Setelah dokter menyatakan bahwa Denis sudah di perbolehkan pulang kami pun segera membereskan barang barang Denis.
°°°
Bu Rina segera menghantar Denis masuk ke dalam kamarnya sedangkan aku dan Bi Iyem langsung duduk diruangan tengah."Non?" panggil Bi Iyem yang langsung membuyarkan lamunanku.
"Iya Bi, ada apa?" Aku berusaha agar air mataku tak jatuh di depan Bi Iyem.
"Non kenapa toh? Kelihatan murung," Aku berusaha tersenyum untuk menghilangkan wajah sedihku.
"Ah! Tidak kok Bi!" Aku langsung memunculkan senyum manis dari bibirku berusaha menipu Bi Iyem.
Tiba tiba saja Bu Rina menyela percakapan kami berdua. "Kamu harus kuat Nak, dan sekarang kamu akan liat jati diri Denis yang sebenarnya bukan Denis yang dulu lagi." jelas Bu Rina yang langsung duduk di dekatku.
"Kamu nggak perlu bohong kalau kamu gak sedih dengan semua ini, Ibu tau kalau kamu baru saja kehilangan kedua orang tuamu lalu kembali kehilangan Denis." Kali ini air mataku tak terbendung lagi mendengar ucapan Bu Rina. Rasanya dadaku begitu sesak, badanku yang mulai gemetar dan rasa sakit pada hatiku.
"Yang sabar yah Non!" Bi Iyem mengelus elus pundakku mencoba menenangkan diriku.
"Dina sekarang kan sudah punya dua Ibu, Saya dan Bi Iyem jadi Dina harus lebih terbuka sama kami yah!" ucap Bu Rina sembari tersenyum ke arahku.
"Dan kedepannya Dina yang ngurus Denis sampai sembuh yah!" kata Bu Rina.
°°°
Pagi menyambut, matahari mulai menyinari alam semesta dan Ibu kota mulai ramai kembali di padati kendaraan yang berlalu lalang.
Diriku masih terjaga sampai ini karna mata yang mau terpejam hingga pagi hari. Segera aku berjalan menuju kamar mandi membersihkan diri sebelum mengurus Denis yang baru.
"Alhamdulillah!" Aku berucap syukur sembari tersenyum memandangi wajahku di pantulan cermin. Melihat wajah yang tak terlalu cantik, mahkota yang di balut hijab dan tubuh yang di tutupi gamis.
'Tok tok tok' suara ketukan pintu mengalihkan pandanganku membuatku langsung berdiri mendekat kearah pintu melihat siapa yang pagi pagi begini sudah ada didepan pintu kamarku.
"Selamat pagi Non!" sapa Bi Iyem.
"Pagi juga Bi!" balasku dengan senyuman manis.
"Wah non Dina udah cantik aja!" puji Bi Iyem mendengarnya seketika pipiku bersemu malu.
"Ah! Bi Iyem bisa aja deh, Dina gak cantik kok." Berusaha menutupi pipiku yang bersemu merah.
"Oh iya Non, sekarang waktunya tuan Denis mengganti perban di kepalanya." Bi Iyem langsung menyodorkan kotak P3K yang ia bawa.
"Oh gitu yah Bi, makasih udah ngingetin Dina." Aku langsung mengambil kotak P3K dari tangan Bi Iyem.
Setelah itu Bi Iyem langsung berpamitan pergi dari kamarku. Akupun segera bergegas menuju kamar Denis.
'Tok tok tok' aku mengetuk pintu beberapa kali hingga sahutan terdengar "Masuk." sahutan dari Denis.
"Permisi Tuan," Aku langsung berjalan mendekat ke arahnya yang menatapku dengan tatapan datar.
"Saya mau mengganti perban tuan muda," ucapku yang langsung pada intinya.
"Silahkan!" Aku langsung mendekat kearahnya yang tengah bersandar di badan kasur miliknya.
Perlahan aku membuka lilitan perban yang mengelilingi kepalanya dengan hati hati agar Denis tak kesakitan.
Segera aku mengambil kapas yang sudah diberi obat merah lalu menempelkan nya di atas luka miliknya kemudian menutupinya kembali dengan perban yang baru.
"Sudah Selesia Tuan," Aku langsung bergegas keluar dari kamarnya. Tak ada sepatah kata yang ia ucapkan menyapa, menegur apalagi tersenyum semuanya telah tiada pergi bersama Denisku yang dulu.
°°°
Aku pun segera kembali kebawah melihat Bi Iyem yang sedang menyajikan sarapan di meja dengan Bu Rina yang sedang duduk di kursi sembari melihatku dengan senyuman.
"Mari Nak!" Bu Rina memanggilku. Segera aku pun mendekat.
"Sini duduk nak, kita makan sama sama," Bu Rina menepuk nepuk kursi di dekatnya.
"Ah! Tidak usah Bu, nanti saya makan sendiri." tolakku.
"Kau ini sudah saya anggap sebagai putri saya jadi, harus menurut dengan Ibumu ini." ucapnya disertai senyuman.
"Tapi Bu.." seperti biasanya pasti Bu Rina langsung memotong ucapanku. "Tidak ada tapi tapi an!" ketusnya.
Akupun langsung duduk di dekat Bu Rina menjatuhkan bobot tubuhku diatas kursi meja makan. Tapi pandangan ku tertuju saat seorang wanita masuk kedalam rumah dengan senyuman.
"Kenapa kamu kesini lagi!" Bu Rina langsung berdiri dari posisi duduknya dengan wajah marah.
"Hoho! Saya ini pacarnya Denis!" pekik Sheila yah siapa lagi kalau bukan Sheila.
"Kamu sudah mencelakakan anak saya, dan kamu tidak hak masuk kedalam rumahku." gertak Bu Rina terlihat dirinya begitu marah pada Sheila. Memang siapa yang tidak marah jika anaknya dilukai tanpa adanya pertanggung jawaban.
"Rumah Ibu? Rumah Denis kali," Sheila melipat tangannya didepan dadanya sembari tersenyum jahat. Bu Rina terdiam sejenak.
"Inget yah Bu, kalau bu sekali lagi ibu marahin saya atau ngebentak saya. Saya tidak akan segan mencelakakan Denis ataupun Dina," ancam Sheila sembari menatapku dengan tatapan tajam.
Sheila segera bergegas melewati kami yang sedang ada diruang makan. Aku hanya bisa diam tak tau apa yang harus kukatakan rasanya semangatku hilang.
Namun kali ini aku benar benar terkejut melihat Denis yang sudah rapi dengan setelan jas serba hitam dan kemeja putih serta rambut ala masa kini.
"Sayang!" Sheila berlari memeluk Denis tapi bukannya balasan pelukan yang diterima tapi penolakan.
"Sudahlah, saya buru buru." Denis langsung menepis pelukan Sheila dengan kasar.
Denis segera menuruni anak tangga dengan cepat sembari melihat arlojinya.
"Nak kau belum sembuh!" Bu Rina meneriaki anaknya yang sudah tidak terlihat lagi. Bu Rina menghela napas kasar melihat tingkah Denis yang begitu cuek padanya.
"Yang sabar yah Bu," Aku mengelus perlahan tangan Bu Rina sembari tersenyum.
"Ah! Ibu sudah terbiasa Nak, " Bu Rina membalasnya dengan senyuman dan berkata. "Seharusnya kau yang sabar." Ucapnya.
"Heh! Cewek norak, loh yang pasti udah ngerasuk Denis kan?!" bentak Sheila sembari melotot kan matanya ke arahku.
"Aku?" Aku bingung kenapa aku sedangkan dia tau kalau Denis amnensia dan mengakibatkan setengah ingatannya hilang.
"Iya loh!" jawab Sheila. Sheila terus saja menuduhku hingga Bu Rina menghentikan fitnah Sheila.
"Sudahlah Sheila, kau pergi saja dari sini!" usir Bu Rina sembari berdiri mendekat kearah Sheila.
"Pergi!" Bu Rina langsung menarik lengan Sheila menyeretnya hingga ke ambang pintu utama.
Belum juga Sheila berbicara Bu Rina sudah menutup pintu rapat rapat hingga hanya teriakan Sheila yang terdengar.
"Hey buka pintunya!" Sheila terus saja berteriak sedangkan Bu Rina berusaha mengatur napasnya yang naik turun terlihat dirinya memang benar benar marah mungkin karna muak dengan sifat Sheila yang slalu menuduhku.
Entah apa yang membuat Denis mencintai Sheila mungkin saja karna Sheila menggunakan jampi jampi atau apalah.
![](https://img.wattpad.com/cover/227792767-288-k297921.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda Gila [COMPLETED]
Romance⬅️[FOLLOW! BARU BACA] ➡️[VOTE! SESUDAH BACA] Denis Kianza Dirgantara lelaki yang menghabiskan hampir 3 tahun hidupnya dengan ketidak warasannya akibat kecelakaan di masa lalu. Namun hidupnya berubah setelah seorang gadis yang awalnya datang sebagai...