denis yang kini masih tidur dengan posisi yang sama. Aku mulai naik keatas ranjang dengan gayung yang sudah berisi air.

'Hahaha rasain ini yah,' Tidak apa apa lah jail kepada suami sendiri. Hehehe dasar istri laknat.

Aku memulai mengambil posisi duduk menghapad Denis yang menyamping kearahku.

Aku mulai mengambil air dalam gayung menggunakan tanganku sedikit demi sedikit. ' srik srik srik' percikan air mengenai wajah tampannya yang begitu damai disana.

Sekali lagi aku memercikkan air kepadanya dengan tubuhnya yang mulai terasa bergoyang tak nyaman.

"Ihh kenapa sih nggak bangun bangun," Aku mengerucutkan bibirku menatap Denis yang kembali melanjutkan tidurnya lagi dan lagi.

Aku berbalik hendak turun dari ranjang tiba tiba saja. "Ahhhh!" Ada yang memelukku dari belakang spontan gayung berisirkan air melayang diatas kepalaku.

'Byaurr' basah kuyup, seluruh badan ini basah kuyup. "Hihihi eh kita mandi bareng yah," suara cekikikan terdengar nyaring ditelingaku hingga aku menoleh mendapati Denis yang juga basah kuyup hanya setengah tidak dengan ku yang basah semua.

"Niat ngerjain malah dia yang dikerjain," Denis yang melihatku begitu menahan tawanya yang ingin lepas dengan telapak tangannya.

"Ihhh jahat banget sih," Aku menyapu kasar wajahku yang basah menatap Denis dengan tatapan membunuh.

"Hahahaha," Tawa Denis lepas melihat diriku yang menatapnya dengan tatapan tajam.

"Ini baru senjata makan tuan," Denis yang langsung mencubit pipiku gemas.

"Ihhh istriku kok gemesin banget sih," Denis yang mengoyang goyangkan pipiku.

"Udah aku ngambek," Aku langsung menepis tangannya dari pipiku beralih melipat tangan didepan dadaku dengan mengerucutkan bibirku.

Denis beranjak turun dari ranjang setelah aku memalingkan pandangan ku kearah lain. 'Ihhh kenapa sih punya suami yang nggak pekaan' cicitku didalam hati. Padahal kan aku pengen digendong turun dari ranjang yang basah ini tapi Denis malah pergi begitu saja.

"Udah ah," Aku segera turun dari ranjang namun langkah lagi lagi terhenti saat Denis yang sudah ada didepan ku eh maksudnya menghalangi jalanku.

"Minggir nggak," Denis terus menghalangiku mulai dari aku pergi ke kiri diapun pergi ke kiri dan aku pergi ke kanan dia juga pergi kanan. Resek kan.

"Ihhh Denis nyebelin deh!" Aku mengehantakkan kakiku saat sudah menyerah karna tak diberi jalan.

"Ihh istriku gemesin deh," Denis mengikuti gayaku bukannya senang malah aku semakin menjadi sebal karna tingkahnya yang seperti bunglon.

"Huwaaa aku kedinginan tau," ucapku dengan menangis dibuat buat. Memang benar dingin karna AC yang masih menyala dan tubuhku yang basah kuyup.

Denis memajuhkan langkahnya dan Yes!.
Denis mengendong ku ala bridle stly menuju ke kamar mandi.

Kami tiba didepan kamar mandi masih dengan posisi yang sama. Aku menatap wajah Denis yang memasang wajah tersenyum ke araku begitu juga aku yang membalasnya dengan senyuman pula.

"Udah turunin aku gih," pintahku pada Denis dengan tatapan yang tak lepas.

"Loh kan kita mau mandi bareng," ucap Denis dengan senyum jail.

"Enggak ah, Dina nggak mau." Aku berusaha turun namun genggaman tangan Denis yang menahanku menguat.

"Nanggung udah basah nih," Denis membuka handel pintu kamar mandi yang cukup besar dan luas.

"Denis!!" Aku berteriak sesaat pintu kamar mandi tertutup dan dikunci Denis.

ººº

POV: Author

Dina tak henti hentinya tersenyum senyum sendiri sesaat ada dimeja makan bersama Denis.

'Aduh malunya aku' Dina menopang dagunya dengan keduan tangannya tersenyum malu malu.

Sedangkan Denis begitu santai memakan sarapan paginya melihat tingkah istrinya yang tersenyum senyum sendiri bak orang gila. Tapi Denis tau apa yang dipikirkan oleh Dina yang membuatnya tersenyum sendiri seperti orang gila.

"Udah cepetan makan nggak usah ngayal mulu," tegur Denis yang mendorong pelan piring berisikan makanan dan lauk pauk.

Dina terkejut dengan teguran Denis yang secara tiba tiba mengembalikan pikirannya yang tadi berada didunia khayalan kembali kedua nyata.

"Ihh ganggu aja deh," ucap Dina.

"Udah cepetan makannya," pintah kembali Denis.

"Iya yah bawel, kalau iri bilang kali. Iri bilang bos," ucap Dina dengan menjulurkan lidahnya.

"Nggak ada sejarah bos iri sama karyawannya," jawab Denis dengan senyum miring.

"Ihh nyebelin," Dina langsung menarik piringnya menyendok dengan kasarnya menatap Denis.

"Uwwu istri ku tersayang," Denis menarik wajah Dina mendekat ke arahnya mencium mulai dari dahi, kedua mata, hidung, pipi dan terakhir bibir mungil.

"Udah yah sekarang makan," Dina mengangguk mengerti dengan hati yang dipenuhi bunga bunga.

ººº

Denis dan Dina kini sedang berada diruang tengah dengan posisi sedang menonton sebuah acara televisi. Denis yang berbaring beralaskan paha Dina yang sibuk dengan memakan sebuah snack dan fokus menonton acara kesukaanya.

Denis mendongak menatap Dina yang begitu fokus dengan mulut yang penuh makanan.

"Sayang," panggil Denis.

"Hmm," Dina tetap fokus menatap kearah tv dan hanya menjawab dengan berdehem.

"Kamu mau punya berapa anak nantinya?"  tanya Denis yang membuat Dina tersedak.

"Uhuk uhuk, anak?" Dina mengerutkan dahinya membuat sebuah kerutan di sana.

Denis mengangguk mantap dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.

"Enggak tau sih yang penting mah ada usaha," jawab Dina.

"Hehehe kan kita udah usaha," Denis yang mengelus pelan pipi Dina.

"Iya sayang," Dina menyapuh pelan rambut Denis kearah belakang menampakkan dahinya sempit miliknya.

Tiba tiba saja ketukan sebuah pintu mengalihkan pandangan mereka berdua kearah ketukan itu.

Tuan Muda Gila [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang